Dari sekian ragam pilihan investasi, deposito dan reksa dana sering menjadi dua opsi bagi investor pemula di Indonesia. Meski keduanya sama-sama menawarkan cara mengembangkan dana, karakteristik, potensi keuntungan, dan risikonya sangat berbeda.
Untuk membantu Anda memahami antara depositi dan reksa dana, berikut ini penjelasan tentang bagaimana kedua instrumen ini bekerja, perbedaan pentingnya, serta cara menggabungkannya demi portofolio yang seimbang.
Definisi dan Cara Kerja
Pertama-tama, mari kita bahas tentang definisi serta cara kerja deposito dan reksa dana.
1. Deposito
Deposito adalah produk simpanan berjangka di bank di mana nasabah menempatkan dana untuk periode tertentu mulai 1 bulan hingga beberapa tahun dengan tingkat suku bunga yang disepakati sejak awal. Selama tenor berjalan, dana tidak dapat ditarik tanpa denda penalti bunga, sehingga cocok untuk dana yang boleh “menginap” dalam jangka menengah atau panjang. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memberikan jaminan terhadap pokok dan bunga hingga batas tertentu, menambah rasa aman bagi investor konservatif.
Baca Juga: Tips Berinvestasi Untuk Pengembangan Usaha, dan Risikonya
2. Reksa dana
Reksa dana merupakan instrumen penghimpunan modal kolektif yang dikelola oleh manajer investasi terdaftar. Dana yang dihimpun kemudian ditempatkan pada berbagai asset saham, obligasi, dan instrumen pasar uang menyesuaikan dengan jenis reksa dana. Investasi ini memungkinkan Anda menikmati diversifikasi profesional meski dengan modal relatif kecil, serta fleksibilitas pencairan dalam hitungan hari kerja tanpa denda.

Perbandingan Utama
Jadi, apa perbedaan deposito dan reksa dana? Berikut ini penjelasannya.
1. Potensi Keuntungan
- Deposito. Menyuguhkan bunga tetap yang dapat diprediksi, biasanya di kisaran 3–6% per tahun, bergantung bank dan jangka waktu penempatan. Tingkat bunga ini stabil sepanjang tenor, memudahkan perencanaan arus kas.
- Reksa dana Pasar Uang. Umumnya menawarkan return yang sebanding atau sedikit di atas deposito, karena portofolio hanya terdiri dari aset likuid berisiko rendah seperti SBI dan deposito berjangka.
- Reksa dana Saham & Campuran. Memiliki peluang imbal hasil jauh lebih besar dalam jangka menengah hingga panjang, meski nilai investasi dapat berayun mengikuti dinamika pasar modal.
2. Profil Risiko
- Deposito membawa tingkat risiko yang sangat rendah: pokok serta bunga juga dijamin oleh pemerintah (LPS). Risiko utama hanya berupa kemungkinan suku bunga acuan turun sehingga tingkat bunga deposito selanjutnya ikut menurun.
- Reksa dana menanggung risiko pasar sesuai alokasi aset. Reksa dana pasar uang bisa dikategorikan sangat aman, reksa dana pendapatan tetap moderat, dan reksa dana saham terpapar volatilitas tertinggi.
3. Likuiditas dan Akses Dana
- Deposito “mengunci” dana hingga jatuh tempo. Jika nasabah mencairkan lebih awal, sebagian bunga akan hangus atau terkena denda.
- Reksa dana dapat dilakukan penarikan kapan saja tanpa dikenai beban penalti, meski proses pencairan memerlukan 1 sampai 3 hari kerja setelah pengajuan.
4. Modal Awal
- Deposito di bank umum biasanya menetapkan minimal Rp 5–10 juta per akun, meski beberapa bank punya produk khusus dengan minimum lebih rendah.
- Reksa dana sangat bersahabat bagi pemula, sering kali bisa dimulai dari Rp 100 ribu—bahkan di beberapa platform cukup dengan Rp 10 ribu.
5. Pajak dan Biaya
- Deposito: bunga deposito dikenai Pajak Penghasilan (PPh) final sebesar 20% dari total bunga bruto.
- Reksa dana: keuntungan penjualan kembali (capital gain) reksa dana pendapatan tetap dan campuran dikenai PPh final 10%, sementara reksa dana pasar uang tidak langsung dipotong oleh manajer investasi, meski tetap wajib dilaporkan.

Strategi Pengelolaan Portofolio
Alih-alih memilih salah satu, Anda dapat memadukan dana di kedua instrumen untuk memaksimalkan hasil sambil menjaga stabilitas:
1. Alokasi Statis–Dinamis
- Tetapkan 40–60% dana ke deposito untuk menjamin modal dan menyediakan kepastian imbal hasil.
- Sisihkan 40–60% sisanya ke reksa dana—pasar uang untuk risiko rendah atau campuran untuk peluang pertumbuhan lebih besar.
2. Peninjauan Berkala
- Lakukan evaluasi setiap 6–12 bulan untuk menyesuaikan persentase alokasi, menimbang pergerakan suku bunga dan tren pasar modal.
3. Tujuan Keuangan
- Deposito juga dapat dipergunakan untuk menampung dana darurat Anda atau tabungan yang berjangka pendek
- Gunakan reksa dana untuk tujuan jangka menengah-panjang—misalnya dana pendidikan anak atau persiapan pensiun—di mana Anda bisa menolerir fluktuasi nilai.
Baca Juga: Strategi Mengelola Gaji UMR agar Bisa Berinvestasi
Keuntungan Kombinasi
Dengan mengombinasikan deposito dan reksa dana, Anda memperoleh:
• Kestabilan Modal
Deposito menjaga sebagian besar investasi dari risiko pasar.
• Peluang Imbal Hasil Lebih Tinggi
Reksa dana menawarkan kemungkinan pertumbuhan di atas suku bunga deposito.
• Likuiditas Terjaga
Fleksibilitas reksa dana memudahkan pencairan cepat jika tiba-tiba membutuhkan dana.
Pilihan antara deposito dan reksa dana tidak harus bersifat “hitam-putih.” Deposito cocok bagi Anda yang mementingkan keamanan, kepastian bunga, dan tidak ingin terganggu volatilitas pasar. Reksa dana tepat untuk investor yang mengincar hasil lebih besar dan siap menerima risiko fluktuasi. Untuk kebanyakan investor, memadukan keduanya dengan porsi disesuaikan tujuan, toleransi risiko, dan horizon waktu adalah cara terbaik untuk meraih keseimbangan antara kenyamanan dan pertumbuhan kekayaan.
Anda masih mempunyai pertanyaan? Berkonsultasi lah dengan yang Ahlinya di Fitur Tanya Ahli untuk mendapatkan saran yang tepat. Daftar kan diri Anda dan Login di Daya.id untuk mendapatkan infomasi serta tips yang bermanfaat secara gratis.
Sumber:
Berbagai sumber
Berikan Pendapat Anda