Dirilis

26 September 2023

Penulis

Muthmainah Mufidah, M.Psi., Psikolog (Tim Arsanara Development Partner)

Di Indonesia, menurut data yang dihimpun dari Kepolisian Republik Indonesia (Polri), angka bunuh diri meningkat secara signifikan tiap tahunnya. Berdasarkan data terbaru, Polri melaporkan bahwa terdapat 640 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari-Juli 2023. Jumlah ini meningkat 31,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebanyak 486 kasus.  

 

Tanda Risiko Bunuh Diri


Bunuh diri selalu menjadi isu yang kompleks dan seringkali mendatangkan kebingungan ketika ada orang terdekat kita yang mengungkapkan keinginan mengakhiri hidupnya. Mengenali ciri-ciri individu yang memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup sangat penting untuk memberikan dukungan dan bantuan yang tepat waktu. Meskipun tidak semua orang menunjukkan tanda-tanda yang sama, berikut adalah beberapa indikator umum yang dapat menunjukkan seseorang berisiko untuk bunuh diri.

  1. Ekspresi Pikiran Bunuh Diri: Seseorang mungkin secara terbuka berbicara tentang ingin mati, merasa putus asa, atau tidak memiliki alasan untuk hidup. Mereka bisa mengatakan hal-hal seperti, "Saya tidak bisa melanjutkan," "Saya ingin hilang saja" atau "Saya ingin mengakhiri semuanya."
  2. Penarikan Diri di Lingkungan Sosial: Orang yang berisiko bunuh diri seringkali menarik diri dari aktivitas sosial dan hubungan dengan orang lain. Mereka mungkin menghindari teman-teman, keluarga, dan aktivitas yang mereka nikmati sebelumnya.
  3. Perubahan Drastis dalam Mood: Perubahan tiba-tiba dalam suasana hati, seperti dari sangat sedih menjadi sangat tenang atau bahkan bahagia, dapat menjadi tanda bahwa seseorang sedang tidak baik-baik saja dan punya keinginan mengakhiri hidupnya.
  4. Perubahan dalam Perilaku dan Penampilan: Individu yang berisiko bunuh diri mungkin mengalami perubahan dalam perilaku sehari-hari, seperti meningkatnya konsumsi alkohol atau obat-obatan, penurunan minat dalam perawatan diri, atau perubahan yang signifikan dalam penampilan mereka.
  5. Mengatur Urusan Pribadi: Seseorang yang merencanakan bunuh diri mungkin mulai mengatur urusan pribadinya, seperti menyusun surat wasiat atau memberikan harta benda kepada orang lain.
  6. Menunjukkan Rasa Putus Asa: Orang yang merasa putus asa sering kali mengungkapkan perasaan tersebut. Mereka mungkin merasa tidak ada jalan keluar dari masalah mereka atau merasa tidak mampu mengatasi kesulitan hidup.
  7. Menunjukkan Gejala Depresi yang Tinggi: Gejala depresi seperti perasaan sedih terus-menerus, kehilangan minat melakukan berbagai hal, perubahan berat badan yang drastis, masalah tidur yang signifikan, atau pikiran negatif yang intens, dapat menjadi tanda bahwa seseorang berisiko mengakhiri hidupnya.
  8. Percobaan Menyakiti Diri: Individu mencoba melukai diri dengan benda tajam secara sengaja atau melakukan kegiatan ekstrim yang berpeluang menyakiti diri. Kehati-hatian juga perlu ditambah apabila sudah pernah ada usaha atau percobaan mengakhiri hidupnya.


Pikiran bunuh diri yang intens dan berulang yang dibiarkan dapat berkembang menjadi rencana bunuh diri lalu akhirnya bergerak menjadi percobaan bunuh diri. Pada tahap pikiran bunuh diri (suicidal thought/ideation) sisi pikiran dari individu yang dominan memikirkan dirinya sudah tidak sanggup menjalani tantangan kehidupan dan perasaan putus asa yang kuat. Namun pada tahap rencana bunuh diri (suicidal plan) individu sudah mulai memikirkan rencana dan berbagai cara untuk bisa mengakhiri hidupnya. Individu juga mungkin sudah mengumpulkan atau membeli peralatan. 

Lalu pada tahapan percobaan bunuh diri (suicidal attempt) individu sudah benar-benar mencobakan rencana yang disusun tersebut. Peran keluarga, teman, dan orang-orang terdekat sangat penting untuk mencegah berkembangnya pemikiran bunuh diri ke tahapan-tahapan selanjutnya. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan ketika orang terdekat kita mulai menunjukkan tanda-tanda keinginan bunuh diri sebagaimana telah disebutkan di atas.

 

Menganggap isu ini sebagai isu yang serius dengan tetap tenang 


Penting untuk menjaga diri kita tetap bersikap tenang agar dapat membantu dengan maksimal. Kalau kita turut panik, biasanya hanya akan memperkeruh suasana atau akan semakin bingung apa yang perlu dilakukan. Keinginan bunuh diri adalah bagian dari gejala gangguan depresi. Ibarat sakit DBD, keinginan bunuh diri adalah gejala demamnya. Betul bisa mematikan jadi kita perlu serius, tapi anggap seperti sedang menghadapi orang dengan gejala-gejala penyakit fisik lainnya. 

Jadi coba untuk tetap tenang, tarik nafas, berhenti sejenak, dan atur ekspresi wajah kita kembali. Setelah itu, ajak berdiskusi membahas perasaan dan pikirannya tersebut. Ingat bahwa kalau individu tersebut datang bercerita pada Anda artinya orang tersebut percaya pada Anda dan sebenarnya itu sudah tanda yang baik, mengurangi 1 langkah orang tersebut mengakhiri hidupnya.

 

Memahami dan mendengar aktif

Cukup krusial untuk menemani individu saat keinginan bunuh diri sedang cukup tinggi. Latih diri kita untuk menjadi pendengar yang baik dan memberikan respon empati. Bayangkan jika kita berada di posisi orang tersebut atau berada di kondisi yang sulit, apa yang kita harapkan respon dari orang terdekat kita? Tanyakan juga pada individu tersebut apa yang dibutuhkan dari kita untuk bisa membantunya merasa lebih baik. Tidak perlu memaksa untuk bercerita, cukup yakinkan bahwa kita hadir dan siap ada di sampingnya. 

Penting untuk menanamkan bahwa ia tidak sendirian menghadapi kesulitannya. Kalau kita sedang tidak bisa menemani secara fisik, coba temani secara daring atau dorong dirinya untuk mendekat ke keluarga, teman, atau pihak lainnya yang bisa memberikan ruang aman baginya.

 

Ajak berdiskusi terkait safety plan dan coping stress


Saat pikiran bunuh diri sedang kuat, ajak individu untuk menjauhkan benda tajam, barang berbahaya, atau barang yang bisa menguatkan dan memudahkannya mengakhiri hidup. Diskusi bersama kira-kira kalau hal ini sedang muncul apa saja yang bisa dilakukan? Buat safety plan dan strategi coping sederhana seperti mendengar lagu, menelpon orang, menulis, jalan ke luar kamar, cuci muka, dll. Siapkan P3K kesehatan mental seperti pouch berisi hal-hal yang bisa menenangkan dan membuat lebih baik saat pikiran bunuh diri muncul. 

Lalu letakkan di tempat yang mudah dilihat dan digapai. Pouch bisa berisi wewangian, sapu tangan, notebook, tulisan/gambar menenangkan, stress ball, foto orang tersayang, nomor telepon orang yang bisa kita ajak ngobrol, dll. Jadi bukan hanya punya P3K versi kesehatan fisik, tapi mental juga perlu.

 

Mengajak ke profesional untuk dapat penanganan

Ajak untuk konseling dengan psikolog atau psikiater. Antarkan, temani, atau bahkan ikut hadir dalam sesi juga bisa dilakukan sebagai bentuk dukungan kita. Kalau masih terasa berat untuk konsultasi, bisa juga dengan diajak ikut kelas, bersama mendengarkan podcast, tonton video, atau diskusi artikel terpercaya terkait kesehatan mental, dan berbagai hal lainnya yang bisa mendekatkan pada profesional.

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah psikologi lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Foto : freepik.com

Penilaian :

4.8

10 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Mega Pratama

04 Desember 2023

Mantap informasinya kak. Terus menulis dan berbagi informasi bermanfaat ya kak.

Balas

. 0

natasya anindita

02 Desember 2023

Terimakasih tipsnya sangat bagus

Balas

. 0

Ardhan Ashary Nasution

26 September 2023

Keren informasi nya 👍👍

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Muthmainah Mufidah, M.Psi

Psikolog Klinis Dewasa

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS