Informasi Artikel

Penulis Artikel

Muthmainah Mufidah, M.Psi., Psikolog (Tim Arsanara Development Partner)

Dalam menyambut tahun yang baru, merupakan hal yang baik untuk mempersiapkan diri, termasuk kesiapan mental untuk senantiasa resilien menghadapi perubahan yang mungkin terjadi di tahun mendatang. Resiliensi didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan mengatasi situasi yang sulit, seperti tantangan hidup, trauma, atau tragedi. 

Resiliensi melibatkan aspek mental, perilaku, dan emosi. Individu yang resilien cenderung memiliki sifat optimis, yaitu percaya bahwa situasi yang sulit akan berubah menjadi lebih baik. Oleh karena itu, sikap resilien ini merupakan hal yang dibutuhkan untuk terus berkembang menjadi lebih baik. 

 

Tahapan Manusia Saat Mengadapi Kesulitan

Meski demikian, cukup sulit untuk membangun daya lenting atau kemampuan bangkit ini, butuh untuk terus dilatih. Ketika menghadapi kesulitan dan berusaha menghadapi kesulitan tersebut, umumnya individu melalui tiga tahapan, yaitu:

 

1.    Survive (Bertahan)

Pada tahap bertahan ini, di awal menghadapi tantangan, sangat wajar jika individu merasa stres dan cemas, tetapi menjadi hal penting untuk berusaha tetap bertahan dengan memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, seperti mengatur waktu, jam tidur, dan pola makan yang baik. Pada tahap ini, fokus utamanya adalah mengurai masalah secara perlahan dan bertahan hidup, terutama menjaga stabilitas diri. 

Individu seringkali menjadi lupa makan, kurang tidur, mengurung diri, atau perilaku destruktif lainnya ketika sedang menghadapi masalah. Mencoba untuk fokus pada kekuatan fisik sambil terus mengurai masalah menjadi kunci untuk tetap bertahan dan nantinya bisa berpikir dan menemukan solusi terbaik, karena akan sulit maju jika minim energi untuk bergerak dan melawan.

 

2.    Recover (Pemulihan)

Di tahap pemulihan, setelah lebih kuat dan stabil, individu mulai membangun kembali rasa percaya diri yang mungkin sempat menurun di tahap sebelumnya. Jadi, merupakan hal yang wajar jika dalam kesulitan individu tidak bisa langsung bangkit, tapi membutuhkan waktu terlebih dahulu secara perlahan. Hal yang terpenting adalah tetap berusaha untuk bergerak. 

Pada tahap ini, setelah sudah lebih tenang dan terkendali emosinya, merupakan hal yang baik untuk mulai membuat perencanaan, memperbaiki skill, berkomunikasi dengan orang sekitar, atau mencari dukungan dari orang-orang terdekat. Kunci utama pada tahap ini adalah mulai bergerak dan mengeksplorasi berbagai opsi yang ada untuk membuat keadaan lebih baik.

 

3.    Thrive (Berkembang)

Setelah kondisi membaik, penting untuk tidak berhenti atau mudah puas. Beberapa individu berhenti di tahapan sebelumnya karena merasa sudah ada solusi atau jalan keluar yang bisa dicoba untuk mengatasi tantangannya. Padahal, sangat penting untuk terus mengeksplorasi dan berkembang. 

Individu perlu bergerak menemukan cara agar lebih sukses dan tidak mengulangi kesalahan atau kesulitan sebelumnya. Pengalaman yang lalu dijadikan pelajaran untuk mengelola lebih baik, misalnya dengan menabung lebih bijak atau mengembangkan jaringan yang lebih luas, dan lain sebagainya. Individu yang sampai pada tahapan ini dapat memiliki skill atau kemampuan baru yang lebih baik untuk bekal kedepannya.

 

Tips Membangun Resiliensi

Menjalani tiap tahapan tersebut tentu bukanlah hal yang mudah. Cukup banyak individu yang kesulitan untuk mengelola diri di tahapan pertama sehingga berkembang menjadi berbagai masalah kesehatan mental seperti burnout, kecemasan, depresi, regulasi emosi buruk, dan lain-lain. Berikut ini terdapat beberapa tips untuk membangun resiliensi, sehingga dapat sampai pada tahap thrive atau berkembang. 

 

1.    Adaptability

Kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara fleksibel. Kata kuncinya adalah berhenti dan refleksi. Berusaha untuk fleksibel dalam berpikir dengan cara berhenti sejenak dan merefleksikan kejadian/kondisi. Memberi jarak dari tantangan saat ini untuk bisa berpikir lebih adaptif. Penting mengelola emosi diri di momen ini. Beberapa teknik menstabilkan emosi antara lain adalah butterfly hug, nafas 4-7-8, menulis atau journaling, bercerita pada orang terdekat, beribadah, istirahat sejenak, hingga olahraga. 

 

2.    Agility atau ketangkasan

Berusaha mengambil keputusan yang paling efektif dan efisien, serta mengkomunikasikan dengan tenang. Keterampilan pengambilan keputusan ini dapat dilatih lewat beberapa hal, antara lain dengan mencoba membuat skala prioritas, mengatur waktu dengan baik, dan berusaha mengevaluasi secara objektif. Kata kuncinya adalah berusaha dan mengevaluasi. Dalam pengambilan keputusan, hal yang juga perlu diperhatikan adalah komunikasi asertif. 

Seringkali individu sudah membuat keputusan yang tepat, tetapi karena tidak mengkomunikasikan dengan cara yang baik, efeknya justru menjadi kurang efektif. Jadi, penting untuk berusaha mengkomunikasikan keputusan atau pun kondisi pada pihak terlibat dengan berfokus pada perilaku untuk menjadi lebih baik, bukan pada pemberian label atau penghakiman tertentu. 

 

3.    Readiness to change (kesiapan berubah)

Ketika ada tantangan, artinya akan ada perubahan atau kita perlu melakukan perubahan untuk keadaan menjadi lebih baik. Pengelolaan stress dan mindset untuk terus berkembang penting diterapkan agar kita siap menghadapi perubahan. Kenali diri dengan baik, sehingga mengetahui cara yang paling efektif bagi diri kita dalam mengelola stress. Terdapat banyak cara dalam mengelola stress, seperti dengan emotion coping (mengelola aspek emosi), problem focused (mencari solusi praktikal, konkrit, dan aktif), social support (mendekatkan diri pada orang terdekat untuk saling memberi dukungan), religious coping (mendekatkan diri pada Tuhan, termasuk ritual ibadah), dan meaning making (berusaha mencari makna dan pembelajaran dari kondisi). Selain itu, terkait dengan pola pikir, growth mindset (pikiran bahwa kemampuan, kecerdasan, dan kondisi selalu bisa berkembang) adalah pola pikir yang perlu terus digunakan dalam menghadapi tantangan sehingga lebih mudah untuk bangkit. 

 

4.    Positive outlook atau harapan

Berusaha untuk optimis dalam melihat masa depan, meyakini bahwa ada hal-hal yang bisa dipelajari dan ada harapan keadaan menjadi lebih baik. Akan sulit melangkah maju bila tidak percaya keadaan bisa membaik. Namun dalam melihat kedepannya perlu dengan strategi. Salah satu strategi yang umumnya dapat diterapkan untuk bangkit kembali adalah dengan menetapkan target yang jelas, termasuk dengan menggunakan teknik SMARTER Goal Setting. 

Teknik ini menjelaskan aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan dalam membuat target atau tujuan, yaitu perlu spesifik, terurukur, dapat dicapai, realistis dengan keadaan, punya batasan waktu, dievaluasi secara berkala, dan menerapkan apresiasi untuk langkah yang sudah berhasil terlewati.Penting untuk bersikap konsisten dan menjaga motivasi dalam menjalani langkah-langkah yang telah ditetapkan, sehingga bisa mencapai target yang dibuat.

 

5.    Mendekatkan diri pada lingkungan sosial yang mendukung

Menerapkan berbagai hal di atas akan terasa lebih mudah jika lingkungan sosial mendukung. Membangun relasi sosial dan lingkungan yang sehat serta saling mendukung dengan orang sekitar menjadi hal penting dalam usaha kita membangun resiliensi diri. 

Rekan kerja, orangtua, pasangan, keluarga, atau sahabat menjadi orang-orang berpengaruh terhadap kondisi diri kita, jadi ajaklah mereka juga untuk menerapkan kebiasaan yang sehat, saling menyemangati, dan juga terus maju. Jika perlu, carilah komunitas, atau orang-orang baru yang bisa memberikan semangat dan energi positif sehingga terus mendukungmu berkembang.

Selamat mencoba! Semoga di tahun yang baru nanti kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan senantiasa sehat mental dalam menghadapi berbagai tantangan kedepan. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah psikologi lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

4.8

6 Penilaian

Artikel Terkait

5.0
Kesehatan Mental

Cara Mengendalikan Penggunaan Media Sosial

09 Agustus 2018

4.8
Kesehatan Mental

Mengenal Jenis-Jenis Relawan untuk Kegiatan Sosial

06 Desember 2022

5.0
Kesehatan Mental

4 Elemen dalam Terapi Memaafkan

13 April 2018

Artikel Ahli
5.0
Kesehatan Mental

Stop Bullying di Lingkungan Pendidikan dan Pekerjaan

23 November 2025

Berikan Pendapat Anda

khilafah

04 October 2025

saya sudah bergabung dengan daya.id Indonesia semoga ilmu yang saya dapat bermanfaat

Balas

. 0

0 dari 5 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS