Dirilis

24 November 2023

Penulis

Tsalitsa Haura Syarifah, M.Psi., Psikolog (Tim Arsanara Development Partner)

Banyak faktor yang dapat menjadi prediktor stres kerja pada karyawan, baik faktor internal pada diri individu maupun faktor eksternal. Salah satu faktor internal penyebab stres kerja yang paling tinggi dari beberapa penelitian di dunia yaitu dikarenakan rendahnya work-life balance atau keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi atau keluarga. 

Rendahnya work-life balance memiliki dampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan karyawan, serta mempengaruhi performa organisasi. Ketidakseimbangan kehidupan pekerjaan dan kehidupan keluarga dalam jangka waktu yang berkepanjangan dapat menyebabkan tingkat stres yang lebih tinggi dalam bentuk burnout sehingga dapat meningkatkan intensi karyawan untuk keluar dari tempat kerjanya.

Sebelum kita membahas bagaimana cara mengupayakan keseimbangan kehidupan di pekerjaan dan di keluarga, mari kita memahami lebih jauh tentang konsep work-life balance terlebih dahulu. Work-life balance merupakan tingkat seberapa individu secara seimbang terlibat dan merasa puas dengan pekerjaan dan peran di kehidupan pribadinya. Dengan kata lain, work-life balance adalah sejauh mana seseorang dapat secara bersamaan menyeimbangkan tuntutan emosional, perilaku, dan waktu di antara pekerjaan, keluarga, dan kehidupan pribadi. 

Tidak hanya berperan secara optimal di kantor, namun juga pada perannya sebagai anggota keluarga, apakah sebagai suami, istri, ayah, maupun ibu. Meskipun kondisi pasca pandemi saat ini menghasilkan kebijakan bekerja dari rumah (work from home) atau bekerja dari mana saja (work from anywhere) dan memungkinkan para karyawan untuk bertemu dengan anggota keluarganya lebih sering, namun ketidakjelasan batasan kerja di rumah juga dapat berpengaruh terhadap work-life balance.

Salah satu indikator dari keseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan yaitu tidak adanya konflik peran antara peran di pekerjaan dan peran di keluarga atau peran pribadi seseorang. Work-life balance sebaiknya tidak hanya membahas keseimbangan antara kehidupan pekerjaan dan kehidupan keluarga saja, melainkan juga kehidupan personal atau pribadi seseorang sehingga dapat dipersepsi sesuai kondisi masing-masing orang. 

Istilah keseimbangan kehidupan-kerja (work-life balance) lebih tepat digunakan pada konteks organisasi/profesional dibandingkan dengan keseimbangan keluarga-kerja (work-family balance) dengan mempertimbangkan karyawan yang bukan berstatus orang tua, namun juga memiliki kebutuhan untuk menyeimbangkan urusan pekerjaan dan non-pekerjaan seperti melakukan hobi, berolahraga, jalan-jalan atau berlibur. Bahkan meski seseorang sudah berkeluarga sekalipun, sebenarnya individu tetap membutuhkan waktu untuk memperhatikan dirinya sendiri atau memenuhi keinginan, cita-cita, dan kesenangannya pribadi yang bisa jadi tidak selalu bisa dilakukan bersama anggota keluarga. 

Terdapat hal-hal yang dapat mempengaruhi keseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan. Faktor dari dalam diri yang dapat berpengaruh antara lain keterampilan manajemen waktu dan tingkat stres kerja seseorang. Beberapa faktor di organisasi yang dapat mempengaruhi work-life balance antara lain work demands/workload yaitu seberapa banyak beban kerja yang dimiliki sehingga mempengaruhi seberapa sering kita harus lembur, kemudian job autonomy dan job control atau seberapa kita punya wewenang untuk menentukan cara menyelesaikan pekerjaan atau memutuskan sesuatu di pekerjaan. Hal ini berkaitan dengan lamanya birokrasi kerja yang perlu kita lalui. 

Pengaturan jadwal (shift) kerja dan kebijakan jam kerja turut berdampak pada work-life balance. Jam kerja yang panjang dan lembur yang tidak dibayar akan berdampak pada berkurangnya work-life balance. Meski demikian, fleksibilitas kerja dalam hal waktu dan tempat dapat berpengaruh juga terhadap work-life balance. Penelitian membuktikan bahwa karyawan dengan beban kerja yang sama, namun memiliki fleksibilitas dalam waktu dan tempat bekerja, ditemukan memiliki work-life balance yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak memiliki fleksibilitas kerja.

Dampak dari ketidakseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan selain munculnya stres kerja dan job burnout, yaitu berpotensi munculnya konflik kehidupan pribadi dan pekerjaan, kelelahan emosional, kecemasan, dan depresi. Sedangkan karyawan yang mampu mengupayakan work-life balance diprediksi akan memiliki kepuasan kerja, merasa berkembang, memiliki kepuasan dan kesejahteraan hidup yang lebih tinggi, serta memiliki komitmen kerja yang juga lebih loyal terhadap organisasi.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga keseimbangan kehidupan pekerjaan, pribadi, dan keluarga antara lain:

  1. Keterampilan komunikasi asertif untuk memilih pekerjaan dan prioritas, serta memenangkan gagasan di tempat kerja untuk menyelesaikan tugas dengan efektif dan efisien.
  2. Kelola waktu dan tugas dengan baik agar tidak menumpuk pekerjaan di satu waktu. Hal ini untuk menghindari masih membawa tugas kantor berlebihan saat sedang di rumah ataupun sebaliknya, masih mengkoordinasikan banyak hal domestik saat sedang di kantor.
  3. Melakukan berbagai peran dengan mindful. Artinya fokus pada apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya saat di tempat kerja, demikian pula saat di rumah saat bisa memisahkan tempat dan/atau waktu kerja.
  4. Membuat ruang/tempat kerja di rumah saat mendapat jadwal WFH/WFA. Hal ini penting untuk mengondisikan situasi kerja dan mempertahankan fokus kerja untuk tetap mencapai target sesuai tenggat waktu yang ditentukan.
  5. Memanfaatkan hak libur dan cuti karyawan dengan bijak sesuai porsinya. Jika para karyawan menjelang akhir tahun ini masih memiliki jatah cuti, maka ada baiknya bicarakan dengan atasan dan tim kapan waktu yang tepat untuk bergantian menggunakan hak tersebut agar tidak pula mengganggu dinamika pekerjaan tim yang sedang mengejar target kerja akhir tahun.



Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah psikologi lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Artikel : berbagai sumber

Foto : freepik.com

Penilaian :

4.9

17 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Mega Pratama

01 Desember 2023

Terimakasih infonya kak. Sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan saya.

Balas

. 0

Mega Pratama

01 Desember 2023

Terimakasih infonya kak. Sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan saya.

Balas

. 0

Katmi

01 Desember 2023

Infonya sangat bermanfaat👍

Balas

. 0

Katmi

01 Desember 2023

Infonya sangat bermanfaat👍

Balas

. 0

Dani Nofian

01 Desember 2023

Makasih infonya kak, bener-bener informatif

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Muthmainah Mufidah, M.Psi

Psikolog Klinis Dewasa

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS