Dirilis

22 Juni 2022

Penulis

Majalah Franchise Indonesia

Apa yang akan terjadi apabila seorang franchisee tidak mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh franchisor? Atau bagaimana jika franchisor tidak sesuai harapan franchisee

Tentunya hubungan kerja sama yang sudah ada bisa saja hancur seketika. Bisnis yang seharusnya memberikan keuntungan, bisa jadi malah berbalik memberi kerugian. Atau bahkan franchisee bisa saja nekat menghentikan kerja sama, lalu membangun bisnis saingan. Yang pasti, bisnis yang ada tidak akan berjalan sesuai rencana.

 

Upaya Membangun Kepuasan Bersama

Upaya untuk membangun kepuasan di dalam bisnis franchise merupakan suatu keniscayaan. Jahja B. Seojarno, seorang pengamat franchise dari Direction Consulting menjelaskan bahwa, hal tersebut dikarenakan semua orang memiliki kepentingan untuk menciptakan kepuasan. Terciptanya suatu kepuasan akan berdampak baik pada kekokohan bisnis yang ada. Misalnya pelanggan yang puas pasti akan kembali atau bahkan bisa membawa calon pelanggan lainnya.

Lalu bagaimana sih, untuk menciptakan kepuasan dalam suatu bisnis franchise? Jahja menambahkan, terdapat empat elemen yang menjadi faktor dalam kepuasan pelanggan. Yaitu, produk, layanan, proses bisnis, serta infrastruktur. Empat hal tersebut yang menjadi fondasi dari konsep kepuasan pelanggan.

Jika suatu perusahaan memiliki brand yang baik namun memiliki layanan yang buruk, maka hal tersebut akan menjadi poin minus bagi pelanggan. Kepuasan pelanggan haruslah merupakan gabungan dari empat elemen di atas. Jika salah satunya tidak terpenuhi, maka kepuasan yang dirasakan pelanggan tidak akan maksimal.

Jika keempat elemen tersebut sudah dipenuhi, maka berikutnya kepuasan dibangun melalui komunikasi, terutama antara pihak franchisor dan franchisee. Dalam suatu bisnis franchise, komunikasi yang baik perlu dilakukan saat pertama kali bertemu. Kemudian, perlu juga sebuah komitmen dari kedua belah pihak, agar tercipta komunikasi yang kuat.

 

Kepuasan Antara Franchisor-Franchisee

Bagi pihak franchisor, komitmen harus dipaparkan sejak awal untuk menciptakan kesuksesan suatu bisnis franchise. Menurut Affandy Abd Raof Faiz, seorang pengamat franchise dari Francorp, menjelaskan bahwa komitmen haruslah berasal dari hati yang tulus. Ia menjelaskan bahwa franchising sebetulnya merupakan perniagaan yang mengharuskan adanya hubungan yang bersifat kemanusiaan. Affandy juga mencontohkan perusahaan Mc Donalds yang mampu membangun hubungan dengan para franchisenya yang mencapai lebih dari 30.000 gerai di seluruh dunia.

Seorang pakar dari IFBM, Burang Riyadi, menjelaskan bahwa menciptakan kepuasan antara franchisor dan franchisee bukanlah hal yang sulit, namun tentunya pasti ada beberapa masalah yang harus dihadapi. Oleh karena itu, Ia menyatakan bahwa kedua belah pihak, terutama franchisor, harus bisa mengantisipasi berbagai kemungkinan sejak dini.

Dalam hubungan sebuah bisnis franchise, kedua belah pihak haruslah sama-sama kooperatif dan memiliki kemauan keras untuk membangun bisnis kearah yang lebih baik. Hal ini dilakukan untuk memenuhi harapan pelanggan sebagai end user. Intinya, tujuan akhir dari konsep ini untuk menciptakan bisnis yang sustainable dan bisa memberikan keuntungan yang terus menerus. Serta pelanggan yang selalu mendapatkan kepuasaan.

Karena dalam realisasinya pasti akan muncul suatu masalah, perlunya persiapan yang matang, secara sistem maupun organisasinya. Jika hal tersebut sudah terlaksana dengan baik, tentunya akan ada sinergi yang baik antara pihak franchisor dan franchisee, dan selanjutnya bersinergi dengan pelanggan. Burang juga menjelaskan, bahwa persiapan yang matang akan berdampak pada komunikasi yang baik antara franchisor dan franchisee, dan akan berdampak pula pada kepuasan kedua belah pihak.

 

Berjalan Bersama-sama, Menahan Ego Masing-masing

Kemudian, franchisor dan franchisee harus bisa menahan ego masing-masing, karena adanya ekspektasi yang berbeda. Merealisasikan suatu konsep kepuasan dapat terhambat apabila masing-masing pihak saling mengedepankan egonya. 

Bagi para franchisor, menuntut sales yang tinggi terhadap franchisee tentunya merupakan suatu hal yang umum. Karena pastinya seorang franchisor ingin mendapatkan royalti yang lebih banyak dari mitra franchiseenya. Royalti ini biasanya diambil dari persentase gross sales yang didapatkan. Sedangkan para franchisee, biasanya ingin mendapatkan keuntungan atau profit yang tinggi dari bisnisnya. Sehingga kemungkinan sales bukanlah kepentingan utama, melainkan net profit yang lebih diutamakan. Apalagi, biasanya franchisee tidak bisa mendapatkan pemasukan dari usaha lain.

Oleh karena itu, kedua belah pihak harusnya berjalan bersama-sama dengan mengedepankan goal secara lebih jelas. Satu hal yang perlu diingat oleh para franchisee, yaitu menjalani bisnis franchise berarti bisnis yang dijalankan sudah memiliki sistem dan panduan yang diberikan oleh pihak franchisor. Dari hubungan tersebutlah, harus terjalin komunikasi yang baik. Sehingga apabila ada inovasi yang masih sesuai dengan panduan bisnis yang berjalan, akan dapat dipraktikan untuk mendapatkan pelanggan yang lebih banyak. Dengan demikian, bisnis yang berjalan dapat memberikan kepuasan yang seimbang kepada pihak franchisor dan franchisee, karena mampu mendapatkan benefit yang sesuai ekspektasi atau bahkan lebih.

Apabila Anda masih memiliki pertanyaan terkait bisnis franchise Anda, Anda dapat mengakses fitur Tanya Ahli dan dapat berdiskusi lebih lanjut dengan para ahli. Anda juga dapat mengunjungi Daya.id untuk mengetahui tips dan peluang usaha lainnya. Jangan lupa segera daftarkan diri Anda untuk bisa mendapatkan manfaat menarik lainnya!

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

5.0

1 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Rofian Akbar

Pakar Waralaba

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS