Bisnis Lovebird, Bisnis dengan Modal dan Risiko Kecil

Dirilis

24 Juni 2019

Penulis

Tim Penulis Daya Tumbuh Usaha

Pengusaha

Jose Parlinta

Jenis Usaha

Budidaya Burung Lovebird

Lovebird” merupakan salah satu jenis burung popular yang perawatannya mudah. “Tidak ada perawatan khusus. Atur waktu makan, waktu jemur, dan kebersihan kandang. Selain itu, paling vitamin saja,” kata Jose Parlinta, seorang penggemar Lovebird

Dari yang awalnya hanya merawat dan memelihara sebagai hobi di waktu luang, kini Jose melakoninya dengan serius sebagai bisnis untuk masa pensiun. “Kebetulan bisa menghasilkan, ya sudah, dijalani dengan serius saja sekalian,” katanya.

Terlebih menurutnya, risiko dan modal tidak besar. Modal awal dicari sesuai kemampuan, setelah dimulai dan sudah kelihatan hasil nya, baru kemudian ditingkatkan kualitas indukannya. Bisnis ini juga tidak banyak makan tempat, karena memanfaatkan ruang terbuka yang ada di rumah.

Menurut Jose, untuk memulai bisnis harus didasari rasa suka. Dengan demikian orang jadi mau berusaha lebih keras. Dan jika menemui kendala, tidak mudah putus asa. Meskipun Jose memiliki rutinitas sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta di Jakarta, ia tetap merasa senang merawat dan memelihara 38 pasang Lovebird, dibantu seorang asisten rumah tangganya. 


Tidak ada risiko tidak laku

Dengan modal awal Rp. 15-20 juta, Jose membeli kandang dan beberapa pasang induk Lovebird. Indukan ini kemudian dikawinkan untuk menghasilkan anakan yang nantinya akan dijual. Anakan itu sendiri biasanya bisa dijual setelah berusia 1-2 bulan. 

Menurut Jose, bisnis Lovebird tidak ada risiko tidak laku. Anakan maupun Lovebird dewasa pasti laku. Hanya beda harga saja, laku murah atau laku mahal. Lovebird bernilai tinggi ketika mendekati usia dewasa yaitu 5-6 bulan. Selain itu, pola warna bulunya juga mempengaruhi harga jual. Jika pola warna bulu sesuai tren, harga jualnya mahal. Sebaliknya, meski pola warna bulunya bagus namun sedang tidak tren, harganya jadi murah. 

Untuk menyiasati penjualannya, selama ini Jose memang memiliki target pasar yang berbeda, yaitu golongan bawah, menengah, dan golongan atas. Lovebird yang warna bulunya sesuai tren biasanya dijual kepada pembeli dari golongan atas, sedangkan Lovebird yang warnanya tidak sesuai tren dijual ke kalangan menengah atau bawah. Hal ini menyesuaikan dengan minat dan daya beli pembeli. Dalam sekali transaksi Jose bisa menjual 20 anakan untuk dijual ke pelanggan tetap yang merupakan reseller dengan sistem jual putus.
 

Menjual berdasarkan tren dan info komunitas

Pria 49 tahun ini menjelaskan, tren Lovebird sendiri mengacu pada pola warna pada bulunya. Informasi terkait tren tersebut biasanya diperoleh dari komunitas Lovebird melalui jaringan komunikasi atau grup komunitas Lovebird di media sosial. Misalnya saja tahun lalu, Lovebird yang sedang tren yaitu burung yang memiliki pola bulu menyerupai sisik naga atau biasa disebut biola. 

Dalam bisnis Lovebird, Jose menekankan kunci utamanya adalah jeli melihat tren di masyarakat dan berani ambil risiko, apalagi saat ini perkembangan bisnis Lovebird dinilai cukup pesat. Selalu ada jenis-jenis baru sehingga semakin membuat bisnis ini menjadi bisnis yang menantang. Namun, ia juga menyarankan risiko yang diambil haruslah sudah dipertimbangkan secara matang terlebih dahulu. 

Meski demikian, hambatan tetap tidak bisa dihindari. “Awal menjadikan hobi ini sebagai bisnis, pernah ada Lovebird lepas, sakit atau mati karena kurangnya perawatan. Dari situ, saya mulai belajar bagaimana cara merawat yang benar, kemudian dipraktekkan. Semakin banyak pengalaman, semakin cepat tahu dan menguasai permasalahan yang ada. Yang utama adalah kebersihan kandang, selama kebersihan dijaga, Lovebird akan jarang sakit,” katanya.

Untuk pemasaran, pemilik peternakan Loverbird dengan merek “Kevin” ini mengaku tidak melakukan promosi secara khusus. Hanya memanfaatkan jaringan komunitas dan 5 pembeli tetap sebagai reseller. Untuk menaikkan merek, pengusaha Lovebird biasanya mengikuti kontes, seperti kontes suara ataupun kontes warna. Namun, Jose menyerahkan hal tersebut ke reseller-nya. “Saya fokus jual anakan saja, tidak mau ribet. Kalau kontes terserah reseller saja” katanya. Nama merek “Kevin” diambil dari nama putra semata wayangnya yang saat ini berusia 8 tahun.

Bisnis persiapan pensiun
Kedepannya, Jose ingin mengembangkan lagi bisnisnya dengan menghasilkan anakan yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas indukan. Misalnya, dengan membeli Lovebird dewasa yang bisa menghasilkan anakan yang warnanya sesuai tren. “Memang jatuhnya lebih mahal, sekitar Rp 25-40 juta per indukan, tergantung jenisnya. Tapi kan kalau anakannya bagus bisa dijual dengan harga yang mahal juga,” ujarnya. 

Jika trennya sedang bagus, Jose mengaku omzetnya bisa mencapai Rp 50-60 juta rupiah per bulannya. Namun omzet rata-rata tiap bulan berkisar antara Rp 10-15 juta rupiah. Siapa sangka, hobi yang dijalani sejak tahun 2016 ini ternyata menghasilkan keuntungan bahkan bisa menjadi pilihan bisnis untuk persiapan masa pensiun 6 tahun mendatang. 
 

Penilaian :

4.6

7 Penilaian

Kisah Sukses Lainnya

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS