Dirilis

10 Juli 2023

Penulis

Joshua Agustinus Panggabean

Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin Anda pernah menjumpai individu yang memiliki kecenderungan untuk mengumpulkan barang-barang dalam jumlah yang berlebihan. Fenomena ini dikenal juga sebagai hoarding disorder atau gangguan penyimpanan berlebihan. 

Baca Juga: Awas, Kleptomania Ternyata Penyakit

Hoarding disorder adalah suatu kondisi kesehatan mental yang membuat seseorang merasa perlu menyimpan barang dalam jumlah banyak, terlepas dari nilai aktual barang tersebut. Orang dengan hoarding disorder mengalami kesulitan terus menerus dalam membuang atau berpisah dengan barang-barang pribadi mereka karena mereka merasa sangat perlu menyimpan barang-barang tersebut. 

Hoarding disorder tidak sekadar berdampak pada ketidakteraturan, namun juga dapat menjadi gangguan mental serius jika tidak dikendalikan. 

 

Penyebab Hoarding Disorder

Penyebab hoarding disorder belum sepenuhnya dipahami. Namun, ada beberapa faktor yang diyakini memainkan peran dalam perkembangan gangguan ini. 

Pertama, faktor genetik dapat berperan dalam kecenderungan seseorang untuk memiliki hoarding disorder. Riset yang dilakukan pada suatu keluarga dan kembar identik menunjukkan bahwa ada kecenderungan genetik yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan ini. 

Kedua, perubahan dalam struktur dan fungsi otak juga telah dikaitkan dengan hoarding disorder. Studi menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam neurotransmitter tertentu, seperti adanya disfungsi serotonin, yang dapat mempengaruhi perilaku hoarding disorder

Selain faktor biologis, faktor psikologis juga berperan dalam hoarding disorder. Beberapa individu yang mengalami gangguan ini memiliki sejarah trauma atau peristiwa emosional yang signifikan dalam hidup mereka, seperti kehilangan orang terdekat, kegagalan dalam hubungan, atau pengalaman yang mengancam. Hal ini dapat memicu kebutuhan emosional untuk mempertahankan barang sebagai cara mengatasi perasaan kesepian, kehilangan, atau ketidakamanan. 

Hoarding disorder juga kerap dikaitkan dengan gangguan mental lainnya, seperti gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder). 


 

Gejala Hoarding Disorder

Berikut adalah gejala-gejala yang dialami oleh orang dengan hoarding disorder:

  1. Kesulitan membuang barang, bahkan jika barang tersebut tidak memiliki nilai atau kegunaan yang jelas. Mereka merasa terikat emosional dengan barang-barang tersebut dan takut kehilangan jika harus membuangnya.
  2. Penumpukan barang yang berlebihan hingga ruangan kurang bersih, penuh sesak dengan barang-barang yang tak teratur dan tidak terorganisasi
  3. Kesulitan dalam mengambil keputusan, serta mengalami distress atau gangguan emosional seperti kesedihan, kecemasan, dan stres yang signifikan pada individu yang mengalaminya.
  4. Mengalami ketidaknyamanan dan kegelisahan ketika barang-barang pribadinya disentuh atau diakses oleh orang lain, bahkan menolak upaya orang lain untuk membersihkan atau mengatur ulang barang-barang di dalam rumah. 
  5. Menarik diri dari interaksi sosial dengan keluarga dan teman-teman.


Jika Anda atau orang di sekitar Anda memiliki kesesuaian dengan beberapa gejala di atas, mungkin Anda belum tahu ingin mulai dari mana. Perlu diketahui bahwa hoarding disorder merupakan isu yang kompleks, sehingga menghakimi, mencibir atau menjatuhkan orang yang memiliki hoarding disorder jauh dari kata produktif dan konstruktif. 

Selain itu, orang yang memiliki hoarding disorder kerap takut dengan pandangan orang lain terhadap ‘gaya hidup’ mereka sehingga mereka menjauhkan diri--ini dapat bermuara pada rasa isolasi dan kesepian yang tidak sehat. 

 

Tips Hadapi Hoarding Disorder

Dalam berhadapan dengan gangguan ini, sangat penting untuk mengedepankan empati dan komitmen terhadap perubahan hidup yang lebih baik. Pengendalian hoarding disorder dapat melibatkan beberapa pendekatan yang holistik dan komprehensif. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan ini:

 

1.    Edukasi dan Kesadaran

Peningkatan kesadaran tentang hoarding disorder dan pemahaman tentang konsekuensi yang mungkin terjadi dapat membantu mencegah terjadinya kecenderungan penyimpanan berlebihan dan membantu mereka mengenali potensi masalah dan mencari bantuan jika diperlukan.

 

2.    Dukungan Sosial

Dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan dapat sangat penting dalam mengatasi hoarding disorder. Mereka dapat memberikan dukungan emosional, membantu individu dalam proses pengorganisasian dan pemilihan barang, serta memotivasi individu untuk tetap pada rencana perubahan.

 

3.    Proses Pengurangan Bertahap

Pengendalian hoarding disorder dapat dimulai dengan mengurangi jumlah barang yang disimpan melalui proses bertahap. Mulailah dengan mengidentifikasi barang-barang yang memiliki nilai atau kegunaan terendah dan bergerak secara bertahap untuk membuangnya. Pendekatan ini membantu individu untuk mengembangkan kebiasaan membuang dan mengurangi keterikatan emosional terhadap barang.

 

4.    Terapi Kognitif Perilaku (Cognitive Behavior Therapy/CBT)

CBT dapat membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat terkait dengan penyimpanan berlebihan. Melalui sesi terapi, individu akan belajar strategi untuk menantang kebiasaan menyimpan, mengatasi kecemasan terkait dengan membuang barang, dan mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan yang lebih sehat.

 

5.    Terapi Penerimaan dan Komitmen (Acceptance and Commitment Therapy/ACT)

Terapi ini fokus pada penerimaan emosi yang tidak nyaman dan komitmen untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan hidup individu. Dalam konteks hoarding disorder, ACT dapat membantu individu untuk menerima ketidaknyamanan saat membuang barang dan membangun kehidupan yang lebih berarti tanpa mengandalkan benda-benda fisik.

 

6.    Pengaturan Lingkungan

Mengatur lingkungan fisik juga penting dalam mengendalikan hoarding disorder. Pengaturan lingkungan melibatkan menciptakan sistem penyimpanan yang teratur, mengatur ulang ruangan agar lebih fungsional, dan membatasi akses terhadap area yang berpotensi menjadi tempat penumpukan.

 

7.    Bantuan Profesional

Bantuan profesional, seperti psikolog atau psikiater merupakan langkah penting dalam pengendalian hoarding disorder. Mereka dapat memberikan evaluasi yang tepat, panduan, dan dukungan untuk membantu individu mengendalikan dan mengatasi gangguan ini secara efektif.

Hoarding disorder adalah kondisi yang membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan penuh perhatian dalam pengobatannya. Melalui terapi, pengobatan, dan sistem dukungan yang kuat, individu dapat belajar mengelola perilaku menumpuk barang, melakukan perubahan positif, dan meningkatkan kualitas hidup mereka. 

Peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang hoarding disorder sangat penting dilakukan untuk melawan stigma yang melekat terhadap kondisi ini. Melalui pendidikan dan empati, Anda dapat menciptakan lingkungan yang menerima dan mendukung individu yang terkena dampak hoarding disorder dan membantu mereka dalam pemulihan. 

Baca Juga: Histrionic Personality Disorder, Pengertian dan Pencegahannya

Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai hoarding disorder, silakan berkonsultasi langsung dengan psikolog di Tanya Ahli. Silakan daftarkan juga diri Anda untuk akses penuh di Daya.id.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

4.8

12 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Roy Ivan Fidelis

01 Desember 2023

Terimakasih atas kontennya bang. Kebetulan punya temen yang punya kelakuan gitu juga. Alesan dia sih \"kami gk punya rasa sentimentil terhadap barang\" hahahah

Balas

. 0

mirna risnasuci

12 Juli 2023

bagus

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Muthmainah Mufidah, M.Psi

Psikolog Klinis Dewasa

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS