Dirilis

18 Agustus 2023

Penulis

Muthmainah Mufidah, M.Psi., Psikolog (Tim Arsanara Development Partner)

Agoraphobia berasal dari bahasa Yunani, yakni “agora” yang artinya “ruang terbuka”, dan bahasa Inggris “phobia”, yang berarti “ketakutan”. Agoraphobia adalah sebuah jenis gangguan kecemasan yang ditandai dengan ketakutan intens terhadap situasi atau tempat yang dianggap sulit untuk melarikan diri atau di mana bantuan mungkin tidak tersedia jika terjadi keadaan darurat. Individu yang mengalami agoraphobia cenderung menghindari situasi-situasi seperti berada di tempat umum, menggunakan transportasi umum, berada di kerumunan orang, atau berada di luar rumah mereka sendiri. 

Ruang terbuka menjadi tempat yang dianggap menakutkan karena khawatir tidak bisa menyelamatkan diri apabila kondisi sulit terjadi, termasuk apabila dirinya mengalami rasa cemas dan panik di tempat umum tersebut.

Beberapa gejala agoraphobia, adalah:

  • Ketakutan atau kecemasan berlebihan terhadap tempat yang dianggap sulit untuk melarikan diri atau mencari bantuan: tempat umum, menggunakan transportasi umum, berada di kerumunan orang, antrian banyak orang, keluar rumah sendirian
  • Merasa terperangkap atau terjebak dalam ketika berada dalam situasi atau tempat tersebut
  • Takut kehilangan kendali: sering merasa khawatir tentang kehilangan kendali atau tidak dapat mengendalikan diri mereka sendiri saat berada di situasi atau tempat-tempat tersebut
  • Ketakutan atau kecemasan yang dialami lebih besar dari kemungkinan bahaya yang bisa terjadi berada di tempat atau situasi tersebut
  • Senantiasa berusaha menghindari situasi atau tempat-tempat tersebut (yang memicu kecemasan), sehingga cenderung mengurung diri dan lebih banyak berdiam diri di rumah
  • Ketergantungan pada pendamping atau orang lain: merasa perlu ditemani atau memiliki pendamping ketika berada di luar rumah untuk merasa lebih aman
  • Serangan panik: muncul serangan panik tiba-tiba saat berada di situasi atau tempat tersebut


Gangguan agoraphobia sendiri tidak membahayakan fisik secara langsung, tetapi dapat memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup dan kesejahteraan individu. Agoraphobia dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari, bekerja, belajar, atau menjalani kehidupan sosial. Penyebab pasti agoraphobia belum sepenuhnya dipahami, tetapi terdapat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perkembangannya. Kombinasi dari faktor genetik, biologis, psikologis, dan lingkungan dapat berperan memicu agoraphobia.

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi terjadinya agoraphobia, antara lain:

  • Riwayat keluarga: jika ada riwayat gangguan kecemasan atau agoraphobia dalam keluarga, seseorang mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengembangkan kondisi ini
  • Memiliki gangguan kecemasan lainnya: seringkali, agoraphobia berkembang sebagai respons terhadap gangguan kecemasan lainnya, seperti gangguan kecemasan panik. Jika seseorang mengalami serangan panik yang intens di situasi tertentu, mereka mungkin mengembangkan agoraphobia sebagai usaha untuk menghindari situasi yang dapat memicu serangan panik.
  • Memiliki trauma: pengalaman traumatis atau peristiwa yang mengancam nyawa, seperti kecelakaan atau perampokan, atau adanya pengalaman kekerasan fisik, verbal, maupun emosional terutama di masa kecil dapat memicu perkembangan agoraphobia pada individu
  • Ketidakseimbangan dalam neurotransmitter di otak, terutama serotonin dan norepinefrin, berkaitan erat dengan kemunculan gangguan kecemasan. Perubahan dalam tingkat neurotransmitter ini dapat mempengaruhi mood dan respons terhadap stres.
  • Peristiwa hidup: stres dari peristiwa hidup yang signifikan, seperti kehilangan orang yang dicintai atau perubahan besar dalam kehidupan, dapat memicu perkembangan agoraphobia.
  • Belajar dan asosiasi negatif: Jika pernah mengalami serangan panik atau ketidaknyamanan intens dalam situasi tertentu, individu mungkin akan berusaha menghindari tempat sejenis di kemudian hari yang lama kelamaan dapat berkembang menjadi agoraphobia
  • Gaya hidup dan stres: gaya hidup yang tidak sehat, tingkat stres tinggi, dan kebiasaan menghindari situasi yang menimbulkan ketidaknyamanan dapat berkontribusi pada perkembangan agoraphobia.


 

Tips Mengatasi Agoraphobia

Jika mulai merasakan gejala yang telah disebutkan di atas atau merasa memiliki beberapa faktor yang berkontribusi pada kemunculan agoraphobia, maka penting untuk mencoba hal-hal berikut: 

  1. Konsultasi dengan profesional: Langkah pertama yang penting adalah mencari bantuan dari profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater. Mereka dapat melakukan evaluasi, memberikan diagnosis yang akurat, dan merancang rencana perawatan yang sesuai.
  2. Jalani terapi perilaku bersama profesional: psikolog atau psikiater dapat memberikan bantuan berbagai jenis terapi yang sesuai kondisi individu. Beberapa terapi agoraphobia diantaranya adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yang mana berfokus pada usaha mengubah pikiran menjadi lebih adaptif, terapi eksposur dimana individu berlatih menghadapi ketakutannya secara bertahap, dan Acceptance Commitment Therapy (ACT) yang berfokus melatih individu menerima pikiran dan perasaan negatif tanpa menghindar.
  3. Konsumsi obat sesuai resep psikiater: pada beberapa kondisi, individu dengan agoraphobia butuh untuk mengkonsumsi obat antidepresan atau obat penenang, yang mana hal ini diresepkan oleh psikiater dengan dosis tertentu.
  4. Manajemen stres: temukan cara untuk mengelola stres yang dirasakan, seperti dengan menulis, bercerita pada orang yang dipercaya, menjalankan hobi, melakukan kegiatan relaksasi, latihan pernafasan, dan lain-lain. Atur pekerjaan serta aspek-aspek hidup lainnya sehingga bisa menjalani keseharian dengan tekanan yang sesuai kemampuan.
  5. Gaya hidup sehat: olahraga teratur, pola tidur yang baik, makan makanan sehat, hindari alkohol dan kafein, konsumsi vitamin, berjemur/terkena sinar matahari sehat, dan aktivitas menyehatkan lainnya.
  6. Dukungan sosial: libatkan keluarga, teman, atau kelompok dukungan yang dapat memberikan dukungan emosional selama proses pemulihan.
  7. Atasi ketakutan bertahap: coba secara bertahap menghadapi situasi atau tempat yang menimbulkan ketakutan, mulai dari yang paling ringan. Buatlah daftar langkah-langkah yang bisa diambil untuk merencanakan menghadapi ketakutan secara bertahap dan perlahan.
  8. Hindari kebiasaan menghindar: berusaha untuk mengurangi kebiasaan menghindari situasi atau tempat yang menimbulkan ketakutan. akui rasa takut, tapi jangan biarkan ketakutan mengontrol hidup kita.


Nah sobat Daya, itulah informasi terkait agoraphobia. Jika Anda atau mungkin orang disekitar Anda memiliki ciri-ciri tersebut, jangan langsung mengambil kesimpulan sendiri ya. Konsultasikan dengan ahli profesional untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Jika memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait karier atau masalah psikologi lainnya? Segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

4.9

13 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Rifani Eveline

06 Desember 2023

Artikel yang penuh dengan pengetahuan, saya suka sekali!

Balas

. 0

Maudi Rea Cahyati

04 Desember 2023

wuiiih, thanks infonya kak. Sangat memberikan informasi yang bermanfaat.

Balas

. 0

Ardhan Ashary Nasution

30 Agustus 2023

Terima kasih informasinya sangat membantu 👍👍

Balas

. 0

M yusuf hutasuhut

29 Agustus 2023

Menarik

Balas

. 0

Qodri Perdana

24 Agustus 2023

interesting

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Muthmainah Mufidah, M.Psi

Psikolog Klinis Dewasa

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS