Dirilis

23 November 2021

Penulis

Perhimpunan Dokter Umum Indonesia

Jika Anda penerima vaksin AstraZeneca, dan merasa khawatir akan dampak vaksin maupun keampuhannya dalam mengurangi gejala virus COVID-19, berikut ini beberapa fakta yang akan menenangkan Anda.

COVID-19 (coronavirus disease 2019) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Kasus pertama dilaporkan terjadi di Kota Wuhan (Cina) pada akhir tahun 2019. Penularan virus ini sangat cepat menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. 

Penyakit ini dapat menyebabkan gangguan dari sistem pernapasan, mulai dari gejala ringan seperti pilek dan batuk hingga pneumonia yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bagi penderita yang terkena. 

Pada penelitian awal didapatkan sumber penularan COVID-19 adalah dari hewan ke manusia, namun seiring berjalannya waktu diketahui bahwa penularan juga terjadi dari manusia ke manusia.

Varian COVID-19

Dari data yang dikeluarkan oleh World Health Organizaion (WHO) saat ini ditemukan beberapa varian dari jenis virus SARS-CoV-2, antara lain varian Alfa (B.1.17), varian Beta (B.1.351), varian Gamma (P.1), varian Delta (B.1.617.2), hingga varian Delta Plus (AY1). 

Varian Delta (B.1.617.2) merupakan mutasi dari virus COVID-19 sebelumnya, yang pertama kali ditemukan di India pada bulan Oktober 2020. Varian ini mendapat label varian yang perlu diwaspadai dari WHO, karena sifat virulensi kuman yang 50%, sehingga lebih mudah menular  dibandingkan varian alfa yang lebih dulu menyebar. 

Di pertengahan tahun 2021 varian ini sudah menyebar hampir ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Belum tuntas penanganan varian Delta, sekarang ini telah dilaporkan adanya jenis mutasi varian Delta terbaru, dengan kemampuan virulensi yang lebih tinggi. Varian ini dikenal dengan varian Delta Plus (AY.1). Pada varian ini terdapat mutasi tambahan yang berefek pada peningkatan protein virus yang dapat menginfeksi sel-sel yang sehat. 

Tidak menutup kemungkinan varian ini akan terus bertambah, oleh karena sifat virus yang sangat mudah bereplikasi. Maka itu diperlakukan kontrol yang ketat agar penyebaran virus ini cepat mereda. 

Pemerintah sendiri telah menetapkan perilaku 5M sebagai upaya perlindungan agar terhindari dari penyakit COVID-19, yaitu  memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Selain itu juga pemerintah sudah menjalankan program vaksinasi pada seluruh masyarakat Indonesia yang bertujuan untuk memutus rantai penyebaran infeksi virus COVID-19 hingga terbentuknya herd immunity di Indonesia.


Vaksin AstraZeneca

Vaksin merupakan produk biologi antigen, berupa mikroorganisme nonaktif atau zat yang diolah sedemikian rupa, yang dapat menstimulasi respon antibodi sebagai efek proteksi. 
Vaksinasi adalah pemberian vaksin berupa antigen yang dapat merangsang pembentukan imunitas di dalam tubuh, sehingga individu menjadi lebih terlindungi (kebal) dari suatu penyakit. 
Saat ini sudah banyak jenis vaksin yang dapat digunakan di masyarakat dengan bahan pembuatan yang berbeda. Ada yang menggunakan inactive virus, rekayasa genetik, dan mRNA virus. 

 




Vaksin AstraZeneca dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi asal Inggris yang bekerja sama dengan peneliti Universitas Oxford. Vaksin ini menggunakan virus yang telah dimodifikasi sehingga tidak dapat bereplikasi namun dapat membentuk kekebalan dalam tubuh manusia. Formulasi vaksin ini tersedia dalam bentuk injeksi/ suntikan dengan pemberian dua dosis masing-masing 0,5 ml per individu dalam interval pemberian dosis sekitar 4-12 minggu. Vaksin AstraZeneca sudah memperoleh izin dari BPOM EUA dan fatwa MUI, sehingga menjamin vaksin ini aman dan berkualitas digunakan oleh masyarakat luas.

Berdasarkan data yang didapatkan terkait efikasi vaksin AztraZeneca mencapai 30% pada dosis pertama, dan 74,5% pada dosis kedua, dengan interval 12 minggu dari dosis pertama. 

Kejadian Ikutan Pasca-Vaksinasi (KIPI) juga tergolong minimal. Gejala yang timbul umumnya ringan, seperti pusing, mual, nyeri otot, nyeri sendi, demam, kelelahan, dan nyeri di tempat suntikan.  
Kelebihan dari vaksin AstraZeneca terkait dengan penyimpanan dan distribusi. Vaksin ini disimpan pada suhu 2-8 derajat celcius, atau secara umum sama dengan suhu pendingin lemari es. Berbeda halnya dengan vaksin yang menggunakan bahan dasar mRNA virus yang harus disimpan pada suhu sangat dingin sehingga dapat menghambat distribusi vaksin ke seluruh pelosok daerah. 
 





Terdapat kekhawatiran virus varian Delta dan Delta Plus akan kebal dan tidak teridentifikasi oleh antibodi yang terbentuk pasca vaksinasi. Dilansir dari studi yang dipublikasikan oleh New England Journal of Medicine, efektivitas vaksin AstraZeneca terhadap varian Delta maupun Delta Plus adalah sebesar 67%, hasil yang tidak jauh berbeda dengan varian sebelumnya (Alfa) yaitu 74,5% setelah menerima dua dosis vaksin. Meskipun ada sedikit penurunan efektivitas dibandingkan varian sebelumnya oleh karena kemampuan netralisasi virus, namun vaksin ini masih efektif untuk digunakan. Peneliti menyimpulkan bahwa vaksin AstraZeneca dapat memberikan respon imun yang kuat setelah pemberian dua dosis atau dosis penguat ketiga. 

Punya pertanyaan lebih lanjut mengenai kesehatan lebih jauh? Segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli  mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.


 

Sumber:

Perhimpunan Dokter Umum Indonesia

Penilaian :

5.0

2 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Alvin Hartanto

Ahli Gizi

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS