Dirilis

11 Agustus 2023

Penulis

Afifah Ika Kurniawati

Social media menjadi hal yang tidak terpisahkan bagi banyak masyarakat. Apakah Anda juga merasakan demikian? Alasan masing-masing orang menggunakan social media bermacam. Ada yang menggunakannya untuk mendapatkan informasi terbaru, mencari konten hiburan, mengisi waktu luang, atau untuk berhubung dengan teman atau networking. Selain itu, ada juga lho yang menggunakan social media untuk menunjukkan membagikan foto atau videonya. Beberapa diantaranya kerap menampilkan kebahagiaannya ke banyak orang. Lantas, pernahkah Anda melihat orang yang seperti itu tetapi sebetulnya tidak bahagia?

Fenomena ini sering terjadi di kalangan masyarakat. Mereka menunjukkan kebahagiaan di social media, tetapi sebetulnya mereka tidaklah bahagia. Seperti salah satu cuitan dari pengguna social media, ia menuliskan bahwa sekarang orang semakin pandai menyembunyikan kesedihan derita. Di social media, mereka terlihat bahagia, padahal hatinya sedih sebenarnya. Sosial media jadi "o denial media"”. Lantas, apa yang dimaksud dengan so denial media? Apakah so denial media membahayakan? Dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan mental? Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fenomena ini, yuk simak informasi berikut.

 

Apa Itu “So Denial Media”?


Denial dalam kata “so denial media” adalah penyangkalan. Dalam ini, penyangkalan memiliki makna berupa mekanisme pertahanan di mana individu menolak untuk mengaku atau mengakui fakta atau pengalaman objektif. Proses ini terjadi secara tidak sadar dan berfungsi untuk melindungi orang tersebut dari ketidaknyamanan atau kecemasan. Pada “so denial media”, mereka akan menyembunyikan kesedihannya di balik senyuman untuk meyakinkan orang lain bahwa mereka bahagia.

Sebaliknya, ada juga fenomena yang dikenal sebagai “sadfishing”. Berbeda dengan “So denial media”, “sadfishing” umumnya ditandai ketika seseorang menampilkan rasa sakit emosional di social media untuk mendapatkan perhatian dan simpati.

Baca Juga: Cara Mengendalikan Penggunaan Media Sosial

 

Apa Alasan Dibalik “So Denial Media”?

Alasan utama memposting kebahagiaan di social media adalah memanfaatkannya sebagai topeng untuk menutupi apa yang sebenarnya terjadi. Mereka melalukannya untuk merahasiakan kesedihan karena ingin melindungi privasi, takut dihakimi, ataupun alasan lainnya. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai alasan menutupi kesedihan melalui postingan bahagia.

 

•    Penyangkalan

Salah satu alasan mengapa fenomena ini terjadi adalah penyangkalan bahwa mereka merasa tertekan. Mereka mungkin berpikir bahwa dengan memposting kebahagiaan mereka, mereka pasti tidak mengalami kesedihan. Banyak orang tidak dapat mengakui bahwa mungkin ada yang salah dengan diri mereka. Selain itu, mereka juga akan lebih mudah untuk berpura-pura baik-baik saja daripada terbuka tentang perasaan mereka yang sebenarnya.

 

•    Stigma

Alasa kedua adalah berasal dari stigma. Umumnya orang yang menyembunyikannya karena stigma berasal dari budaya yang cenderung menstigmatisasi bahwa kesedihan atau kesulitan haruslah dihadapi dengan mandiri, daripada membicarakannya atau meminta bantuan. Contohnya adalah pada laki-laki. Terdapat stigma bahwa laki-laki haruslah kuat. Maka dari itu, jika ada kesulitan, mereka harus dapat melewatinya dengan baik. Hal ini juga diperparah oleh rasa kurang terbuka tentang persaannya dan rasa tidak ingin mengecewakan orang lain.

 

•    Tidak Membebani Orang Lain

Ketika sedih, mereka tidak ingin membagikannya karena tidak ingin membebani orang lain dengan perjuangan mereka. Dari situ, mereka akan membuat impresi bahwa mereka bahagia. Umumnya, mereka yang merasa tidak ingin membebani orang lain merupakan orang-orang yang terbiasa mengurus orang lain daripada orang lain yang mengurus mereka. Mereka sama sekali tidak tahu bagaimana meminta bantuan, jadi mereka menyimpan pergumulan mereka untuk diri mereka sendiri. Selain itu, jika keluarga sedang menghadapi suatu masalah, mereka akan menyembunyikannya karena ada rasa khawatir bahwa kesedihannya akan menjadi beban tambahan.

 

Bagaimana Pengaruh “So Denial Media” Terhadap Kesehatan Mental?

Banyak dari mereka yang tidak mau atau tidak dapat memposting keadaan mereka ketikadalam keadaan terburuk. Dibandingkan memposting keadaan buruk, mereka akan memilih untuk membagikan momen baik mereka dengan dunia. Apabila ini terjadi, dapat muncul kehampaan realitas yang kedepannya berkonstribusi dalam memberi lebih banyak ruang fenomena “so denial media” untuk tumbuh.

Itulah informasi mengenai “So denial media” yang mungkin secara tidak sadar telah banyak orang lakukan. Intinya, istilah ini menggambarkan ketika seseorang memposting sesuatu yang menunjukkan mereka bahagia, sedangkan pada kenyataannya mereka tidak bahagia. Dampaknya jika fenomena ini dilakukan oleh manusia salah satunya adalah kehampaan realtias. Dengan mengetahui lebih lanjut mengenai “So denial media”, Anda selangkah lebih unggul untuk menghindari fenomena “So denial media”.

Baca Juga: 4 Kiat Sederhana Hidup Bahagia

Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai penggunaan social media dalam aspek kesehatan menal atau ingin mengonsultasikan kesehatan mental Anda, segera log in ke daya.id dan manfaatkan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

4.9

7 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Dani Nofian

06 Desember 2023

Saya merasa diberi hadiah setelah membaca artikel ini, sangat berharga!

Balas

. 0

Maudi Rea Cahyati

06 Desember 2023

Terima kasih banyak atas penjelasan yang sangat rinci dan jelas.

Balas

. 0

Katmi

03 Desember 2023

Sangat informatif

Balas

. 0

Joshua Agustinus Panggabean

14 Agustus 2023

Info yang sangat menarik

Balas

. 0

Fitri haryanti

14 Agustus 2023

Good

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Muthmainah Mufidah, M.Psi

Psikolog Klinis Dewasa

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS