Dirilis

02 Agustus 2022

Penulis

Linda Budiyarti

Pelecehan bukanlah fenomena baru di kehidupan bermasyarakat. Kita mendengar kasus ini berulang, bahkan relatif meningkat. Sebagian kasus pelecehan, datang dari kalangan wanita. Tapi pernahkah Anda terpikir kalau pria juga mengalami kasus pelecehan? 

Jika tidak, coba kita flashback sebentar ke tahun 2020, tentang kasus Reyhard Sinaga yang sempat menghebohkan publik, dimana ia menjadi pelaku pelecehan terhadap 48 pria dan diduga melakukan 159 kasus perkosaan dan seksual di Inggris. 

Yup, pada kenyataan pria juga bisa mengalami kasus pelecehan. Penyalahgunaan ini seringkali tidak diperhatikan karena stereotip gender masih ada, yaitu saat mendengar kasus pelecehan pasti kita akan tertuju wanita sebagai korban. Jarang sekali kita berpikir bahwa seorang pria akan mengalami pelecehan karena memang secara fisik pria lebih dominan, dan cenderung lebih agresif. 

 

Pria Juga Bisa Jadi Korban

Stereotip itu idealnya hilangkan dari pikiran Anda, karena kasus pelecehan tidak memandang bulu, korban bisa dari kalangan orang dewasa ataupun anak-anak, seorang pria ataupun wanita, orang muda ataupun orang tua.   

Male abuse (pelecehan yang terjadi pada pria) bukan terjadi sekali atau dua kali, tetapi sering, termasuk di Indonesia. Berdasarkan Laporan Studi Kuantitatif Barometer Kesetaraan Gender yang diluncurkan Indonesia Judical Research Society (IJRS) dan INFID tahun 2020, sekitar 33% pria mengalami pelecehan, khususnya dalam bentuk pelecehan seksual. 

Survei dari Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA) menyatakan 1 dari 10 pria mengalami pelecehan di ruang publik. Sementara itu, data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2018 menyatakan korban kekerasan seksual lebih banyak dialami anak laki-laki, yaitu 60%. Data tersebut nyata adanya tetapi sering kali diabaikan. 

Oh ya, apa yang ada di pikiran Anda saat tahu ada kasus pelecehan terhadap pria? “Pasti pria itu adalah pria yang lemah, pria yang mudah dimanipulasi,” begitu bukan kira-kira? Kesan seperti inilah yang membuat banyak korban tidak terbuka dan mencari bantuan saat mereka membutuhkannya, atau bahkan merasa bahwa dirinya bukan pria sejati. 

Berbicara tentang pelecehan pada pria, ini sejatinya bukan hanya berbicara tentang fisik seperti pria dipukul pasangannya. Tetapi kemungkinan besar pria yang mengalami pelecehan berurusan dengan pelecehan emosional, psikologis, verbal atau bahkan seksual. 

Pelecehan yang tidak berhubungan dengan fisik memang kerap kali diabaikan. Sebagai contoh, pelecehan psikologis yang diberikan wanita adalah merendahkan pria, merusak kepercayaan diri pria akhirnya membuat pria merasa terisolasi dan tergantung. Atau bagi seorang pria yang sudah berkeluarga, seringkali istri mengekspos kekurangan suami kepada anak-anaknya, sehingga melawan. Hal seperti seringkali dianggap sepele oleh beberapa orang, padahal nyatanya ini kasus yang serius.

Nah sekarang yang jadinya pertanyaannya, bagaimana caranya kita tahu kalau pria tersebut mengalami kasus pelecehan jika memang tidak ada luka secara fisik, memar atau patah tulang? 
Jadi ada beberapa tanda-tanda umum pria yang mengalami kasus pelecahan, yaitu:
 

  • Perubahan kepribadian
  • Sering merasa cemah atau takut tentang respon seseorang
  • Adanya jarak emosional dengan orang lain (emotional distancing)
  • Depresi 
  • Peningkatan perasaan tidak berdaya
  • Kepercayaan dirinya akan menurun 


Baca juga: Waspada Distimia, Gejala Kronis Depresi

Kita sebagai makhluk sosial pasti memiliki orang terdekat dalam lingkungan. Saat melihat tanda-tanda tersebut di sekitar, sebaiknya Anda bertindak, jangan meremehkan hal itu. 

Apakah Anda pernah menonton film Ketika Cinta Bertasbih? Di film ini ada salah satu pemeran pria bernama Fuqon. Diceritakan dia mengalami kasus pelecehan oleh seorang wanita saat di Mesir. Setelah merasa dilecehkan, apakah Anda melihat perubahan sikap dari Furqon? Ya, terlihat sekali perubahannya, ia terlihat sekali cemas dan emosi tidak terkontrol. 

Baca juga: Depresi? Apa yang Harus Anda Lakukan?

 

Belajar dari Kasus Johnny Depp

Baru-baru ini ada juga kasus yang banyak mengejutkan warga dunia, saat Johnny Depp diakui oleh pengadilan tidak bersalah. Ada yang mengikuti ceritanya dari awal? Kasus yang menimpa aktor Hollywood ini adalah satu contoh kasus pelecehan pada pria yang dilakukan oleh mantan istrinya Amber Heard.

Kasus ini bermula pada tahun 2018, dimana Johnny Depp dituduh melakukan kekerasan rumah tangga pada sang istri. Publik sontak percaya mengingat sang aktor memang berbadan kekar, macho dan kuat. Lima tahun kemudian barulah terungkap, justru Amber yang melakukan kekerasan fisik kepada Johnny Depp. 

Anda terkejut? Kok ada pria berbadan kekar tapi mendapatkan kekerasan fisik oleh wanita. Mengingat kembali bahwa Amerika salah satu negara yang mengadopsi budaya patriarki, dimana pria dianggap sebagai superior, tidak ada istilah lemah bagi pria. Hal ini dimanfaatkan sangat baik oleh Amber dalam tindakan yang ia lakukan sendiri, karena pasti banyak masyarakat yang bersimpati padanya. Merasa tidak ada keadilan baginya, akhirnya Johnny Depp membawa kasus ini ke meja hijau atas dasar pencemaran nama baik, tentu kasus ini banyak merugikan dirinya. 

Baca juga: Panduan 2 Cara Menghilangkan Depresi Secara Lengkap

Korban pelecehan memang kerap mengalami victim blaming atau perilaku menyalahkan korban. Menjadi korban pelecehan tentu menimbulkan rasa trauma apalagi ditambah dengan komentar dan perlakukan yang seharusnya tidak diterima oleh korban. Terbayang tidak, bagaimana perasaan atau kondisi korban saat mendengar komentar-komentar tersebut? Ya pasti sangat tertekan. Victim blaming ini banyak menimbulkan efek negatif bagi korban, mulai dari trauma, takut untuk melapor, depresi bahkan tidak jarang ditemui sampai bunuh diri.  

 

Dari kasus Johnyy Depp ini pelajaran apa yang Anda dapat?  

Kasus ini membuka mata kita kembali bahwa pria yang mengalami pelecehan sering memilih untuk bungkam karena beberapa faktor yang sudah kita bahas. Selain itu, perlindungan hukum bagi korban pelecehan pada pria juga masih minimnya. Jika ada rekan di sekitar Anda yang cerita, sebagai pendengar sebaiknya jangan menyepelekan dan menutup telinga tentang hal ini karena pria juga butuh keadilan atas dirinya dan sebisa mungkin membantu korban tersebut. 

Jika Anda ingin mengetahui lebih jauh tentang masalah psikologi lainnya dan cara mengatasinya, Anda bisa mencari informasi di www.daya.id melalui fitur Tips dan Info Terkini.  Tidak hanya tips, Anda juga bisa melakukan konsultasi melalui fitur Tanya Ahli kepada psikolog.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

5.0

3 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Farraas A Muhdiar, M.Psi. M.Sc

Psikolog Klinis Anak & Remaja

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS