Salah satu keuntungan memiliki saham adalah dividen. Dividen adalah keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham sesuai dengan porsi kepemilikannya. Ada perusahaan yang membagikan dividen setahun sekali, ada pula yang membagi dividen lebih dari sekali. Dividen adalah passive income untuk para investor. Tanpa harus bekerja dan mengelola perusahaan tetap menerima pendapatan secara rutin selama perusahaan sehat dan menghasilkan laba. Dividen cocok untuk tujuan investasi jangka panjang.
Deviden Sehat dan Berkelanjutan
Untuk melihat apakah suatu perusahaan membagikan dividen secara sehat dan berkelanjutan adalah dengan melihat nilai DPR (Dividen Payout Ratio).
DPR adalah persentase laba perusahaan yang dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham.
Perhitungannya seperti ini: DPR = (Dividen yang dibagikan / Laba bersih perusahaan) x 100%
Bila perusahaan menghasilkan laba 100 miliar dan dividen yang dibagikan adalah 40 miliar, berarti DPR 40%. DPR menggambarkan seberapa besar laba perusahaan yang dibagikan sebagai dividen dan seberapa besar yang disisakan oleh perusahaan untuk pertumbuhan bisnisnya.
Nilai DPR yang sehat di kisaran 30% – 60%. Nilai ini menunjukkan perusahaan masih menahan sebagian laba untuk ekspansi, inovasi, atau menjaga kas. Juga lebih berpeluang stabil dari tahun ke tahun.
DPR di bawah 20% artinya perusahaan masih dalam fase pertumbuhan sehingga fokus menahan laba. DPR tinggi 80-100% berarti perusahaan membagikan hampir sebagian besar labanyam jadi punya sedikit ruang untuk pertumbuhan. Kisaran ini berpotensi memotong dividen ketika laba turun.
Dalam menganalisis DPR, perhatikan juga konsistensi DPR 5 – 10 tahun, jangan hanya 1 tahun.

Perhatikan Deviden Yield
Investor juga harus memperhatikan hal lain selain DPR. Karena DPR hanya menunjukkan porsi laba yang dibagikan sebagai dividen, bukan kestabilan bisnis atau kemampuan jangka panjang. Oleh karena itu perlu melihat berbagai aspek lainnya seperti dividen yield rata-rata selama 5 tahun.
Dividen yield adalah tingkat imbal hasil yang diterima dibandingkan dengan harga saham nya saat itu. Perhitungannya seperti ini:
Dividend Yield = (Dividen per saham / Harga saham) ×100%
Misalnya: harga saham Rp22.000. Dividen per saham Rp2.200. Maka Dividend Yield = 10%.
Jika investor beli saham itu sekarang, maka akan menerima keuntungan 10% per tahun hanya dari dividen (belum termasuk capital gain atau potensi kenaikan harga saham). Jadi semakin tinggi yield, semakin besar passive income yang investor terima (asal perusahaan sehat).
Carilah saham dengan dividen yield stabil selama 5 tahun.
Cek Riwayat Perusahaan dalam Membagi Deviden
Setelah melihat DPR dan dividen yield selanjutnya periksa track record atau riwayat perusahaan dalam membagi dividen. Cek data minimal selama 5 - 10 tahun. Periksa apakah perusahaan pernah absen bagi dividen? Lihat nominal dividen, apakah cenderung naik? Ketika ekonomi fluktuatif (contoh waktu 2020 saat pandemi) apakah tetap stabil membagi dividen? Semakin panjang historinya, makin menunjukkan komitmen perusahaan.
Ini contoh saham data 5 tahun, nominal dividen dan dividen yield. Data ini gratis dilihat di website investing.com
Perusahaan yang mampu stabil membagi dividen hanya bila memiliki laba yang bertumbuh. Oleh karena itu investor dapat pertumbuhan labanya. Hal ini dapat dilihat dari nilai EPS (Earning per Share). EPS (Earnings Per Share) adalah laba bersih perusahaan yang dibagi untuk setiap lembar saham yang beredar.
EPS adalah indikator untuk melihat apakah perusahaan bertumbuh, stabil, atau justru menurun kinerjanya. Perhitungannya seperti ini :
EPS = Laba bersih / Jumlah saham yang beredar
Misalnya laba bersih perusahaan Rp1 triliun. Jumlah saham beredar: 10 miliar lembar. Maka EPS = Rp100 per lembar. Artinya setiap 1 lembar saham menghasilkan laba Rp100. Untuk melihat apakah laba bertumbuh , ukurlah EPS growth. Rumusnya
EPS Growth = {(EPS Tahun ini - EPS Tahun lalu) /EPS Tahun Lalu} ×100%
Bila hasilnya positif berarti ada growth / pertumbuhan. Bila EPS naik stabil artinya dividen berpeluang naik dan berkelanjutan. Namun bila EPS fluktuatif atau turun maka dividen tidak bisa diprediksi. Oleh karena itu EPS Growth jangka menengah (3–5 tahun) menjadi ukuran penting saat menilai saham dividen.
Screening atau memilih saham dividen ini dapat dilakukan mandiri secara manual atau menggunakan screener. Ada tools yang gratis juga berbayar. Ada Yahoo Finance, Trading View juga screener dari aplikasi online trading.
Ini contoh kriteria untuk screening saham dividen:
- Dividend yield rata-rata > 3%
- ROE > 10%
- EPS growth positif 3–5 tahun
- Debt to equity < 1
- Net profit margin stabil
- Track record dividen minimal 5 tahun
Ini contoh hasil screener menggunakan Trading View.
Harga saham selalu naik turun. Ada saham yang memberikan dividen besar namun bisa saja harga sahamnya stagnan atau malah turun. Ini adalah sebuah resiko yang perlu dipahami lebih dulu oleh investor. Saham sektor komoditas contohnya. Harga sahamnya fluktuatif meskipun dividen yang diberikan besar. Belum lagi bila ada kenaikan suku bunga, saham dividen bisa kalah menarik dari deposito. Cara mengatasinya dengan diversifikasi dan fokus pada konsistensi, bukan yield besar sesaat.
Memilih saham dividen adalah tentang membangun pondasi passive income masa depan. Oleh karena itu investor harus melihat dari berbagai sisi. Dengan screening yang lebih menyeluruh, investor dapat menemukan saham dividen kuat menghadapi perubahan ekonomi bukan hanya jangka pendek namun juga kuat bertahan panjang.
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah atau informasi keuangan lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.
Sumber:
Berbagai sumber
Berikan Pendapat Anda