Dirilis

12 Desember 2018

Penulis

Tim Penulis Daya Sehat Sejahtera

Di jaman dengan teknologi canggih, mungkin anak tidak pernah melihat uang. Orang tua sering membayar menggunakan kartu atau bahkan transfer dengan telepon. Tapi, apakah orang tua perlu mengajari anak nilai uang?

Sesekali Anda sebagai orang tua perlu mengajak anak membeli suatu barang atau makanan dan membayarnya dengan uang tunai. Jelaskan kepada anak bahwa uang itu adalah pengganti jerih payah dari pedagang. Jelaskan juga kepada anak, bahwa orang tuapun harus bekerja untuk memenuhi berbagai kebutuhan di rumah dan untuk berbagai keperluan anggota keluarga seperti sekolah, membeli buku, dan lainnya.

Maka penting rasanya orang tua mengajari anak “nilai uang” dengan memberi contoh konkrit. Misalnya, memberi tahu bahwa uang berwarna tertentu dapat membeli satu barang tertentu kesukaan anak (misal satu boneka atau mobil-mobilan), sedangkan dengan uang warna lain ia tidak dapat membeli boneka atau mobil-mobilan, dan dengan uang yang warnanya merah ia dapat membeli satu set mobil-mobilan.  

Atau dengan menjelaskan ada berapa angka “nol” di belakang angka, anak juga dapat belajar bahwa makin banyak angka “nol” dibelakang angka, maka makin tinggi nilai uang tersebut. Intinya, anak kecil belajar dari pengalaman yang dilihat dan dialaminya secara nyata.

Selain itu, orang tua juga perlu mengajari anak cara bijak menggunakan uang, diantaranya:

Tidak Semua Bisa Dibeli
Orang tua juga perlu untuk mengajarkan anak bahwa tidak semua keinginan dapat dibeli. Akan lebih mudah mengajarkan anak untuk berhemat dan menabung, jika sejak kecil ia tidak selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Pada anak dapat dijelaskan bahwa uang yang didapatkan orang tua dengan bekerja, harus diatur agar mencukupi berbagai kebutuhan. Berikan penjelasan ke anak dengan mengatakan, “Maaf ya Nak, kalau uang ibu dipakai untuk membeli mainan ini, maka kita tidak bisa makan”. Memang pada awalnya anak akan mencoba berbagai cara agar dibelikan keinginannya,  kadang menangis meraung-raung sampai orang tua merasa malu. Tetapi jika sejak awal orang tua konsisten, maka anak akan cepat paham bahwa jika orang tuanya mengatakan “tidak sekarang” atau “tidak bisa”, maka ia tidak akan mendapatkan keinginannya.

Menabung
Jika anak sudah paham tentang nilai uang, maka ajari anak membuat “goal” akan membeli apa dan  menabung untuk membeli barang yang diinginkannya. Ia juga dapat mulai mempertimbangkan dengan uang yang ada, apakah ia akan membeli barang A atau B atau ditabung untuk sesuatu yang lebih diinginkannya. Ada baiknya anak usia SD sudah mendapat uang saku. Awalnya harian dan jika ia sudah dapat mengaturnya (tidak selalu menghabiskannya), maka dapat diberi uang saku mingguan.

Berbagi
Hal juga yang penting terkait uang adalah mengajarkan anak untuk “berbagi”. Misalnya jika membeli kue, maka kue itu tidak boleh dihabiskan sendiri melainkan harus disisakan untuk anggota keluarga lain. Atau jika keluarga sedang makan di restoran dan ada pengemis di depan restoran, maka orang tua dapat mencontohkan membelikan “nasi dengan cara dibungkus” untuk pengemis tersebut. Jika anak sudah berusia 6 tahun ke atas, ada baiknya anak mempunyai tiga celengan untuk ditabung, dibelanjakan, dan disedekahkan. Pengalaman berbagi ini penting untuk menumbuhkan rasa empati dan syukur pada anak.

Semoga Bermanfaat!
Selamat Hari Belanjar Online Nasional!

Sumber:

Tim Riset Daya Sehat Sejahtera

Penilaian :

5.0

1 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Farraas A Muhdiar, M.Psi. M.Sc

Psikolog Klinis Anak & Remaja

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS