Informasi Artikel

Penulis Artikel

Andi Dala Nadhifa Asmarani

“Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.” Pernah dengar pepatah tersebut? Pepatah tersebut cocok menggambarkan proses menabung untuk membangun kekayaan. Namun, tahukah Anda bahwa pepatah tersebut juga berlaku kebalikannya? 

Ya, transaksi pembelanjaan dengan nominal kecil jika dilakukan terlalu sering, lama-lama akan terakumulasi dan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan finansial Anda. Fenomena tersebut juga dikenal dengan nama Latte Factor, yaitu pengeluaran kecil tetapi rutin dilakukan yang tanpa disadari membuat anggaran keuangan Anda bocor. 

Pengeluaran apa saja sih sebenarnya yang termasuk dalam Latte Factor? Apa saja dampaknya terhadap keuangan Anda? 

Dalam artikel ini, Anda akan mengenal lebih jauh mengenai Latte Factor sekaligus cara agar terhindar dari dampak buruknya. Yuk, simak pembahasannya berikut ini! 

 

Apa Itu Latte Factor?

Istilah Latte Factor merujuk kepada berbagai jenis pengeluaran yang memiliki nominal tidak seberapa, tetapi terus menerus dilakukan sampai akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Disebut sebagai Latte Factor karena biasanya pengeluaran yang dimaksud adalah pembelian kopi yang sudah menjadi rutinitas banyak orang. Walaupun kopi yang dibeli memiliki harga yang tidak seberapa, tetapi karena pembelian terjadi hampir tiap hari, efek negatifnya akan mulai terasa. Bahkan menurut data dari Kompas.id, Gen Z dan Milenial bisa menghabiskan 3-6 persen penghasilan mereka hanya untuk kopi. 

Namun, selain kopi, terdapat pengeluaran lain yang termasuk ke dalam Latte Factor, seperti biaya parkir, biaya transportasi umum, ongkos kirim barang, biaya admin saat transaksi online, biaya layanan yang tidak terpakai (contohnya layanan streaming musik atau film), dan masih banyak lagi. Jika diperhatikan, banyak Latte Factor yang berkaitan dengan pembelanjaan online atau layanan online. Kemudahan pada era digital ini memang menimbulkan beragam jenis Latte Factor yang kita tidak sadari. Itu lah mengapa Anda harus tetap waspada dan jangan mudah lengah soal pengeluaran Anda. 

Baca Juga: Gagal Menabung, Jangan-jangan Memang Penghasilannya Belum Cukup

 

Pengaruhnya Terhadap Keuangan Anda

Latte Factor membawa dampak buruk bagi kondisi keuangan Anda. Pertama, tujuan keuangan Anda akan sulit tercapai karena bocornya keuangan Anda akan menghambat proses menabung dan investasi.  Kedua, Latte Factor membangun kebiasaan tak sehat seperti pembelian impulsif yang tidak terkontrol. Karena nominalnya kecil, Anda jadi tak sadar dan tak berpikir panjang sebelum melakukan pengeluaran tersebut. Kebiasaan yang timbul juga bisa jadi akan sulit dihentikan karena sudah menjadi bagian dari rutinitas Anda. Yang tadinya hanya merupakan keinginan malah berubah menjadi “kebutuhan” di benak Anda. 
Misalnya, Anda memiliki rutinitas sehari-hari yaitu membeli secangkir kopi di kafe tertentu, Anda mungkin akan merasa tidak lengkap jika belum membeli kopi tersebut hari ini.  Pada akhirnya, Anda akan menjadi lebih konsumtif dan sulit mengontrol keuangan. 

Baca Juga: Waspada Fenomena Doom Spending yang Bisa Merugikan Keuangan Anda!

 

Cara Mengatasi Latte Factor 


 

1.    Catat Pengeluaran secara Rutin

Terdengar sepele, tetapi sangat efektif. Pencatatan pengeluaran akan memberikan gambaran mengenai seberapa banyak biaya-biaya yang telah dihabiskan dan mana saja biaya yang ternyata termasuk pengeluaran Latte Factor. Dari sini, Anda akan lebih mudah untuk mengurangi Latte Factor dengan membatasi pengeluaran tersebut. 

 

2.    Cari Alternatif dari Pembelanjaan Anda

Beberapa hal yang termasuk Latte Factor bagi Anda mungkin tidak sepenuhnya dihilangkan begitu saja karena sudah menjadi rutinitas Anda. Namun, Anda bisa mencari alternatif yang lebih murah. Misalnya, tiap hari Anda sudah terbiasa minum kopi di pagi hari sebagai penyemangat atau motivasi untuk melakukan pekerjaan di hari itu. Maka untuk memastikan keuangan Anda tidak bocor, Anda bisa mencari alternatif yang lebih murah seperti membawa kopi dari rumah daripada beli di kafe. Dengan begitu, Anda tetap bisa menikmati keseharian Anda tanpa harus merugikan keuangan jangka panjang Anda.

 

3.    Kurangi Pembelanjaan Impulsif

Latte Factor dapat muncul akibat kebiasaan belanja yang tidak terkontrol alias pembelanjaan impulsif. Contohnya saat terdapat diskon yang menggiurkan, Anda bisa menjadi tergoda untuk membeli barang tersebut padahal tidak membutuhkannya. Meskipun harganya murah, tetap pastikan terlebih dahulu apakah barang tersebut merupakan kebutuhan atau hanya keinginan sesaat. 

Baca Juga: Cash Stuffing, Tren Keuangan yang Bisa Menyembuhkan Impulse Buying

Demikian penjelasan mengenai Latte Factor yang bisa memberikan wawasan bagi kebiasaan keuangan Anda. Dengan mempelajari Latte Factor, Anda bisa belajar mengontrol keuangan Anda dengan lebih baik. Selalu ingatlah bahwa sekecil apa pun nominalnya, jika sebenarnya tidak diperlukan, sebaiknya jangan asal dibelanjakan. Kembali lagi kepada bagian awal artikel ini, bahwa istilah “sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit” berlaku terhadap pengeluaran Anda. 

Bagi Anda yang ingin mempelajari cara mengelola keuangan dengan lebih baik atau berkonsultasi mengenai masalah keuangan Anda, segera log in ke daya.id dan manfaatkan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

5.0

5 Penilaian

Artikel Terkait

Artikel Ahli
4.6
Pengelolaan Dasar

Strategi Pelunasan Utang dengan Avalance dan Snowball Analysis

25 Maret 2024

5.0
Pengelolaan Dasar

Strategi Bijak Agar Uang THR Berdampak Lebih Lama

12 Maret 2025

4.8
Pengelolaan Dasar

Gaji Cukup Tapi Keuangan Defisit? Perbaiki Pengelolaan Keuangan Keluarga Anda

03 Januari 2024

5.0
Pengelolaan Dasar

Hati-Hati Posting Data Pribadi di Media Sosial!

02 Januari 2025

Berikan Pendapat Anda

Anton Saeryana

17 July 2024

Informasi yang sangat berguna

Balas

. 0

16 dari 100 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS