Enam bulan terakhir tercatat asing melakukan nett penjualan dengan nominal 13,3 Triliun di pasar tunai maupun negosiasi di market saham Indonesia (sumber idx). Pada situasi seperti itu, apa yang sebaiknya Anda lakukan?
Penyebab Investor Asing Lari
Beberapa hal yang terjadi baik secara domestik dan global menyebabkan larinya investor asing dari Indonesia, seperti:
- Ketidakpastian kebijakan fiskal dan ekonomi domestik, dari kebijakan presiden baru Indonesia (Prabowo Subianto) dengan program kerjanya yakni MBG (Makan Bergizi Gratis) yang diberikan kepada siswa di seluruh Indonesia yang membuat kekhawatiran terkait dengan alokasi penggunaan belanja negara yang dianggap tidak efisien atau kurang berdampak secara langsung pada ekonomi nasional. Selain itu, pembentukan sovereign wealth fund Danantara yang menimbulkan gejolak ketidakpastian pada tata kelola ekonomi.
- Ketidakpastian pasar global dan ketegangan perdagangan internasional. Hal ini terutama disebabkan oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump akan penerapan reciprocal tarif dagang dengan berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Suku bunga the Fed yang masih tinggi serta penguatan dollar AS menyebabkan arus keluar dana dari pasar negara berkembang termasuk Indonesia.
- Secara regional arus dana investor banyak beralih ke China dan Vietnam sebagai tujuan berinvestasi karena secara birokrasi tergolong mudah dan ketersediaan tenaga kerja cukup banyak.

Apa yang Sebaiknya Anda Lakukan?
Secara keseluruhan kombinasi dari faktor domestik dan internasional berpengaruh menjadi penyebab larinya investor asing dari Indonesia. Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan individual investor lokal di Indonesia agar investasi tepat sasaran sesuai dengan tujuan keuangan yang ingin tercapai.
- Pertama yang dilakukan oleh investor memahami dampak utama dari keluarnya investor asing bagi setiap instrumen investasi, misalnya:
- Saham: IHSG dan saham-saham yang terbiasa masuk sebagai portofolio investor asing akan mengalami tekanan jual seperti saham big bank (BBCA, BMRI, BBRI), TLKM, dan ASII.
- Obligasi atau surat utang harga pokoknya bisa jatuh dan yield (kupon dibagi dengan nominal pokok).
- Nilai tukar rupiah akan melemah sehingga memungkinkan kenaikan harga barang-barang impor.
- Kedua mode bertahan untuk para investor lokal seperti:
- Tidak ikutan panik jual terutama bila tujuan berinvestasi masih panjang. Dampak dari pergerakan investor asing dan sentimen global biasanya bersifat sementara.
- Memastikan likuiditas aman saat harga saham dan obligasi terkoreksi, sebagai investor individual bisa mengubah sebagian portfolio ke dalam reksadana pasar uang dan deposito.
- Lindungi aset dengan emas maupun mata uang asing sebagai penyeimbang portofolio.
- Memilih saham yang fokus pada pasar domestik sehingga saat nilai tukar rupiah tertekan tidak begitu berpengaruh pada saham tersebut.
- Kedua mode agresif bagi investor yang berani mengambil risiko dengan cara:
- Membeli saham yang sedang koreksi namun sudah rutin membagikan dividen dan fundamental yang baik, sehingga penurunan harga bukan disebabkan oleh bisnisnya dan keuangan yang bermasalah tapi hanya sentimen global sesaat. Contohnya ASII dan PGAS.
- Membeli obligasi jangka panjang saat koreksi sehingga yield (imbal hasil) yang didapatkan naik dan menjadi peluang untuk mengunci tingkat kupon yang tinggi. Jika stabilitas pulih, harapannya harga obligasi akan naik atau bila disimpan hingga jatuh tempo akan mendapatkan keuntungan juga.
- Melakukan investasi dengan metode dollar-cost-averaging (DCA) yakni investasi bertahap yang rutin dilakukan setiap bulan disesuaikan dengan tujuan keuangannya.
Sebagai contoh berikut adalah proporsi alokasi aset di tengah keluarnya investor asing dari Indonesia:
- 20 - 30%: saham domestik dengan memilih saham dengan fundamental kuat, sudah konsisten membagikan dividen, harga sedang koreksi.
- 20 - 30%: obligasi pemerintah dengan jatuh tempo pendek hingga menengah.
- 15 - 20%: emas dan mata uang asing seperti USD.
- 10 - 10%: saham atau ETF luar negeri.
- 10 - 20%: dana likuid seperti deposito dan reksadana pasar uang.
Pastikan dana investasi yang digunakan merupakan uang yang tidak dipakai dalam jangka waktu dekat dan orientasi pada pertumbuhan aset. Tidak direkomendasikan menggunakan dana margin atau utang karena investasi mengandung risiko.
Selain fokus dari dampak keluarnya investor asing, sebagai seorang investor individual lokal juga perlu memperhatikan indikator makro lainnya seperti tingkat suku bunga BI, neraca perdagangan, cadangan devisa, tingkat inflasi dll. Hal ini akan memberikan sinyal apakah tekanan penurunan berlanjut atau sesaat.
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah atau informasi keuangan lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.
Sumber:
Berbagai sumber
Berikan Pendapat Anda