Dirilis

12 Januari 2022

Penulis

Oky Setiarso

Melahirkan adalah sebuah proses dan dambaan pasangan yang sudah menikah. Di sisi lain ada situasi berisiko setelah perempuan melahirkan. 

Seorang ibu setelah melahirkan dapat mengalami kondisi depresi pasca-melahirkan atau postpartum depression. Kondisi depresi pasca-melahirkan tidak bisa dipandang sebelah mata. Sehingga perlu mendapatkan perawatan yang sesuai dan tepat apabila tidak ditangani dapat membahayakan nyawa ibu dan merupakan suatu kegawatdaruratan medis. 

Depresi pasca-melahirkan dapat terjadi pada ibu yang baru melahirkan selama beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah melahirkan. Walaupun begitu masih sering terjadi pada ibu yang baru melahirkan tidak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami depresi.

Penanganan yang tidak baik pada depresi pasca-melahirkan akan dapat membahayakan kondisi ibu maupun bayi yang baru saja dilahirkan.

 

Gejala Depresi Pasca-Melahirkan

Berikut ini beberapa contoh gejala depresi pasca-melahirkan: 
•    Perasaan sedih atau tidak bersemangat yang berlangsung terus-menerus
•    Kesulitan atau enggan merawat dan berinteraksi dengan bayi
•    Terus merasa sedih tanpa alasan yang jelas
•    Kurang mau merawat diri sendiri, misalnya tidak mau mandi atau makan selama berhari-hari
•    Kehilangan minat pada hal yang disukai
•    Terus merasa khawatir dan berpikir bahwa ada sesuatu yang salah pada bayi
•    Mudah tersinggung dan kadang merasa gelisah 
•    Kurang tidur atau kurang istirahat 
•    Sulit berkonsentrasi
•    Adanya rasa bersalah dan tidak pantas menjadi ibu
•    Muncul pemikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri

Gejala di atas dapat berkembang ke fase serius seperti kesulitan berhubungan dengan orang lain, ketidakmampuan merawat bayi, dan enggan untuk bepergian. Bahkan pada beberapa kasus dapat berpikir untuk menyakiti bayi mereka.

Baca juga : penyebab ibu dan perempuan sakit

 

Penyebab Depresi Pasca-Melahirkan

Penyebab depresi pasca-melahirkan sejauh ini belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga disebabkan oleh beberapa hal dibawah ini.

 

1.    Perubahan hormonal

Hormon Estrogen dan progesteron dalam tubuh ibu yang baru saja melahirkan akan menurun secara drastis sehingga dapat menyebabkan lebih sensitif, suasana hati berubah dan emosional tidak stabil. 

 

2.    Muncul permasalahan psikologis

Status baru pasca-melahirkan sebagai seorang ibu membuat mereka merasa akan memiliki tuntutan dan tanggung jawab baru untuk mengurus dan merawat bayi.  Sehingga hal ini dapat menyebabkan tekanan dan stres.

 

3.    Adanya pemasalahan sosial

Permasalahan sosial seperti masalah keuangan, konflik dengan anggota keluarga, bahkan situasi yang tidak dibayangkan seperti anggota keluarga terdekat meninggal dunia, sahabat terdekat sulit dihubungi dapat membuat seorang ibu menjadi lebih rentan mengalami stres dan depresi pasca-melahirkan. 

Selain hal di atas masih terdapat faktor lainnya yang menyebabkan depresi pasca-melahirkan, seperti.
•    Kesulitan untuk dapat menyusui
•    Kondisi fisik tubuh lemah pasca-melahirkan
•    Kesulitan dalam mengurus dan merawat bayi
•    Bayi yang dilahirkan mengalami permasalahan kesehatan, misalnya lahir prematur
•    Gangguan kesehatan pasca-melahirkan, seperti nyeri bekas jahitan atau gangguan buang air kecil
•    Melalui proses persalinan yang sulit
•    Faktor genetik juga turut berperan terlebih jika ada riwayat anggota keluarga pernah depresi. 

Baca juga : ibu melahirkan bayi downsyndrome


 

Tips Atasi Depresi Pasca-Melahirkan untuk Suami

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mendukung ibu yang baru melahirkan, antara lain.

 

1.    Mengenali gejala 

Suami, sebagai orang terdekat dari ibu pasca-melahirkan, biasanya menjadi yang pertama menyadari munculnya gejala depresi pasca-melahirkan dengan memahami berbagai gejalanya. Dengan mengetahui gejala lebih dini suami/anggota keluarga lainnya dapat jadi penolong dan membantu agar kondisinya tidak bertambah parah.

 

2.   Menjadi pendengar yang baik

Menjadi pendengar yang baik, konsentrasi dan menyimak dengan serius saat ibu menceritakan kesulitannya menghadapi masa-masa setelah persalinan serta menunjukkan kepada ibu, bahwa Anda peduli dengan kondisi kesehatannya, dan bahwa kesehatan ibu tidak kalah penting dari kesehatan bayi. Coba dengarkan keluh kesahnya, dan jangan meremehkan kesulitan yang sedang ibu alami dan rasakan serta buat ibu merasa aman dan nyaman untuk bercerita dengan Anda, agar bisa mengurangi beban pikirannya.

 

3.   Memberikan dukungan

Beritahu ibu, bahwa ibu tidak sendirian dalam menjalani masa-masa seperti ini karena ada suami atau anggota keluarga yang lain misanya. Dengan menawarkan bantuan untuk merawat atau menjaga sementara agar ibu dapat beristirahat sejenak dari rutinitas mengurus bayi termasuk mengganti melakukan pekerjaan rumah seperti belanja dan memasak. Bahkan dukunlah bila ibu meminta bertemu dengan teman. 

 

4.   Menawarkan bantuan

Menawarkan bantuan ibu pasca-melahirkan termasuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Memiliki buah hati adalah harapan semua pasangan suami istri, namun prosesnya yang cukup panjang dan juga mengakibatkan perubahan drastis dalam kehidupan rumah tangga dapat membuat keharmonisan rumah tangga terganggu. Untuk itu, sikapi perubahan kondisi yang terjadi dengan bijak dan selalu berikanlah dukungan terbaik Anda kepada pasangan.

Apabila Anda kesulitan mendapatkan informasi psikologis atau masalah kesehatan lainnya, Anda bisa mendapatkan informasi secara gratis dan tepercaya dengan berkonsultasi dengan Ahli kami di fitur Tanya Ahli di daya.id. dengan cara mendaftar di Daya.id, semua informasi usaha dan kesehatan dapat diakses dengan sangat mudah dan kapan saja serta bisa konsultasi juga! Mari kunjungi daya.id sekarang juga!

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

5.0

2 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Farraas A Muhdiar, M.Psi. M.Sc

Psikolog Klinis Anak & Remaja

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS