Dirilis

28 Desember 2022

Penulis

BTPN Mitra Bisnis

Pada 2 Maret 2022, Kemitraan Global negara-negara G20 menyelenggarakan Lokakarya G20 tentang Produk dan Layanan Keuangan Digital dan Inovatif untuk UMKM. Acara ini diselenggarakan dalam kemitraan dengan SME Finance Forum, dengan dukungan dari anggota Islamic Development Bank, Women's World Banking, IFAD dan Better Than Cash Alliance

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu mengatakan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) perlu didorong melalui peningkatan pembiayaan seperti kredit perbankan. Dikarenakan, porsi kredit UMKM di Indonesia terhadap total kredit perbankan relatif stagnan di kisaran hanya 18% sejak tahun 2014, jauh di bawah beberapa negara tetangga. 

Pembiayaan yang masih minim menjadi salah satu kendala pengembangan UMKM di negara berkembang termasuk Indonesia, yang diperparah dengan penyebaran COVID-19 sejak 2020. Padahal, pembiayaan UMKM beberapa negara tetangga saat ini telah mencapai 30% dan ada pula yang telah mencapai 80% dari total kredit perbankan. 

Di tengah penyebaran COVID-19 dan percepatan digitalisasi di berbagai sektor, UMKM bisa memanfaatkan teknologi finansial untuk mencari pembiayaan guna mengembangkan usaha sehingga tidak hanya bergantung pada kredit perbankan. Digitalisasi diyakini telah mendesain ulang dan membentuk kembali perekonomian, termasuk mengubah model bisnis UMKM, membuatnya mampu bertahan di masa pandemi dan seterusnya, serta dapat meningkatkan akses UMKM ke lembaga keuangan. 

Tercatat UMKM di Indonesia menyumbang sekitar 67% dari penyerapan tenaga kerja dan lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan investasi dalam negeri. Secara global UMKM juga memiliki peran penting dalam penciptaan lapangan kerja, investasi, inovasi, dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini didukung dengan cakupan bisnis UMKM sebesar 90% dan lebih dari 50% pekerjaan di seluruh dunia. 

Sejalan dengan Presidensi G20 pada dua minggu yang lalu, Indonesia telah menyelesaikan pertemuan pertama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Indonesia dan menghasilkan komunikasi pertama kami yang mengakui ketimpangan yang semakin melebar setelah pandemi. Maka dari itu, perlu dikembangkannya kerangka inklusi keuangan dalam digitalisasi. Dengan cara ini, peluang ekonomi dapat terbuka luas peluang keuangan dan ekonomi bagi UMKM.

 

Akselerasi Digitalisasi Produk dan Layanan Keuangan 

Pandemi Covid-19 telah mendorong percepatan dalam transformasi digital. Hal ini mengharuskan berbagai perusahaan mengadopsi teknologi dalam kegiatan operasional. Adapun berbagai uraian implementasi digitalisasi pada beberapa negara sebagai berikut: 

 

1. Negara Singapura 

Salah satu bank di Asia yang berpusat di Singapura, memberikan suatu perjalanan bagi UMKM, melalui inovasi layanan digital. Hal ini didorong oleh kondisi pandemi Covid-19 yang mempercepat digitalisasi dalam kegiatan operasional. Inovasi layanan yang diberikan kepada UMKM bahwa dalam mengajukan kredit alurnya bahwa satu menit untuk mendaftar, satu detik menyetujui, dan 0 menit persetujuan pinjaman kredit usaha. 

Dalam hal keterlatihan, bank yang berpusat di Singapura tersebut melihat mengaktifkan bisnis yang berbasis sosial dari paket perbankan dan meluncurkan layanan melalui teknologi. Selain itu, memberikan bantuan sukarela untuk perusahaan berbasis sosial yang sama sekali tidak ada pembiayaan. Terlebih, selama situasi Covid-19 sulitnya untuk mendapatkan dana dan dapat membantu dalam memberikan pinjaman. 

Untuk keberlanjutan dan inklusi keuangan, UMKM dilibatkan dalam membantu lingkungan dengan berfokus pada lingkungan bersih melalui zero waste, memberikan bantuan secara sukarela di bidang SDM dan teknologi kepada UMKM yang bergerak di bidang sosial, dan pinjaman bebas bunga. 

 

2. Negara Amerika Serikat 

Terdapat 30 juta usaha kecil di AS, yang di mana 90% dari total usaha tersebut memiliki kurang dari 20 karyawan dan 80% usaha memiliki kurang dari 10 karyawan. Jenis usaha-usaha kecil yang kekurangan pendanaan pun tidak dapat melakukan kredit pinjaman di bank, dikarenakan jumlah karyawan mereka yang tidak memenuhi syarat. Oleh karena itu, pemerintah memulai program perlindungan usaha kecil untuk menutupi penggajian bagi karyawan. 

Perusahaan teknologi keuangan (fintech) memiliki peran dalam menyediakan pendanaan langsung ke usaha kecil dan konsumen melalui platform pinjaman otomatis tidak terdampak dari adanya pandemi Covid-19. Dikarenakan perusahaan fintech ini telah melakukan digitalisasi sebelum adanya pandemi. Sehingga, mengetahui bagaimana cara berinteraksi dan melayani para nasabah pemilik usaha kecil. Terlebih, Small Business Administration sebagai lembaga pemerintah yang memberikan dukungan kepada pengusaha dan usaha kecil mengajak seluruh perusahaan fintech untuk memberikan Program Perlindungan Gaji dalam mengajukan pinjaman pribadi berbunga rendah untuk membayar gaji karyawan dan beban usaha. Misalnya, Kabbage sebagai salah satu perusahaan fintech di Amerika Serikat, memberikan pinjaman dengan rata-rata $12,000. 

Baca Juga : UMKM Termasuk Wajib Pajak, Dengan Kriteria ini Anda Tidak Kena Pajak

 

3. Negara Kenya 

Salah satu bank terbesar di Kenya menggunakan teknologi untuk mendorong akuisisi pelanggan. Oleh karena itu, bank ini menjadi pionir dalam digitalisasi, melalui kerja sama dengan perusahaan telekomunikasi, Safaricom. Inovasi ini timbul dengan adanya anggapan bahwa proses pengajuan kredit di bank akan melibatkan banyak dokumen tertulis dan menguras waktu. Dengan adanya aplikasi ini, maka tidak ada formulir atau dokumen tambahan dalam mengakses produk simpanan dan pinjaman. 

Secara keseluruhan, bank tersebut memfasilitasi bisnis, mendukung retensi, dan memfasilitasi akses ke kredit. Misalnya, diperlukannya perancangan layanan digital yang lengkap, melalui akses dana yang hanya membutuhkan waktu sedetik untuk memproses kredit dalam mempercepat prosesnya. 

Dari segi jenis penggunaannya, para pelanggan mengakses kredit hanya pada waktu tertentu. Misalnya, lebih dari 30% orang melakukan kredit dari pukul 3.00 pagi hingga pukul 6.00 pagi. Terlebih, ada 4,5 juta transaksi setiap hari, dan kredit 3,9 miliar dolar disediakan pada tahun 2020, dan kredit 5,1 miliar dolar pada tahun 2021. Dengan menggunakan data dan analitik, layanan perbankan jauh lebih intuitif dan mendorong akses ke layanan keuangan. 

 

4. Negara Indonesia 

Di Indonesia, ekosistem untuk UMKM mulai dibangun menggunakan teknologi dan data dalam menyediakan akses bagi UMKM. Terlebih, terdapat kekurangan data yang cukup dan agunan yang efisien dalam penyediaan kredit. Hal ini dilakukan oleh Investree sebagai perusahaan teknologi keuangan (fintech) yang menyediakan platform pinjaman pasar Business to Business (B2B). 

Investree juga menggunakan skor kredit alternatif yang menyediakan solusi modal kerja jangka pendek untuk UMKM. Sehingga, berfokus pada produk khusus yaitu pemberian pinjaman modal kerja yang ditujukan kepada UMKM. Selain itu, bekerja sama dengan e-commerce besar dan melakukan pengadaan dengan pemerintah, dalam mengintegrasikan dengan e-commerce dan membantu UMKM untuk menyediakan barang dan jasa kepada pemerintah.

Jika Anda pertanyaan terkait topik ini, silakan berkonsultasi secara gratis di Tanya Ahli. Daftarkan dulu diri Anda untuk akses penuh ke seluruh fitur Daya.id.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

0.0

0 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Ari Handojo

Business Coach

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS