Dirilis

02 Pebruari 2022

Penulis

Lucky Lombu

Jika kebutuhan Anda hanya agar terlihat mendengar, mungkin dengan diam dan memasang muka serius di depan lawan bicara, itu cukup. Tapi jika kebutuhan Anda adalah memahami persoalan yang sedang dihadapi lawan bicara, Anda harus menyimak.
 
Apa bukti jika Anda memang menyimak lawan bicara Anda? Bagaimana cara menjadi pendengar yang baik? Bagaimana cara mendengarkan curhatan hati (curhat) teman yang sedang terpuruk?

 

Cara Menjadi Pendengar yang Baik: Berinteraksi

 
Sebuah penelitian yang ditulis di Harvard Business Review pada 2016, menemukan beberapa fakta menarik tentang siapa yang dianggap sebagai pendengar yang baik. 
 
Mereka menganalisis data perilaku dari 3.492 peserta di sebuah program yang didesain untuk membantu para manajer menjadi coach yang baik. Lalu mereka mengidentifikasi siapa saja yang dianggap sebagai pendengar yang baik—sebanyak 5% dari total peserta—dan mengelompokannya menjadi empat temuan.
 
1.    Pendengar yang baik itu lebih dari sekadar diam saat orang lain bicara. Sebaliknya, orang yang dianggap pendengar yang baik adalah mereka yang secara berkala mengajukan pertanyaan yang memancing temuan dan insight
 
Duduk diam sambil mengangguk-angguk tidak cukup membuktikan kalau Anda mendengarkan. Tapi dengan mengajukan pertanyaan yang bagus, Anda seakan sedang memberitahu lawan bicara kalau Anda tidak hanya mendengar, tapi juga paham apa yang sedang dibicarakan sehingga Anda butuh informasi tambahan.
 
2.    Pendengar yang baik melakukan interaksi yang meningkatkan rasa percaya diri lawan bicara. Pendengar yang baik membuat perbincangan menjadi aktivitas positif, sesuatu yang tidak akan terjadi jika si pendengar berlaku pasif (Atau di sisi lain, kritis).
 
Dengan berinteraksi, Anda membuat lawan bicara merasa didukung dan memberi mereka rasa percaya diri. Anda menciptakan suasana aman, dimana masalah dan perbedaan pendapat bisa didiskusikan dengan terbuka.
 
3.    Mendengar dengan baik dilihat sebagai perbincangan yang kooperatif. Dalam perbincangan yang interaktif, umpan balik mengalir mulus di kedua pihak, dimana tidak ada yang bersikap defensive terhadap komentar dari lawan bicara. 
 
Sebaliknya, dengan bersikap pasif, Anda akan dilihat seperti sedang berkompetisi, dimana Anda seperti sedang mencari celah kesalahan di dalam alasan-alasan dan logika yang disampaikan, dan menggunakan sikap diam sebagai persiapan untuk memberikan respon lanjutan.
 
Baca Juga: Cara Mengatasi Konflik Sosial Sehari-Hari
 
Jika demikian, Anda mungkin dapat menjadi pendebat ulung tapi bukan pendengar yang baik. Pendengar yang baik dapat menyampaikan ketidaksetujuan dengan niat untuk membantu, bukan untuk menang dalam argumentasi.
 
4.    Pendengar yang baik cenderung memberi saran. Temuan ini sebenarnya agak mengejutkan karena sebagian orang kadang mengeluh, merasa tidak didengarkan dan lawan bicara cuma masuk coba menyelesaikan masalah. 
 
Tapi bisa jadi ini terkait cara menyampaikan saran. Kemungkinan lainnya, karena lawan bicara sudah kadung merasa didengarkan, sehingga cenderung dapat menerima masukan.
 
Jadi, jika Anda hanya diam sepanjang pembicaraan atau bahkan kadang menyerang dan kritis terhadap argumen lawan bicara, Anda akan terlihat seperti orang yang tidak kredibel dan tidak layak dipercaya. 
 
Temuan ini seakan memberi kita insight baru, dimana menjadi pendengar yang baik itu bukan seperti spons yang menyerap semua yang orang sampaikan, tapi seperti trampolin yang memantulkan balik ide-ide dalam pembicaraan.

 

Bagaimana Menjadi Pendengar yang Baik, Saat Teman Sedang Terpuruk


Tapi bagaimana jika yang berbicara kepada Anda adalah teman Anda yang sedang terpuruk? 
 
Selain temuan dari Harvard Busines Review di atas, kita juga bisa menemukan sudut pandang lain seperti yang ditulis di The Guardian pada 2016. Terutama terkait dengan bagaimana cara mendengar teman yang sedang terpuruk.
 
Karena sebenarnya ada beberapa kesalahan umum yang biasa kita lakukan. Kita merasa kalau kita sudah menjadi pendengar yang baik, padahal kita sebenarnya sedang membuat teman kita diam karena merasa perasaannya tidak Anda pahami. Langkah pertama yang dapat Anda lakukan adalah sadar akan batasan. Selain itu, berikut adalah beberapa hal lainnya yang perlu Anda pahami saat teman Anda mencurahkan perasaannya.
 
1.    Izinkan ia mencurahkan perasaannya, bukan mendengar perasaan Anda. Mungkin menyampaikan simpati seperti “Saya mengerti masalah kamu…” dapat membantu. Tapi, di situ Anda justru sedang mencuri panggung, Anda sedang menyampaikan perasaan Anda, bukan mengizinkan teman Anda mencurahkan seperti apa perasaan dia sebenarnya.
 
Sama juga, kesalahan umum yang biasa terjadi adalah memberi masukan sebelum diminta. Dan tindakan itu justru dapat membuat teman Anda diam. Jika Anda ingin membantu menyelesaikan masalahnya, biarkan ia melepaskan perasaannya.
 
2.    Jangan menyemangatinya dulu, tapi temani kesedihannya. Kesalahan lainnya adalah membelokan pembicaraan ke arah positif. Padahal, jika Anda ingin mengerti masalah yang sedang teman Anda hadapi, Anda harus turun ke dalam perasaannya, dan duduk diam menemaninya untuk sementara waktu. Dengan menyemangatinya, Anda hanya akan membuat dia diam, karena Anda seperti meremehkan perasaannya.
 
3.    Tenangkan diri Anda dari hasrat merespon. Cobalah fokus kepada teman Anda dan kalimat yang dia sampaikan. Berpikir terlalu keras tentang bagaimana Anda harus merespon, bisa jadi merugikan Anda berdua. Tenangkan diri Anda agar bisa mendengar dengan jelas.
 
4.    Berikan bahasa tubuh yang terkesan hangat kecuali jika ia merasa tidak nyaman. Jika Anda mampu, berikan bahasa tubuh yang terlihat Anda terlibat dengan ceritanya. Mungkin dengan posisi badan condong ke depan, terbuka untuk melakukan kontak mata kecuali jika ia tipe orang yang tidak nyaman tatapan Anda.
 
Berikan suara yang lembut dan terdengar peduli. Tapi hati-hati, karena hanya ada garis tipis antara suara lembut dengan suara meremehkan.
 
5.    Hal terpenting adalah diam. Teman Anda sedang melewati pikiran dan perasaan yang menyakitkan, jadi jangan memburu-buru dia. Orang biasanya akan mulai terbuka jika Anda tidak memotong omongannya. Berikan kesempatan untuknya berbicara dan mengungkapkan perasaannya sampai selesai, setelah itu baru Anda merespon dengan tenang agar dia pun merasa nyaman.
 
Jadi, bagaimana cara menjadi pendengar yang baik saat teman sedang terpuruk? Batasi diri Anda, dan sadarlah, bahwa teman Anda butuh mencurahkan seluruh kegelisahannya kepada Anda, bukannya mendengarkan Anda merespon, “Wah, itu sih belum apa-apa. Saya pernah yang lebih berat. Semangatlah…”
 
Semoga tips di atas bisa membantu Anda menjadi pendengar yang baik. Jika Anda butuh saran lebih lanjut, silakan berkonsultasi dengan ahli di Tanya Ahli. Silakan daftarkan diri Anda di daya.id untuk mendapat akses gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

5.0

5 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Farraas A Muhdiar, M.Psi. M.Sc

Psikolog Klinis Anak & Remaja

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS