Informasi Artikel

Penulis Artikel

Dian Savitri

Siklus ekonomi adalah perubahan kondisi dan aktifitas ekonomi dari waktu ke waktu dan terkadang berulang. Siklus ekonomi terdiri dari empat fase, antara lain:
 
Sumber: https://www.djkn.kemenkeu.go.id/

 

1. Fase Ekspansi (Booming) yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut

  • Ekonomi sedang berkembang.
  • Jumlah produksi, lapangan kerja, dan pendapatan meningkat. Hal ini biasanya ditandai dengan pembangunan perusahan, pabrik dan lapangan pekerjaan baru.
  • Perilaku konsumen dan dan pelaku bisnis lebih percaya diri, sehingga mereka berbelanja dan berinvestasi lebih banyak.
  • Keuntungan perusahaan meningkat dan akan disertai dengan peningkatan pendapatan para pekerja.
  • Tingkat pengangguran turun.


 

2. Fase Puncak (Peak) yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut

  • Ekonomi mencapai titik tertingginya.
  • Pertumbuhan mulai melambat yang ditandai dengan tidak adanya perusahaan, pabrik, jumlah cabang yang dibuka. Serta jumlah lapangan kerja cenderung stagnan.
  • Inflasi mungkin meningkat, hal ini diakibatkan karena peningkatan pendapatan para pekerja, sehingga membuat uang yang beredar di masyarakat terlalu banyak. Namun hal ini juga bisa mendorong daya beli masyarakat meningkat.
  • Suku bunga mungkin naik karena didorong oleh tingkat inflasi yang tinggi.


 

3. Fase Kontraksi (Resesi):

  • Ekonomi mulai menyusut.
  • Jumlah produksi, lapangan kerja, dan pendapatan menurun. Hal ini biasanya ditandai dengan beberapa perusahaan menutup cabang atau pabriknya, bisa juga terjadi badai PHK di beberapa industri.
  • Perilaku konsumen dan pelaku bisnis menjadi lebih berhati-hati, sehingga mereka berbelanja dan berinvestasi lebih sedikit. 
  • Keuntungan perusahaan turun.
  • Tingkat pengangguran meningkat


 

4. Fase Titik Terendah (Trough):

  • Ekonomi mencapai titik terendahnya.
  • Pertumbuhan mulai stabil, sehingga para pelaku bisnis bisa memulai dan merancang ulang strategi keuangan dan bisnisnya dan mengantisipasi kondisi ekonomi yang mulai pulih. 
  • Inflasi mungkin turun. Pemerintah biasanya akan memberikan stimulus fiskal dan moneter untuk kembali mengerek pertumbuhan ekonomi.
  • Suku bunga mungkin turun, hal ini bisa mendorong para pelaku bisnis untuk melakukan ekspansi dan lebih berani mengambil pinjaman ke bank.


 

Faktor yang Mempengaruhi Siklus Ekonomi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi siklus ekonomi, antara lain:

  1. Kebijakan moneter Bank Sentral dalam negeri dan luar negeri
  2. Kurs mata uang dalam negeri dan mata uang asing
  3. Kebijakan fiskal pemerintah
  4. Peristiwa global, seperti perang atau krisis keuangan
  5. Kepercayaan konsumen dan pelaku usaha

Memahami siklus ekonomi dapat membantu kita sebagai individu membuat keputusan keuangan yang lebih baik. Misalnya, selama ekspansi, sebagai investor perorangan, kita mungkin ingin berinvestasi lebih agresif di pasar modal Indonesia maupun luar negeri. Sedangkan selama resesi, kita mungkin akan lebih berhati-hati, dan lebih banyak menyimpan cash dalam bentuk deposito ataupun menyimpan logam mulia. 

 

Strategi Investasi Menyesuaikan Siklus Investasi

Berikut adalah beberapa strategi investasi yang mampu menyesuaikan kondisi pada siklus ekonomi:

 

1. Strategi Dynamic Asset Allocation:

  • Strategi ini melibatkan penyesuaian alokasi aset Anda di berbagai kelas aset berdasarkan fase siklus ekonomi saat ini.
  • Selama ekspansi: Anda mungkin mengalokasikan lebih banyak ke aset berisiko tinggi seperti saham dan mengurangi alokasi ke aset yang lebih aman seperti obligasi.
  • Selama resesi: Anda mungkin ingin mengalokasikan lebih banyak ke aset yang lebih aman seperti deposito dan emas serta mengurangi alokasi ke aset berisiko tinggi seperti saham.


 

2. Strategi Rebalancing Portfolio:

  • Strategi ini sebetulnya bisa terlalu begitu bergantung pada fase siklus ekonomi. 
  • Hal yang penting dilakukan secara berkala adalah menyeimbangkan kembali portofolio Anda untuk memastikan bahwa itu masih sesuai dengan tujuan investasi dan tingkat risiko Anda.
  • Rebalancing membantu Anda untuk "menjual saat tinggi" dan "membeli saat rendah", yang dapat membantu meningkatkan hasil investasi Anda dari waktu ke waktu.
  • Pada strategi ini, Anda perlu mengetahui momentum saat jual dan beli.


 

3. Strategi Value Investing:

  • Strategi ini berfokus pada berinvestasi pada aset yang dianggap undervalued (dengan harga lebih rendah dari nilai intrinsiknya).
  • Aset ini mungkin lebih berkinerja baik selama resesi, karena harganya mungkin memiliki lebih banyak ruang untuk naik saat ekonomi pulih.
  • Sebagai contoh membeli properti saat krisis dimana kebanyakan orang membutuhkan uang cash, sehingga harga properti bisa saja sedang terkoreksi


 

4. Strategi Dollar-Cost Averaging (DCA):

  • Strategi ini melibatkan menginvestasikan jumlah uang yang sama secara berkala, tanpa memperhatikan harga aset.
  • Ini dapat membantu Anda untuk rata-rata biaya investasi Anda dari waktu ke waktu dan mengurangi dampak volatilitas pasar.
  • Strategi ini cocok juga sebagai Goal Based Investing. Artinya, kita hanya menjual aset investasi kita pada saat tujuan keuangan kita tercapai, sebagai contoh mengumpulkan dana pendidikan anak jenjang kuliah di reksadana saham, maka kita mencairkan reksadana saham saat akan digunakan 2 tahun lagi untuk biaya kuliah anak. 


 

5. Strategi Long term investing:

  • Mindset yang penting dimiliki untuk strategi long term investing adalah bahwa time horizon kita sangat panjang (di atas 10 tahun) serta siklus ekonomi pada akhirnya bersifat sementara, dan pasar saham cenderung naik seiring waktu.
  • Dengan fokus pada tujuan jangka panjang Anda, Anda dapat menghindari godaan untuk panik dan menjual investasi Anda selama resesi.
  • Metode ini sering disebut juga dengan growth investing, maka selalu pilih produk investasi yang dinilai masih memiliki ruang pertumbuhan hingga jangka panjang. 


Hal yang menjadi catatan di sini, bahwa tidak ada strategi investasi yang cocok untuk semua orang. Strategi terbaik untuk Anda akan bergantung pada tujuan investasi, toleransi risiko, dan lama waktu  Anda. Selalu konsultasikan dengan financial advisor sebelum membuat keputusan investasi.

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah atau informasi keuangan lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

4.7

7 Penilaian

Artikel Terkait

5.0
Pengelolaan Dasar

5 Perbedaan Investasi dan Menabung, serta Contohnya

07 Oktober 2021

4.7
Pengelolaan Dasar

Cara Mengukur Risiko Investasi dan Mengambil Keputusan untuk Pemula

01 Juli 2024

5.0
Pengelolaan Dasar

Harga Emas Bisa Naik dan Turun, Ini Penyebabnya

04 Juli 2022

4.5
Pengelolaan Dasar

Realisasi Investasi PMDN Meningkat di Masa Pandemi 2019-2022

01 Oktober 2022

Berikan Pendapat Anda

TA Herly Marwanto

25 July 2024

keren nih artikelnya

Balas

. 0

Anton Saeryana

17 July 2024

Artikel yang sangat bermanfaat

Balas

. 0

84 dari 100 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS