Dirilis

02 Juli 2018

Penulis

Indonesia Sport Medicine Center

Piala Dunia 2018 telah dimulai dan semaraknya juga terasa di Indonesia. Selain soal kompetisi, sepak bola profesional juga tidak lepas dari soal cedera pemain. Wajar saja, karakter permainannya yang dipenuhi kontak fisik antar pemain, sepak bola memang memiliki angka cedera yang tinggi. Penelitian pada tahun 1998 sampai 2012 menemukan, terjadi sekitar 3 cedera baru setiap pertandingan. Dan Piala Dunia FIFA adalah turnamen dengan jumlah cedera parah tertinggi, cedera yang menyebabkan seorang atlet harus absen minimal 1 sesi latihan atau 1 pertandingan.

Penelitian selama 14 tahun tersebut juga menemukan, 70% cedera terjadi di paha hingga kaki, atau tubuh bagian bawah. Sementara, penelitian lain mengenai faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya cedera pada Piala Dunia 2014 ditemukan beberapa faktor risiko cedera penting lainnya, antara lain adanya cedera sebelumnya, kelelahan yang terakumulasi, waktu pemulihan atau istirahat yang pendek antar pertandingan (karena jadwal pertandingan yang sangat berdekatan), ketidakseimbangan kekuatan otot, kebugaran fisik, serta kemampuan keseimbangan atau koordinasi.

Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari hal tersebut? Semua pelaku olahraga, profesional ataupun tidak, dapat mengambil beberapa pelajaran penting ini:

1. Atasi Cedera Hingga Tuntas
Penting untuk mengatasi suatu cedera hingga tuntas, sebelum kembali menekuni olahraga apapun. Tidak hanya sebatas menghilangkan nyeri dengan semprot dingin, seperti yang sering terlihat di layar kaca saat pertandingan sepak bola berlangsung.

Semprot dingin, atau bentuk terapi dingin lainnya, hanya tahapan paling awal dalam penanganan cedera. Proses terapi yang sebenarnya, membutuhkan waktu dan komitmen, tapi memang sering tidak tertangkap oleh layar televisi. Yang terlihat hanyalah pemain jagoan kita abses dari pertandingan  karena cedera yang dialaminya.

2. Ketahui Latihan Otot yang Tepat
Dalam menekuni suatu olahraga, penting bagi kita mengetahui bentuk latihan yang tepat untuk melatih otot-otot yang diperlukan, sehingga kita terhindar dari masalah ketidakseimbangan kekuatan otot, masalah kebugaran fisik dan kemampuan keseimbangan yang buruk, serta risiko terjadinya cedera juga menurun.

3. Lakukan Istirahat Aktif
Tubuh kita perlu waktu istirahat yang cukup setelah suatu sesi latihan. Berapa lama waktu istirahat yang dibutuhkan, sangat tergantung kepada intensitas latihan yang dilakukan. Semakin tinggi intensitasnya, semakin lama juga waktu istirahat yang diperlukan.

Secara umum, setelah suatu kompetisi, dianjurkan agar beristirahat selama sekitar 1 minggu. Yang dimaksud dengan istirahat di sini adalah "istirahat aktif", dimana individu tersebut melakukan latihan dengan intensitas rendah, mencakup latihan peregangan. Bentuk "istirahat aktif" ini telah terbukti paling efektif dalam mengembalikan kondisi otot dan sendi seperti semula, sambil tetap mempertahankan kondisi kebugaran fisik secara keseluruhan.

Jadi, terus lakukan gaya hidup aktif dan berolahraga serta terbebas dari cedera.

Sumber:

Indonesia Sport Medicine Center

Penilaian :

5.0

3 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Alvin Hartanto

Ahli Gizi

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS