Mobil Bensin vs Mobil Listrik: Mana yang Lebih Menguntungkan?

Dalam beberapa tahun terakhir, perdebatan mengenai mobil bensin dan mobil listrik semakin hangat dibicarakan. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan yang patut dipertimbangkan, mulai dari harga beli, biaya operasional, hingga dampak lingkungannya. Bagi masyarakat yang sedang mempertimbangkan pembelian kendaraan baru, memahami perbandingan ini menjadi penting agar keputusan yang diambil sesuai dengan kebutuhan finansial maupun gaya hidup jangka panjang.

 

1. Harga Beli Mobil Baru

Harga menjadi pertimbangan utama ketika membeli kendaraan. Mobil bensin konvensional umumnya lebih terjangkau dibanding mobil listrik. Sebagai gambaran, mobil bensin mulai Rp 100 juta-an sedangkan mobil listrik mulai sekitar Rp 200 juta.an. Contohnya : 

*harga mobil bisa berbeda di tiap daerah dan bergantung promo masing-masing dealer. Harga diatas hanya sebagai referensi. Perbedaan harga ini terutama dipengaruhi oleh biaya produksi baterai, yang masih tinggi. Meski demikian, tren global menunjukkan bahwa harga baterai cenderung menurun seiring perkembangan teknologi dan skala produksi yang semakin besar.

 

2. Harga Jual Mobil Bekas

Dari sisi nilai jual kembali, mobil bensin relatif lebih stabil karena pasarnya sudah matang. Mobil listrik masih menghadapi tantangan terkait persepsi pasar dan kekhawatiran akan umur baterai. Nilai depresiasi mobil listrik saat ini lebih tinggi, meskipun pabrikan dan pemerintah terus berupaya meningkatkan insentif agar daya tarik mobil listrik di pasar bekas menjadi lebih baik. 

Seiring dengan meningkatnya infrastruktur pengisian daya dan kesadaran masyarakat akan energi ramah lingkungan, nilai jual mobil listrik berpotensi semakin kompetitif di masa yang akan datang.

 

3. Biaya Perawatan

Mobil bensin memiliki banyak komponen bergerak seperti mesin, sistem knalpot, dan transmisi yang memerlukan perawatan rutin (oli mesin, filter udara, busi, dan sebagainya). Hal ini membuat biaya perawatan mobil bensin relatif lebih tinggi dalam jangka panjang.

Sebaliknya, mobil listrik memiliki struktur yang lebih sederhana. Tanpa oli mesin dan dengan lebih sedikit komponen yang rentan aus, biaya perawatan mobil listrik dapat lebih rendah hingga 30–40% dibandingkan mobil bensin. Biaya yang paling signifikan biasanya hanya terkait baterai, yang masa pakainya bisa mencapai 8–10 tahun.


 

4. Biaya Energi: Bensin vs Listrik

Biaya bahan bakar menjadi faktor penting dalam penggunaan sehari-hari. Estimasi perbandingan biaya bahan bakarnya sebagai berikut : 

• Mobil bensin: Dengan harga bensin non-subsidi sekitar Rp13.000–15.000 per liter dan konsumsi rata-rata 12 km/liter, biaya perjalanan 100 km bisa mencapai Rp110.000–125.000.
• Mobil listrik: Dengan tarif listrik rumah tangga sekitar Rp1.700 per kWh dan konsumsi rata-rata 6 km/kWh, biaya perjalanan 100 km hanya sekitar Rp28.000.

Dari estimasi perhitungan ini, mobil listrik dapat memberikan penghematan biaya energi hingga 70% dibanding mobil bensin, terutama bagi pengguna yang menempuh jarak jauh secara rutin.

 

5. Emisi CO₂

Mobil bensin menghasilkan emisi langsung dari proses pembakaran bahan bakar. Rata-rata, sebuah mobil bensin dapat mengeluarkan sekitar 125 grm/ km emisi CO2. Mobil listrik mengeluarkan 0.5grm/km CO2. Tetapi mobil listrik menghasilkan emisi C02 lebih besar saat pembuatan batre dan sumber listrik yang digunakan. Jika listrik berasal dari pembangkit berbasis batu bara, jejak karbon tetap signifikan. Meski demikian, dalam jangka panjang, mobil listrik dinilai lebih ramah lingkungan karena mendukung transisi menuju energi terbarukan.

 

6. Pertimbangan Finansial dan Lingkungan

Dari perspektif finansial jangka pendek, mobil bensin masih unggul karena harga beli yang lebih terjangkau dan nilai jual bekas yang relatif stabil. Namun, jika dilihat dari sisi biaya operasional harian dan perawatan, mobil listrik menawarkan efisiensi yang lebih besar.

Selain itu, kesadaran terhadap isu lingkungan semakin mendorong pergeseran ke mobil listrik. Pemerintah Indonesia juga mulai memberikan insentif, seperti keringanan pajak atau subsidi, untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik.

Testimoni Pengguna di Media Sosial.

• Bambang Soesatyo (Bamsoet) menceritakan selama 4 tahun menggunakan Tesla, rata-rata biaya pengisian daya listrik hanya Rp15 ribu per bulan.
• Seorang pengguna di media sosial menyatakan berkurang hingga 1/3 pengeluaran bulanan setelah memakai mobil listrik, terutama karena hemat bahan bakar dan perawatan.
• Jakarta - Bandung dengan mobil MG 4 EV selama 4 jam tempuh jarak 148,6 kilometer. Butuh total 27,8 kWh sekali perjalanan ke Bandung. Tarif listrik paling mahal Rp 1.699 per kWh. Bulatkan Rp 1.700 per kWh, maka MG 4 EV menghabiskan biaya enggak sampai Rp 50.000 alias Rp 47.294. 

Baik mobil bensin maupun mobil listrik memiliki karakteristik yang berbeda.

• Mobil bensin lebih cocok bagi masyarakat yang menginginkan harga beli awal lebih rendah, pasar mobil bekas yang luas, serta akses mudah terhadap infrastruktur pengisian bahan bakar.
• Mobil listrik lebih ideal bagi mereka yang memikirkan efisiensi biaya jangka panjang, perawatan lebih sederhana, serta kepedulian pada lingkungan.

Bagi konsumen, keputusan terbaik akan sangat bergantung pada prioritas masing-masing: apakah lebih mementingkan biaya awal yang lebih rendah, atau menitikberatkan pada penghematan jangka panjang dan dampak lingkungan yang lebih kecil.

Pada akhirnya, baik memilih mobil bensin maupun mobil listrik, kuncinya adalah memastikan keputusan tersebut selaras dengan kondisi keuangan pribadi, kebutuhan mobilitas, serta visi jangka panjang dalam gaya hidup yang berkelanjutan.

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah atau informasi keuangan lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.