20 Desember 2024
Dirilis
Penulis
Andi Dala Nadhifa Asmarani
Pernahkah Anda mendengar istilah Jam Koma yang belakangan ini viral di media sosial? Istilah ini merujuk pada saat-saat dimana seseorang merasa begitu kelelahan hingga terjebak dalam kondisi mati rasa atau blank, baik secara fisik maupun mental. Jam Koma sering dikeluhkan Gen Z, saat mereka sulit untuk mengikuti percakapan, melakukan aktivitas, atau bahkan memahami situasi di sekitar. Pada akhirnya, kondisi ini mengganggu produktivitas dan kesejahteraan harian.
Sebenarnya apa penyebab terjadinya Jam Koma dan bagaimana cara mengatasinya? Artikel kali ini akan mengupas tuntas mengenai fenomena Jam Koma. Mari simak penjelasannya hingga akhir!
Apa Itu Jam Koma?
Jam koma adalah istilah yang mengacu pada keadaan ketika tubuh dan pikiran telah mencapai batas kelelahan maksimal. Kondisi ini memicu perilaku tak sadar, seperti sulit berkonsentrasi, kehilangan minat terhadap percakapan, atau bahkan merasa benar-benar "kosong." Saat mengalami jam koma, akan muncul sensasi tubuh dan pikiran yang mati rasa, tidak merespons rangsangan dengan optimal, dan sulit mempertahankan fokus.
Istilah ini mungkin terdengar unik, tetapi sebetulnya ini adalah fenomena yang nyata, khususnya di kalangan Gen Z. Generasi ini sering kali memiliki pola hidup yang dinamis dan penuh tantangan, namun dibebani tekanan hidup yang tinggi. Dari kuliah, pekerjaan paruh waktu, hingga tuntutan sosial dan kehidupan digital yang aktif, semua ini berkontribusi pada terbentuknya jam koma.
Baca Juga: Digitalisasi Pengaruhi Kesehatan Mental?
Penyebab Utama Terjadinya Jam Koma
Berikut ini penyebab utama terjadinya jam koma.
1. Overstimulasi dari Media Sosial
Media sosial yang menawarkan akses cepat ke berbagai informasi membuat Gen Z terus terpapar rangsangan. Setiap notifikasi, pesan, dan postingan membawa informasi baru yang menuntut perhatian. Banyaknya rangsangan yang diterima ini menguras energi mental, terutama ketika informasi yang diterima penuh drama atau memicu kecemasan. Seiring waktu, overstimulasi dapat menyebabkan penurunan kemampuan otak untuk memproses rangsangan secara optimal, sehingga terjadilah Jam Koma.
2. Ekspektasi yang Terlalu Tinggi
Banyak Gen Z yang merasa bahwa ekspektasi dari lingkungan sekitar terlalu besar. Tidak hanya tuntutan untuk berprestasi di sekolah atau pekerjaan, tetapi juga tuntutan untuk memiliki kehidupan sosial yang aktif, gaya hidup sehat, dan identitas pribadi yang kuat. Tuntutan ini kerap membuat Gen Z terdorong untuk terus berusaha keras untuk “mengejar semua hal.” Tekanan ini memicu burnout dan akhirnya berujung pada kondisi Jam Koma.
3. Kurangnya Keseimbangan Antara Istirahat dan Produktivitas
Bagi Gen Z, pola istirahat yang baik sering kali terabaikan karena kecenderungan untuk terus bekerja atau merasa "harus produktif" setiap saat. Akhirnya sering kali Gen Z tidur kurang dari 7 jam per hari karena tuntutan kerja atau kebiasaan bergadang. Kurangnya tidur menyebabkan otak tidak memiliki waktu pemulihan yang cukup, sehingga meningkatkan risiko Jam Koma di kemudian hari.
Bagaimana Cara Mengatasinya?
Berikut ini cara mengatasi Jam Koma.
1. Kurangi Overstimulasi Digital
Seperti penjelasan sebelumnya, stimulasi yang berlebihan dari hiruk pikuknya dunia digital bisa menyebabkan kelelahan mental. Jadi, penting untuk selalu membatasi waktu yang dihabiskan untuk bermain media sosial dan saringlah konten yang Anda lihat. Jika sulit untuk berhenti sepenuhnya, mulailah dengan menetapkan batasan digital sedikit demi sedikit.
2. Jaga Pola Tidur yang Teratur
Tidur yang teratur adalah salah satu elemen yang sangat penting demi memastikan tubuh bisa berfungsi secara optimal setiap harinya. Pastikan Anda mendapatkan istirahat yang cukup. Tidur malam yang berkualitas selama 7-8 jam akan memberikan waktu pemulihan yang optimal bagi otak.
3. Praktikkan Mindfulness
Lakukanlah kegiatan yang melatih mindfulness, seperti meditasi atau yoga. Mengembangkan pola pikir mindfullness dapat membantu kita dalam menenangkan pikiran. Sehingga akan lebih mudah untuk mengontrol tingkat stres kita dan kesadaran terhadap diri pun meningkat.
4. Atur Ekspektasi dengan Realistis
Hindari bersikap terlalu keras dan ketat pada diri sendiri. Penting bagi kita untuk mengetahui batasan diri sendiri sehingga bisa menetapkan ekspektasi yang sesuai. Ekspektasi yang realistis akan mengurangi tekanan dan mencegah kelelahan. Belajar untuk mengatur ekspektasi dari lingkungan sekitar juga penting agar hati lebih tenang.
Baca Juga: Silent Walking, Pulihkan Mental dan Fisik Tanpa Gadget
Jam koma adalah fenomena yang perlu diperhatikan, terutama bagi Gen Z yang hidup dalam arus informasi yang deras dan penuh tekanan. Mengenali dan memahami kondisi kelelahan ekstrem ini adalah langkah pertama untuk mengatasinya. Dengan manajemen waktu yang baik, pola hidup seimbang, serta waktu istirahat yang cukup, kita semua dapat mengurangi risiko terkena jam koma dan menjaga kesehatan mental serta fisik kita.
Jika Anda mempunyai permasalahan kesehatan mental yang ingin dikonsultasikan dengan psikolog, segera log in ke daya.id dan manfaatkan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.
Sumber:
Berbagai sumber
Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Berikan Komentar