Kisah Sukses Merawat Anak Tunagrahita Ringan

Dirilis

21 Oktober 2022

Penulis

Dini Fitriani Nugraha

Narasumber

Reka Azzahra

Pekerjaan

Karyawan swasta

Reka Azzahra atau akrab disapa dengan Reka merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Adiknya yang paling bungsu, Nadhif, terdiagnosis tunagrahita ringan saat berusia 5 tahun. Awal mula terdiagnosis tunagrahita ringan adalah saat Nadhif pergi ke psikolog untuk mengerjakan psikotes sebagai persyaratan masuk pendidikan TK (Taman Kanak-kanak). 

Ketika adik tersayang didiagnosis tunagrahita ringan, tentu hal pertama yang dirasakan Reka dan keluarga adalah sedih serta takut akan masa depan si Bungsu. Menurut Reka, “Orang normal saja banyak yang kesulitan untuk mendapatkan hidup yang layak, apalagi bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Aku sedih dia tidak bisa tumbuh dan berkembang seperti anak pada umumnya yang bisa berkarier di profesi yang dia suka atau inginkan,” ujarnya. 

Tunagrahita ringan merupakan suatu kondisi saat anak memiliki kecerdasan intelektual di bawah rata-rata, meskipun fisiknya terlihat normal seperti anak pada umumnya, namun mereka kesulitan dalam mengikuti pelajaran, mengontrol emosi, dan adaptasi sosial. 

Begitu pula dengan Nadhif, sehari-hari dia hanya bermain dengan anak kecil yang usianya lebih muda, butuh perhatian khusus saat belajar, dan saat marah (emosi tidak terkontrol) secara tidak sadar menarik baju bahkan menyubit sampai berdarah. Reka dan keluarga pun cukup kesulitan menanganinya. 

Namun jika sudah begitu, hal yang mereka lakukan adalah mengalihkan perhatian Nadhif ke sesuatu yang dia suka seperti makanan. Meskipun di rumah emosinya sering tidak terkontrol, tapi saat di luar rumah Nadhif tipe yang memendam emosi. “Adikku itu tipe yang hanya bisa berekspresi dengan bebas saat di rumah. Kalau di luar, dia tipe yang malu-malu dan tidak berani. Bahkan saat ditindas oleh temannya pun, dia tidak membalas dan memilih untuk pulang lalu nangis sambil mengadu ke mama,” ujarnya. 

Setelah terdiagnosis, Nadhif pun rutin melakukan terapi di dokter dan pengobatan alternatif seperti diurut. Tapi sekarang sudah tidak lagi Nadhif sudah masuk di sebuah sekolah khusus, dimana terdapat guru yang dapat menangani serta mengarahkan melalui kegiatan yang melatih keterampilan dia seperti menganyam. Dalam merawat Nadhif, Reka juga mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman. Adapun bentuk dukungan yang didapat berupa dukungan materiel, informasi, dan moril, seperti dana untuk terapi, informasi masuk ke sekolah untuk anak berkebutuhan khusus, serta tempat berkeluh kesah atau bercerita. 

Walaupun merawat anak berkebutuhan khusus tidak mudah, namun Reka memiliki cara atau tips tersendiri dalam merawat Nadhif. Berikut tips merawat anak berkebutuhan khusus ala Reka:

  • Jika sudah emosi, selalu ingat kalau anak berkebutuhan khusus cuma punya orang rumah atau keluarga yang mengerti keadaan dia. Kalau orang rumah aja tidak bisa mengerti kondisi dia, berarti tidak ada tempat aman lagi untuknya.
  • Mencari tahu tentang dia, seputar kondisi dan karakteristiknya.
  • Selalu sabar dan hadapi dengan kepala dingin. Jika terlanjur emosi, lebih baik mendiamkan dan tidak menghiraukan dia daripada marah-marah, kecuali hal yang dilakuin adalah hal yang tidak baik. Namun jika marahnya sudah berlebihan, segera minta maaf. Berikan contoh yang baik.
  • Saling sharing dengan internal keluarga.
  • Kalau emosi anak tidak terkontrol (mengamuk), jangan dikerasin.
  • Memberikan edukasi dan pengertian ke orang luar (lingkungan tempat tinggal dan orang tua teman bermain) agar mereka lebih aware dengan kondisi si anak.
  • Jika anak dituduh berperilaku negatif (dianggap tidak di didik), minta orang tersebut untuk berkaca dan saling intropeksi diri (crosscheck). Kalau terbukti anak salah, segera minta maaf dan memberikan pengertian.


Karena dunia ini dihuni oleh berbagai macam manusia, tidak menutup kemungkinan akan bertemu dengan lingkungan yang tidak ramah terhadap anak berkebutuhan khusus atau orang-orang yang suka mendiskriminasi dan memandang mereka sebelah mata. Pesan dari Reka adalah “Kita saling menghargai saja dan coba mengerti, memahami, saling menahan ego, serta aware atau mencari tahu terhadap anak berkebutuhan khusus. Jangan asal mengecap orang yang berbeda dengan sebutan aneh atau gila. Selama dia tidak merugikan atau membahayakan, ya lebih memberikan pengertian saja biar sama-sama enak,” ujarnya.

Semoga kisah di atas menginspirasi Anda. Apabila memiliki pertanyaan lebih lanjut, segera login ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Penilaian :

4.7

6 Penilaian

Kisah Sukses Lainnya

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS