07 Desember 2018
Dirilis
Penulis
Tim Daya Tumbuh Usaha
Apakah di antara teman Anda ada yang dijuluki ‘tukang makan’? Adakah yang juga menjadi ‘kritikus makanan’, karena sering diminta pendapatnya mengenai rekomendasi restoran bercita rasa lezat? Atau mungkin, Andalah yang memiliki kedua sifat ini?
Kalau Anda sangat mencintai dunia kuliner dan ingin terjun ke dalam bisnis di bidang kuliner, ada beberapa hal yang harus diketahui terlebih dahulu.
Merintis bisnis di bidang kuliner tak berarti harus pandai memasak. Pandai memasak tentu menjadi bonus, tapi Anda bisa merekrut atau bekerja sama dengan orang yang lebih ahli memasak jika kemampuan memasak memang kurang. Yang juga sama pentingnya dengan skill memasak adalah beberapa soft skill yang kerap disepelekan oleh mereka yang telah terjun di bisnis kuliner. Apa saja?
Customer-service oriented
Ketika merintis bisnis kuliner, sangatlah penting untuk memiliki skill ini. Pemahaman dan keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi customer punya pengaruh besar pada kemajuan bisnis. Coba pikirkan hal ini: kalau Anda menjual makanan, kepada siapa menjualnya? Tentu kepada calon customer bukan?
Skill ini meliputi: kemampuan untuk memahami keinginan customer, sabar menghadapinya, dan terbuka dengan kritik. Ingat, bedakan kritik dengan cacian. Cacian hanya menunjukkan sisi buruk tanpa solusi untuk pengembangan diri. Sedangkan kritik, meliputi kualitas menu, kebersihan restoran, kecepatan memasak, hingga kecepatan pengantaran makanan.
Komunikasi yang baik
Jika Anda yang memimpin bisnis ini secara langsung, skill ini juga perlu untuk dimiliki. Komunikasi yang baik tidak hanya diimplementasikan kepada customer, melainkan juga kepada diinternal, tim yang bekerja dengan Anda. Sebagai pimpinan, harus bisa menjelaskan visi dan keinginan Anda kepada tim. Alhasil, tim Anda bisa mengeksekusi keinginan tersebut dengan baik. Namun, komunikasi internal ini juga harus terjadi dua arah. Anda juga harus memiliki skill listening atau mendengarkan. Terutama jika bukan Anda yang terjun langsung di bisnis ini. Setiap karyawan pasti memiliki masukan dan ingin didengar.
Komunikasi ini juga penting ketika ingin melebarkan sayap bisnis. Cara terbaik untuk ‘menjual’ bisnis adalah dengan membuat promosi yang merepresentasikan bisnis Anda dan membuatnya semenarik mungkin. Cara berkomunikasi ini yang menentukan keinginan calon customer melirik usaha Anda.
Kreativitas
Jika ingin merintis bisnis di bidang kuliner dan memiliki mimpi untuk menjadikannya lebih besar atau berkembang secara terus menerus, maka pastikan memiliki skill yang satu ini, yaitu kreativitas. Bisnis yang menguntungkan memang harus mengikuti tren pasar. Misalnya tren saat ini adalah es kepal, belum tentu tren tersebut bertahan sampai tahun depan. Mengikuti tren pasar bisa menjadi permulaan yang baik bagi pemula, tapi tetap harus memiliki kreativitas untuk menjadi trendsetter di bidangnya. Dengan begini, bisnis Anda di bidang kuliner tidak akan pernah mati.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kreativitas adalah dengan selalu mencari info sebanyak mungkin. Pikirkan apa yang menjadi tren di masyarakat saat ini. Apa yang tengah mereka sukai? Mulailah dari sini dan kreasikan tren yang tengah menjamur. Cari tahu juga info kuliner dari luar negeri, karena bisa saja menjadi inspirasi dan diterapkan di dalam negeri.
Kreativitas tak hanya terbatas pada pengembangan menu. Anda juga bisa mendobrak tren dengan membuat konsep kuliner yang unik. Pada dasarnya, customer di era generasi millennial gemar mencoba sesuatu yang baru dan ingin lain daripada yang lain. Selain menjual rasa, juga bisa menjual ‘pengalaman’ kuliner. Bisa saja, membuat konsep restoran yang sedikit aneh (tapi tetap sopan dan masuk akal), atau cara penyajian menu yang beda.
Manajemen waktu dan keuangan
Baik itu pemodal, pemilik, atau tukang masak, semuanya dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola waktu dan melek finansial. Bisnis yang menjanjikan sekalipun bisa jatuh terpuruk jika tidak memiliki manajemen yang baik. Dari awal memulai bisnis, manajemen waktu dan keuangan sudah menjadi tantangan. Bagaimana persiapannya? Hitung waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan semua proses bisnis dan bagaimana bisa mewujudkan semua checklist dalam rentang waktu yang sudah ditentukan. Cek apakah ketika menggarap bisnis kuliner dengan produk yang spesifik masih bisa menarik minat pelanggan di masa depan. Lalu, cek juga pengaturan modalnya agar dapat kembali sesuai waktu yang sudah ditentukan.
Begitu juga dengan masalah keuangan. Hindari terjun di sebuah bisnis (bidang apa pun itu) tanpa persiapan dan pengaturan keuangan yang baik. Hindari menghabiskan seluruh modal di tahap awal bisnis, karena Anda setidaknya harus memiliki dana yang digunakan untuk membeli bahan baku, membuat promosi, menyewa karyawan, dan lain sebagainya. Ingat, sebuah bisnis bisa sangat laris di awal lalu tertatih-tatih di kemudian hari. Atau bahkan sebaliknya. Tidak ada yang tahu bukan?
Kemampuan membaca keinginan pasar
Skill terakhir juga merupakan soft skill sering dianggap kurang penting. Banyak chef yang mendirikan restoran atau pencinta kuliner yang membuka coffee shop, mengakhiri mimpinya hanya dalam hitungan bulan. Semua bisa terjadi ketika mereka tidak memperhatikan keinginan pasar. Meningkatkan kualitas bisnis tentu penting, tapi jangan sampai menjadi bumerang. Merasa bangga dengan produk sendiri bisa membuat Anda kurang memperhatikan situasi pasar. Adakah pemain baru di sekitar yang berhasil mencuri minat pelanggan Anda? Adakah bisnis kuliner baru yang sedang digilai masyarakat?
Untuk menjadikan bisnis kuliner Anda berhasil, Anda harus jeli membaca peluang yang terjadi dan pintar mengikuti arus keinginan pasar. Tentu saja, Anda harus menambahkan bumbu ‘ambisi’ ya. Dengan racikan yang tepat, bisnis Anda tak akan ragu untuk terus maju!
Kalau Anda sangat mencintai dunia kuliner dan ingin terjun ke dalam bisnis di bidang kuliner, ada beberapa hal yang harus diketahui terlebih dahulu.
Merintis bisnis di bidang kuliner tak berarti harus pandai memasak. Pandai memasak tentu menjadi bonus, tapi Anda bisa merekrut atau bekerja sama dengan orang yang lebih ahli memasak jika kemampuan memasak memang kurang. Yang juga sama pentingnya dengan skill memasak adalah beberapa soft skill yang kerap disepelekan oleh mereka yang telah terjun di bisnis kuliner. Apa saja?
Customer-service oriented
Ketika merintis bisnis kuliner, sangatlah penting untuk memiliki skill ini. Pemahaman dan keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi customer punya pengaruh besar pada kemajuan bisnis. Coba pikirkan hal ini: kalau Anda menjual makanan, kepada siapa menjualnya? Tentu kepada calon customer bukan?
Skill ini meliputi: kemampuan untuk memahami keinginan customer, sabar menghadapinya, dan terbuka dengan kritik. Ingat, bedakan kritik dengan cacian. Cacian hanya menunjukkan sisi buruk tanpa solusi untuk pengembangan diri. Sedangkan kritik, meliputi kualitas menu, kebersihan restoran, kecepatan memasak, hingga kecepatan pengantaran makanan.
Komunikasi yang baik
Jika Anda yang memimpin bisnis ini secara langsung, skill ini juga perlu untuk dimiliki. Komunikasi yang baik tidak hanya diimplementasikan kepada customer, melainkan juga kepada diinternal, tim yang bekerja dengan Anda. Sebagai pimpinan, harus bisa menjelaskan visi dan keinginan Anda kepada tim. Alhasil, tim Anda bisa mengeksekusi keinginan tersebut dengan baik. Namun, komunikasi internal ini juga harus terjadi dua arah. Anda juga harus memiliki skill listening atau mendengarkan. Terutama jika bukan Anda yang terjun langsung di bisnis ini. Setiap karyawan pasti memiliki masukan dan ingin didengar.
Komunikasi ini juga penting ketika ingin melebarkan sayap bisnis. Cara terbaik untuk ‘menjual’ bisnis adalah dengan membuat promosi yang merepresentasikan bisnis Anda dan membuatnya semenarik mungkin. Cara berkomunikasi ini yang menentukan keinginan calon customer melirik usaha Anda.
Kreativitas
Jika ingin merintis bisnis di bidang kuliner dan memiliki mimpi untuk menjadikannya lebih besar atau berkembang secara terus menerus, maka pastikan memiliki skill yang satu ini, yaitu kreativitas. Bisnis yang menguntungkan memang harus mengikuti tren pasar. Misalnya tren saat ini adalah es kepal, belum tentu tren tersebut bertahan sampai tahun depan. Mengikuti tren pasar bisa menjadi permulaan yang baik bagi pemula, tapi tetap harus memiliki kreativitas untuk menjadi trendsetter di bidangnya. Dengan begini, bisnis Anda di bidang kuliner tidak akan pernah mati.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kreativitas adalah dengan selalu mencari info sebanyak mungkin. Pikirkan apa yang menjadi tren di masyarakat saat ini. Apa yang tengah mereka sukai? Mulailah dari sini dan kreasikan tren yang tengah menjamur. Cari tahu juga info kuliner dari luar negeri, karena bisa saja menjadi inspirasi dan diterapkan di dalam negeri.
Kreativitas tak hanya terbatas pada pengembangan menu. Anda juga bisa mendobrak tren dengan membuat konsep kuliner yang unik. Pada dasarnya, customer di era generasi millennial gemar mencoba sesuatu yang baru dan ingin lain daripada yang lain. Selain menjual rasa, juga bisa menjual ‘pengalaman’ kuliner. Bisa saja, membuat konsep restoran yang sedikit aneh (tapi tetap sopan dan masuk akal), atau cara penyajian menu yang beda.
Manajemen waktu dan keuangan
Baik itu pemodal, pemilik, atau tukang masak, semuanya dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola waktu dan melek finansial. Bisnis yang menjanjikan sekalipun bisa jatuh terpuruk jika tidak memiliki manajemen yang baik. Dari awal memulai bisnis, manajemen waktu dan keuangan sudah menjadi tantangan. Bagaimana persiapannya? Hitung waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan semua proses bisnis dan bagaimana bisa mewujudkan semua checklist dalam rentang waktu yang sudah ditentukan. Cek apakah ketika menggarap bisnis kuliner dengan produk yang spesifik masih bisa menarik minat pelanggan di masa depan. Lalu, cek juga pengaturan modalnya agar dapat kembali sesuai waktu yang sudah ditentukan.
Begitu juga dengan masalah keuangan. Hindari terjun di sebuah bisnis (bidang apa pun itu) tanpa persiapan dan pengaturan keuangan yang baik. Hindari menghabiskan seluruh modal di tahap awal bisnis, karena Anda setidaknya harus memiliki dana yang digunakan untuk membeli bahan baku, membuat promosi, menyewa karyawan, dan lain sebagainya. Ingat, sebuah bisnis bisa sangat laris di awal lalu tertatih-tatih di kemudian hari. Atau bahkan sebaliknya. Tidak ada yang tahu bukan?
Kemampuan membaca keinginan pasar
Skill terakhir juga merupakan soft skill sering dianggap kurang penting. Banyak chef yang mendirikan restoran atau pencinta kuliner yang membuka coffee shop, mengakhiri mimpinya hanya dalam hitungan bulan. Semua bisa terjadi ketika mereka tidak memperhatikan keinginan pasar. Meningkatkan kualitas bisnis tentu penting, tapi jangan sampai menjadi bumerang. Merasa bangga dengan produk sendiri bisa membuat Anda kurang memperhatikan situasi pasar. Adakah pemain baru di sekitar yang berhasil mencuri minat pelanggan Anda? Adakah bisnis kuliner baru yang sedang digilai masyarakat?
Untuk menjadikan bisnis kuliner Anda berhasil, Anda harus jeli membaca peluang yang terjadi dan pintar mengikuti arus keinginan pasar. Tentu saja, Anda harus menambahkan bumbu ‘ambisi’ ya. Dengan racikan yang tepat, bisnis Anda tak akan ragu untuk terus maju!
Sumber:
Diolah dari berbagai sumber
Mufid Widayat
09 August 2023
keren
Balas
.0
Wendi Purwanto
30 December 2022
?
Balas
.0
Indra Mauliza
21 November 2021
Materi yang bermanfaat
Balas
.0
Indra Mauliza
21 November 2021
Materi yang bermanfaat
Balas
.0