Dirilis

20 Juni 2024

Penulis

Muthmainah Mufidah, M.Psi., Psikolog (Tim Arsanara Development Partner)

Pikiran memiliki kekuatan besar yang dapat membentuk cara Anda memandang dan menghadapi kehidupan sehari-hari. Namun sayangnya, terkadang, pikiran bisa terperangkap dalam pola wawasan tidak sehat atau tidak logis, yang mana memengaruhi keputusan dan kesejahteraan hidup Anda. 

Maka itu, penting untuk mengenali dan mengatasi jebakan pikiran, agar Anda dapat mengambil keputusan yang lebih baik dan hidup dengan lebih bahagia. 

 

Jebakan Pikiran yang Perlu Diwaspadai

Berikut ini terdapat lima jenis jebakan pikiran yang perlu diwaspadai:

 

1.    Pikiran “All or Nothing

Cara berpikir yang melihat sesuatu hanya sebagai “iya atau tidak sama sekali.” Semua seolah-olah hanya ada opsi sempurna atau sangat buruk. 

Contoh: “Sudah gagal diet hari ini, gak usah diet deh minggu ini” atau “Tapi belum bisa bagian x, jadi gak berani mulai dulu deh”

Pikiran ini bisa menghambat Anda untuk melakukan sesuatu, membuat Anda menunda-nunda, dan menjadi tidak percaya dengan kemampuan yang Anda miliki. Padahal, ada hal-hal yang memang perlu dimulai satu langkah dulu, butuh latihan, dicoba berulang, dan lebih baik 30% daripada 0%. Progres adalah progres.

 

2.    Generalisasi Berlebihan

Membuat kesimpulan atau menyamaratakan semua hal berdasarkan pada satu kejadian atau kondisi saja. 

Contoh: Mendapatkan evaluasi performa kerja yang kurang baik di aspek X, Anda langsung merasa sebagai karyawan yang gagal, padahal di aspek yang lain Anda mendapatkan nilai yang cukup baik. 

Atau, Anda melakukan kesalahan dalam bekerja, langsung merasa orang paling bodoh, tidak berguna, tidak bisa apa-apa. Padahal untuk melabeli, menghakimi atau menyimpulkan sesuatu tentu butuh banyak kumpulan data atau kriteria yang dipenuhi. 

Selain itu, kalau kondisinya terjadi pada orang lain, belum tentu Anda akan langsung menganggap orang tersebut tidak mampu atau tidak baik. Penting bersifat adil pada diri sendiri juga.

 

3.    Terlalu Banyak “Seharusnya”

Terlalu banyak mengharuskan atau mewajibkan diri untuk melakukan sesuatu. Menetapkan aturan pada diri sendiri “harus” melakukan sesuatu tanpa pengecualian, yang pada akhirnya membuat diri sendiri merasa tertekan. Padahal, tidak ada yang menuntut atau mewajibkan demikian.  

Contoh: “Pokoknya harus banget rapi semua dulu baru mulai kerja,” atau “Aku harus bisa mengerjakan semuanya sekarang,” atau “Harus selalu jadi yang bisa diandalkan, dan bantu orang terus.: 

Menginginkan yang terbaik atau melakukan hal semaksimal mungkin adalah hal yang baik, tetapi Anda perlu mengatur energi secara efektif. Anda perlu juga melihat kemampuan yang dimiliki dan mengelola tekanan yang Anda ciptakan sendiri.

 

4.    Persepsi Selektif, Mengabaikan Hal Positif

Mengabaikan hal-hal yang tidak sejalan dengan pandangan Anda, terutama hal-hal positif atau pencapaian yang terjadi pada diri dan menganggap hal tersebut tidak layak diperhitungkan. 

Contoh: “Ah itu atasanku aja yang baik orangnya,” atau “Dia mau bicara sama aku karena gak ada orang lain aja di situ,” atau “Pasti ini cuma kebetulan, beruntung aja aku.”  

Hal-hal ini berdampak pada semakin terbentuknya pandangan yang kurang baik tentang diri, termasuk sulit percaya pada kemampuan diri, padahal untuk bergerak maju Anda butuh yakin dengan kemampuan yang Anda punya. 

Penting untuk tidak bersikap sombong, tapi Anda juga perlu menghargai diri sendiri, yaitu dengan mengakui dan mensyukuri hal-hal yang dicapai.

 

5.    Personalisasi

Berpikir bahwa hal-hal kurang baik terjadi karena diri Anda dan merasa perlu bertanggung jawab atas segala hal, bahkan yang terjadi di luar kendali. Segala hal yang orang lain sampaikan atau lakukan, dianggap personal karena salah Anda, padahal tidak semua hal tentang Anda dan tidak semua hal terjadi hanya karena faktor Anda saja. 

Contoh: “Proyek ini gagal karena kesalahanku,” atau “Hubungan ini berakhir pasti karena aku kurang sabar sebagai pasangan,” atau “Kehadiranku bikin suasana gak enak, jadi pada buru-buru pulang.” 

Suatu hal terjadi umumnya disebabkan oleh lebih dari satu faktor, jadi memang tidak mungkin 100% faktor Anda yang berpengaruh. Selalu ada hal-hal yang terjadi di luar kontrol.

 

Tips Mengelola Jebakan Pikiran

Berada dalam pusaran jebakan tersebut dapat membuat Anda kelelahan dan tidak ada habisnya. Penting untuk latihan mengelolanya sehingga tidak terus mempengaruhi hidup Anda secara negatif. Berikut ini beberapa tips yang dapat dicoba untuk membantu mengelola jebakan pikiran tersebut.

  1. Memperbanyak refleksi diri dan meningkatkan kesadaran diri: Sadarilah pikiran-pikiran apa yang sering muncul dalam keseharian maupun dalam kondisi kurang menyenangkan. Perhatikan pola pikir yang mungkin tidak sehat atau tidak rasional. Identifikasi juga waktu-waktu kapan umumnya pikiran ini muncul dan apa yang menjadi pencetusnya.
  2. Pertanyakan atau menantang pikiran: Ketika menyadari adanya pikiran negatif atau tidak sehat, ajukan pertanyaan kepada diri sendiri untuk mengevaluasi kebenaran dari pikiran tersebut. Tanyakan pada diri sendiri apakah ada bukti yang mendukung pikiran itu, apakah ada sudut pandang alternatif lain yang mungkin ada, dan bagaimana akan merespons jika pikiran itu datang dari orang lain. 
  3. Hindari memberikan label atau kesimpulan terlalu cepat: Fokuslah pada fakta dan bukti yang ada, kejadian sebagaimana terjadinya, dan hindari membuat kesimpulan yang terlalu umum berdasarkan pengalaman terbatas. Biasakan menyebut perilaku daripada kata sifat.
  4. Ganti pikiran negatif dengan yang lebih netral:  Ketika pikiran negatif mulai menghampiri, coba gantilah dengan pikiran yang lebih netral atau realistis. Tidak perlu langsung drastis mengubah ke pikiran yang lebih positif, tapi cobalah untuk lebih objektif dan seimbang. Misalnya, jika berpikir bahwa tidak akan berhasil dalam suatu hal, cobalah untuk menggantinya dengan pikiran bahwa betul ada kemungkinan tidak berhasil tapi kalau melihat track record Anda pernah melakukan sesuatu dengan berhasil/baik, artinya tetap ada kemungkinan berhasil juga. Lihat juga bagaimana pola Anda sebelumnya, kalau memang biasanya di awal terasa sulit, berarti memang ada kemungkinan kesulitan di awal saja lalu setelahnya akan lebih mudah. 
  5. Komunikasi dan aktif bertanya: Jika ada hal mengganjal atau kekhawatiran terkait pikiran orang lain terhadap Anda, latihlah diri untuk bertanya langsung kepada orang tersebut tentang apa yang mereka pikirkan atau rasakan, atau bagaimana cara melakukan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan orang tersebut. Ini dapat membantu menghindari asumsi yang tidak beralasan dan membuka pikiran Anda. Seringkali apa yang ada dipikirkan Anda lebih buruk daripada kenyataan yang ada, dan seringkali orang lain tidak begitu banyak menghabiskan waktunya untuk memikirkan Anda, tapi akan fokus juga pada hal-hal tentang dirinya sendiri.
  6. Gunakan teknik relaksasi: Saat merasa terjebak dalam pikiran negatif terlalu intens dan susa sekali untuk mengelolanya, bisa coba praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau olahraga. Ini dapat membantu menenangkan pikiran dan membantu melihat situasi dari sudut pandang yang lebih jernih. Berjarak sejenak dari kondisi stress tinggi dapat membantu Anda lebih mudah mengelola pikiran.

Dengan konsistensi, mudah-mudahan Anda dapat mengembangkan keterampilan untuk mengelola jebakan pikiran dan mengubah pola pikir menuju yang lebih sehat dan positif. Selamat mencoba! 

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah psikologi lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

5.0

2 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Anton Saeryana

17 July 2024

Berpikir jangan terlalu stress

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Muthmainah Mufidah, M.Psi.

Psikolog Klinis Dewasa

2 dari 5 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS