Widi menamatkan pendidikan D3 Gizi di kota kelahirannya, Semarang. Setelah lulus, beliau menjalankan praktik kerja selama 3.5 tahun di Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Balikpapan sebagai ahli gizi. Keinginan untuk melanjutkan pendidikan S1 mengantarnya pindah ke Jakarta dan meneruskan pendidikan di Universitas SAHID jurusan teknologi pangan. Demi mencukupi kebutuhan perkuliahan, Widi kuliah sambil bekerja di RS. Medistra, Jakarta. Meskipun beliau harus membagi waktu antara pendidikan dengan bekerja, semuanya ia lakukan dengan sepenuh hati dan terus mengupayakan yang terbaik.
Pasca menyelesaikan pendidikan sarjana, Widi memilih menjadi asisten dosen di Akademi Gizi (sekarang Universitas) MH. Thamrin pada tahun 1998, dan lanjut menjadi dosen di prodi D-3 Gizi. Setelah beberapa tahun kemudian, beliau mengambil pendidikan S2 bidang Gizi Kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia. Meskipun kembali berkuliah di usia yang tidak lagi muda, beliau tak patah semangat dan berhasil menyelesaikan pendidikan dengan baik.
Mendidik dengan Hati
Merindukan Mahasiswa dan Masyarakat
“Sejujurnya saya khawatir dengan karakter mahasiswa yang ‘tidak tersentuh’ di masa pembelajaran. Ketika pembelajaran langsung, ada kontak hati melalui setiap percakapan langsung maupun ekspresi wajah yang diterima dengan jelas. Namun saat ini, melalui daring seolah ada pesan yang terserap layar dan tidak sampai ke hati mahasiswa.” ujar Widi. Namun ia merasa di masa seperti ini mahasiswa semakin kreatif dan cerdas secara teknologi. Hal ini menjadi keunggulan generasi ‘corona’ untuk semakin mengembangkan diri di masa mendatang.
Kerjasama Pemerintah dan Masyarakat
Widi menanggapi kebijakan Kemendikbud terkait izin pembelajaran langsung dengan senang hati. Sebelum terjun ke dunia kerja, mahasiswa harus dibiasakan kerja praktik langsung. Beliau gemar membaca dan membandingkan sistem pendidikan Indonesia dengan negara lain seperti Korea dan Jerman. Menurut beliau, negara maju menerapkan pola pendidikan yang menitikberatkan pada praktik kerja dibandingkan dengan teori. Oleh sebab itu beliau berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan praktik kerja bagi mahasiswanya.
“Seperti yang pemerintah sampaikan, sudah saatnya berdamai dengan COVID-19. Kita tidak mungkin terus membatasi diri sedangkan hidup harus terus berjalan. Namun tetap yang terpenting adalah pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat. Semakin kita mengenal siapa ‘musuh’ kita, semakin paham bagaimana menghadapi musuh tersebut. Saya yakin jika kita disiplin menjalankan protokol kesehatan, mudah-mudahan terhindar dari virus corona.” demikian pesan beliau untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Anda dapat bertanya seputar kesehatan, yang tepercaya dan langsung dari ahlinya di fitur Tanya Ahli. Salam sehat.