Dirilis

21 April 2023

Penulis

Mitra Bisnis

Center of Economic and Law Studies (CELIOS) melakukan studi dengan GudangAda dengan tema Business to Business (B2B) Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) Marketplace Indonesia Outlook 2023 yang bertujuan memberikan pemahaman kepada publik terkait kondisi bisnis B2B FMCG. 

Baca Juga: Cara Memilih Jasa Pengiriman yang Tepat

Pelaku UKM di Indonesia telah semakin siap dalam mengadopsi digital, dimana hasil tersebut dituangkan pada jumlah pelaku bisnis pada bisnis B2B FMCG meningkat. Namun, pelaku UKM masih mengalami kesulitan atau tantangan, yaitu rendahnya literasi digital dan literasi keuangan. 

Pengembangan varian B2B FMCG ini memberikan peluang bagi UKM dengan sektor bisnis FMCG seperti makanan minuman (mamin). Dengan platform B2B FMCG yang telah tersedia membuat pelaku UKM mudah dalam melakukan penjualannya. Sejumlah platform marketplace B2B FMCG yang telah muncul yaitu Gudangada, GrabKios, Mitra Bukalapak, GoToko, Mitra Tokopedia, dan Warung Pintar. 

 

Pertumbuhan Nilai Transaksi B2B Indonesia 

B2B merupakan proses penjualan yang dilakukan oleh satu bisnis atau perusahaan ke perusahaan lainnya. Proses tersebut melibatkan dan menghubungkan produsen, grosiran, pengecer, dan pelaku bisnis lainnya. Oleh karena itu, pengembangan model bisnis B2B ini juga berdampak pada sektor FMCG. 

Reogma Analysis melakukan riset terhadap nilai transaksi B2B di Indonesia. Ditemukan bahwa nilai transaksi B2B E-commerce selama 4 tahun terakhir (2018-2022) tumbuh persisten, dimana setiap tahunnya mencapai tingkat 25%. Berikut ini datanya:

Pertumbuhan nilai transaksi B2B E-Commerce di Indonesia diperkirakan akan tumbuh juga hingga 2023 secara persisten. Hingga 2022, nilai transaksi B2B E-Commerce telah mencapai US$ 17,07 milyar dan diperkirakan tumbuh menjadi US$ 21,33 milyar pada tahun 2023. 

Direktur Eksekutif CELIOS Bhima Yudhistira mengatakan, optimisme tersebut dikarenakan platform E-Commerce B2B menyediakan solusi bisnis bagi penjual produk FMCG seperti toko kelontong atau Usaha Kecil Menengah (UKM). 

Pendorong tumbuhnya nilai transaksi B2B E-Commerce yaitu mamin, bahan pokok, dan produk kosmetik yang memang terjangkau dan menjadi kebutuhan dasar masyarakat sehingga akan tumbuh positif. B2B juga akan tumbuh karena semakin banyak jaringan UKM yang tergabung dalam ekosistem yang semakin luas.

 

Transformasi B2B ke Era Digital 

Terdapat 3 fase pada transformasi B2B, dimana ketiga fase tersebut merupakan proses terbentuknya B2B secara digital. Fase 1 yaitu dari kehadiran platform B2B yang fokus pada integrasi data produk dan pemetaan kebutuhan pengadaan barang UKM. 

Lalu, pada fase berikutnya yaitu fase 2 adalah peningkatan layanan yang bersifat personalisasi terhadap kebutuhan UKM yang beragam serta pendampingan intens kepada UKM terutama dalam mencoba inovasi layanan digital. 

Fase terakhir yaitu fase 3 adalah penggunaan AI (Kecerdasan Buatan) secara optimal untuk menentukan kebutuhan tiap UKM dan principal, pengembangan layanan yang lebih luas dengan beragam kanal dan mendorong perluasan bisnis B2B seperti pembiayaan digital. 

Fase B2B saat ini berada pada transisi fase 2 menuju ke fase 3, dimana perusahaan penyedia layanan B2B mulai melakukan pengembangan layanan tambahan yang dibutuhkan oleh pelaku UKM dalam ekosistem digital yang terintegrasi. 

Transformasi B2B digital harus didukung dengan fasilitas yang memadai juga agar transformasi dapat berjalan dengan lancar. Di Indonesia, fasilitas masih kurang memadai sehingga masih menjadi tantangan bagi Indonesia dalam transformasi B2B digital.

 

Peta Rantai Pasok B2B FMCG Tradisional dan Marketplace 

B2B FMCG tradisional memiliki cara distribusi yang berbeda dengan B2B FMCG Marketplace. Dealstreetasia melaporkan rantai pasokan dari B2B FMCG tradisional, berikut rantai pasokannya:

Pada B2B FMCG tradisional, rantai pasokan dimulai dari perusahaan yang menyalurkan ke distributor, lalu distributor menyalurkan ke sub-distributor dimana mereka menaruh barang di gudang lalu disalurkan ke semi grosir dan lanjut ke pengecer. Ada juga sub-distributor yang langsung menyalurkan ke semi grosir dan lanjut ke pengecer, serta ada yang menyalurkan ke gudang dan langsung ke pengecer. 

Jika kita bandingkan dengan rantai pasokan B2B FMCG E-Commerce, distribusi e-commerce jauh lebih sederhana dibandingkan tradisional, berikut ini datanya:

Rantai pasokan dari E-Commerce dimulai dari produsen FMCG yang menyalurkan ke distributor dan dilanjutkan ke E-Commerce seperti mitra tokopedia, mitra bukalapak, grab kios, dan lain-lain dan dikirimkan ke logistik in-house atau pihak ketiga yaitu GT Retailer.

Baca Juga: Pinjaman Modal Usaha yang Tepat, Mudah, dan Aman

Artikel ini adalah bagian pertama dari Studi Peluang B2B Marketplace FMCG 2023. Silakan baca artikel selanjutnya untuk mendapat pemahaman yang utuh.

Jika Anda butuh konsultasi terkait topik ini, silakan berkonsultasi secara gratis di Tanya Ahli. Daftarkan diri Anda untuk akses penuh ke seluruh fitur Daya.id.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

0.0

0 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Ari Handojo

Business Coach

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS