Transparansi keuangan dalam pernikahan sering dianggap sepele, padahal bisa jadi racun mematikan. Kenapa?
Pernikahan adalah komitmen yang mencakup banyak aspek termasuk keuangan keluarga. Sayangnya, sejumlah keluarga mengalami konflik serius di kemudian hari, dan data menunjukkan bahwa masalah ekonomi sering menjadi salah satu penyebab utama perceraian di Indonesia.
Sepanjang 2024, tercatat 399.921 kasus perceraian secara nasional. Dari total tersebut, penyebab utama adalah perselisihan dan pertengkaran terus-menerus mencapai 251.125 kasus (sekitar 62–63 %). Faktor kedua penyebab perceraian terbanyak adalah masalah ekonomi / keuangan keluarga, dengan 100.198 kasus pada 2024. Faktor penyebab lain termasuk meninggalkan salah satu pasangan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), serta penyebab seperti judi, mabuk, perselingkuhan dan sebagainya.
Dengan demikian, selain masalah komunikasi (yang menyebabkan perselisihan), ketidakharmonisan dalam pengelolaan keuangan dan perbedaan pandangan soal keuangan juga ikut menjadi bom waktu dalam rumah tangga.
Masalah ekonomi menjadi pemicu terbesar kedua perceraian di Indonesia karena beberapa hal berikut:
- Ketidakstabilan finansial tekanan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bila pasangan tidak sepaham dalam prioritas pengeluaran, bisa muncul konflik.
- Perbedaan nilai, kebiasaan atau pandangan soal keuangan antara suami dan istri , misalnya soal menabung, utang, gaya hidup dan pengeluaran anak. Saat perbedaan ini tidak dibicarakan sejak awal, akan sulit diselaraskan kemudian.
- Kurangnya komunikasi terbuka dan pengelolaan keuangan bersama. Keputusan keuangan dibuat satu pihak atau tanpa diskusi bisa menimbulkan rasa tidak adil, kehilangan kontrol, atau ketidakpercayaan.
Diskusikan Sebelum Menikah
Sebelum menikah, sebaiknya menyadari bagaimana hubungan pasangan dengan uang. Karena ini akan membentuk perilaku terhadap penggunaan uang. Agar pondasi ekonomi keluarga sejak awal jelas dan seimbang, bisa mendiskusikan hal-hal berikut:
1. Pendapatan dan pengeluaran masing-masing
Terbuka dengan penghasilan masing-masing. Buat kesepakatan apakah akan digabung atau pisah lalu siapa yang bertanggung jawab atas pengeluaran rutin.
2. Tujuan keuangan jangka pendek & jangka panjang
Apa saja impian-impiannya, apakah pendapatannya ditabung saja, ingin membeli rumah, mempersiapkan pendidikan anak, investasi, dsb. Jika tujuan berbeda, harus didiskusikan agar ada visi sejalan.
3. Pembagian peran & tanggung jawab finansial
Siapa mengelola uang, siapa bayar apa, bagaimana cara membagi atau menyatukan anggaran rumah tangga.
4. Gaya hidup dan prioritas
Misalnya soal rekreasi, belanja dan hiburan. Apakah sejalan atau butuh kompromi.
5. Cadangan dana & antisipasi risiko
Diskusikan juga mengenai dana darurat, asuransi dan rencana jika salah satu kehilangan pekerjaan atau ada kejadian tak terduga.
6. Aturan bersama soal utang / kredit / hutang konsumtif
Jika salah satu atau keduanya pernah punya utang, atau berencana mengambil kredit/finansial tertentu, penting untuk transparan dan saling setuju.

Tips Transparansi Keuangan Rumah Tangga
Agar transparansi dan keharmonisan tetap terjaga, berikut beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan:
1. Buka “rekening bersama” atau anggaran bersama (wallet bersama)
Dengan teknologi terkini, pengelolaan keuangan bisa dilakukan bersama. Semua pengeluaran rumah tangga (tagihan, kebutuhan rutin, tabungan) dikelola bersama melalui rekening bersama. Ini membantu mencegah ego, menyamakan visi, dan memudahkan planning bersama.
2. Rutin adakan “financial check-in” setiap bulan atau triwulan
Diskusikan secara rutin soal pengeluaran bulanan, pos tabungan dan evaluasi apakah keuangan keluarga berjalan on track atau perlu penyesuaian
3. Transparansi penuh soal utang dan kredit
Jika salah satu atau keduanya mengambil utang, wajib dibicarakan dan disetujui bersama sebelum mengambil keputusan.
4. Buat anggaran & rencana keuangan bersama
Dana darurat, tabungan, pendidikan anak, rumah, hingga investasi dengan target bersama supaya pasangan memiliki tujuan jangka panjang yang sama.
5. Bangun komunikasi
Komunikasi terbuka & jujur soal pendapatan, harapan, kekhawatiran, serta masalah keuangan. Jangan tabu untuk membicarakan “uang” karena ketidakjujuran bisa memicu konflik serius.
6. Peran serta & saling menghormati keputusan keuangan
Bila salah satu partner merasa tidak nyaman dengan pengeluaran atau gaya hidup tertentu, jangan diabaikan; diskusikan dan kompromikan.
Pernikahan bukan hanya soal perasaan dan cinta tetapi juga komitmen nyata dalam berbagai aspek, termasuk keuangan. Oleh karena itu, bagi pasangan, baik yang sedang merencanakan menikah maupun sudah menikah, penting untuk menjadikan transparansi dan perencanaan keuangan bersama sebagai fondasi. Diskusi terbuka, perencanaan bersama, dan komitmen pada tanggung jawab bersama akan membantu mewujudkan rumah tangga yang harmonis dan tangguh.
Bukan hal tabu untuk ajak pasangan “ngobrolin uang” sejak sekarang, melainkan langkah penting menuju masa depan bersama yang lebih kuat.
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah atau informasi keuangan lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis
Sumber:
Berbagai sumber
Berikan Pendapat Anda