Dirilis

20 April 2024

Penulis

Dian Savitri

Salah satu tujuan keuangan bagi seseorang yang sudah berkeluarga dan memiliki buah hati yakni dana pendidikan anak. Dana pendidikan anak ini penting karena merupakan tujuan keuangan yang tidak bisa digeser jangka waktunya, karena tahun masuk sekolah anak sudah bisa diprediksi seperti contoh berikut:
 
Asumsi usia anak saat ini di tahun 2023 adalah 2 tahun, maka proyeksi masuk sekolahnya sudah bisa diperkirakan dan direncanakan. 

Masalah yang ada saat ini adalah dalam satu keluarga memiliki banyak anak dan satu anak mempunyai banyak jenjang pendidikan. Yang sering menjadi pertanyaan adalah, “apakah saya harus mengumpulkan semuanya sekaligus?” 


 

Strategi Merencanakan Dana Pendidikan Anak

Yuk, kita bahas satu per satu strategi kita dalam merencanakan dana pendidikan anak:

 

  1. Menghitung kebutuhan dana pendidikannya untuk 1 anak, Berdasarkan asumsi di tahun 2023 usia anak 2 tahun, maka kita bisa hitung kebutuhan dana pendidikan anaknya dengan menggunakan rumus future value dari biaya masuk saat ini untuk masing-masing jenjang. Sebagai contoh asumsi biaya uang pangkal untuk masing-masing jenjang pendidikan sebagai berikut:


 

  1. Berdasarkan hitungan di atas, mungkin terlihat besar. Akan tetapi kita hitung balik ke kondisi saat ini, kira-kira investasi apa yang cocok dan besar nominalnya berapa yang bisa kita kumpulkan dari sekarang.



Dari hasil hitungan di atas, kebutuhan investasi dana pendidikan anak pertama yakni mengumpulkan Rp900.000 per bulan di reksadana pasar uang untuk uang pangkal TK, mengumpulkan Rp868.000 per bulan di reksadana pendapatan tetap untuk uang pangkal SD, mengumpulkan Rp360.000 (dengan pembulatan) per bulan di reksadana campuran untuk uang pangkal SMP, mengumpulkan Rp335.000 (dengan pembulatan) per bulan di reksadana campuran untuk uang pangkal SMA, dan mengumpulkan Rp575.000 (dengan pembulatan) per bulan di reksadana saham untuk uang masuk kuliah tingkat sarjana. 

Setelah dijumlah maka dana yang perlu disisihkan untuk dana pendidikan anak setiap bulannya adalah Rp3,1 juta. 

Melihat hitungan yang cukup besar apalagi anaknya lebih dari satu, alangkah baiknya apabila kita memilih mana yang lebih prioritas didahulukan. Berikut adalah opsi strategi pengumpulannya:

 

1.    Bila alokasi dananya ada

oleh dikumpulkan sekaligus dari TK hingga kuliah dan kebutuhan lain yang prioritas telah dipenuhi, seperti kebutuhan operasional sehari-hari, dana darurat, proteksi dan melunasi utang-utang konsumtif seperti pada piramida ini:

 

2.    Bila dana kita terbatas, maka urutan prioritasnya adalah

a.    Pertama yang paling prioritas adalah jenjang paling dekat dan pendek misalnya biaya untuk masuk TK dan SD. 

Tingkat TK dan SD adalah jenjang pendidikan paling dekat, sehingga bisa dimasukan sebagai tujuan keuangan jangka pendek. Karena dana pendidikan adalah tujuan keuangan yang tidak bisa digeser, jadi kapan anak kita akan masuk sekolah secara kasar sudah bisa direncanakan dari semenjak anak lahir. 

 

b.    Kedua adalah dana pendidikan anak untuk jenjang kuliah S1. 

Mengutip Sun Education 2015, rata-rata kenaikan inflasi dana pendidikan kuliah di Indonesia adalah 15% per tahun, lebih tinggi dibanding di negara lain yang kisaran 6% per tahun. 

Hal ini salah satunya disebabkan oleh demografi penduduk Indonesia yang masih berbentuk piramida dimana usia muda jauh lebih banyak dibanding usia tua dan membuat demand (permintaan) bangku kuliah semakin besar dibanding dengan supply atau kapasitas universitas negeri yang ada terutama untuk kampus dan jurusan favorit. 

Jalan tengahnya, proses seleksi masuk kuliah di kampus dan jurusan favorit melalui proses seleksi mandiri dengan biaya sumbangan yang tidak sedikit.. 

 

c.    Ketiga adalah  jenjang yang di tengah SMP dan SMA.

Biaya masuk SMP dan SMA bisa mulai dikumpulkan pada saat anak sudah masuk SD, sehingga orang tua mempunyai waktu sekitar 6 - 9 tahun untuk mengumpulkan uang masuk SMP dan SMA. Namun yang perlu diingat, saat anak sudah masuk SD ada pos biaya SPP yang masuk sebagai living cost (biaya hidup) orang tua. 

Merencanakan dan mengumpulkan dana pendidikan perlu kesabaran, disiplin dan konsisten. Rencanakan sesuai kemampuan tidak memaksakan sekolah anak hanya karena gengsi ataupun ego orang tua semata. Akan tetapi tidak menyepelekan sehingga kita harus mengorbankan minat, bakat, dan potensi anak. Perlu diingat bahwa anak bukanlah investasi, saat kita mengumpulkan dana pendidikan anak jangan melupakan tujuan keuangan lain yakni dana pensiun yang lebih penting.

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah atau informasi keuangan lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

4.8

5 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Dian Savitri

Perencana Keuangan Pribadi

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS