Dulunya Cleaning Service, Kini Pengusaha Ayam Goreng

Dirilis

23 Pebruari 2021

Penulis

Majalah Franchise Indonesia, Mitra Strategis Program Daya Sejak 2014

Pengusaha

Nurul Atik

Jenis Usaha

Pemilik Franchise Rocket Chicken

Siapa sangka seorang yang dulunya cleaning service kini sukses menjadi pengusaha ayam goreng hingga memiliki 770 outlet beromzet Rp1 triliun. Mantul kan? Memang benar, nasib manusia itu ibarat roda. Berputar menjalani kehidupan, kadang di atas, kadang di bawah.

Nurul Atik bekerja sejak tahun 2000 sebagai cleaning service di salah satu perusahaan ayam goreng ternama. Berkat ketekunan belajar dan prestasi kerjanya, ia diangkat sebagai karyawan dengan jabatan Area Manager dan Audit. Bahkan, sekitar tahun 2009, ia dipercaya menjabat posisi penting di perusahaan ayam goreng lainnya yang sedang tumbuh pesat. 
Di tengah peningkatan karir yang baik, jiwa kewirausahaannya muncul. Pada tahun 2010 Nurul Atik memutuskan mendirikan bisnis ayam goreng sendiri dengan nama Rocket Chicken di Jogjakarta. Ia menggunakan modal Rp150 juta yang didapatkannya dari seorang investor, yang kelak menjadi mitra bisnis pertamanya.  Kok bisa ya? Bagaimana cara meyakinan calon investor

Modal Usaha Rp150 Juta dari Investor

Menurut Nurul Atik, modalnya hanya kepercayaan dan pengalamannya di bisnis ayam goreng. “Saya tawarkan teman saya yang punya bisnis perawatan mobil dengan omzet miliaran, untuk jadi mitra pertama bisnis saya,” tuturnya. Calon investor itu pun setuju. Dengan modal Rp150 juta yang didapatnya, digunakan untuk biaya membangun outlet dan berbagai alat pendukung bisnis.

Nurul Atik mengakui, dirinya tidak membuat perencanaan bisnis khusus ketika memutuskan memulai bisnis. “Kita langsung membuka dahulu, tidak ada perencanaan, sambil jalan kita membenahi kekurangannya. Trial and error,” jelasnya. Nama Rocket Chicken pun dipilih dengan harapan bisnis ini kelak bisa meroket seperti namanya.

Hari pertama dibuka, bisnis ayam goreng milik Nurul Atik mampu mendulang omzet Rp6 juta. Namun, alih-alih mendapatkan untung berlimpah, ia malah merugi. “HPPnya tinggi, kita waktu itu tidak mengejar profit karena nilai jualnya rendah, selanjutnya baru kita naikin pelan-pelan. Jadi 5 bulan pertama itu rugi,” katanya. Masuk bulan ke 8, Nurul Atik baru bisa mendapat untung. Untungnya, ketika outlet kedua dan ketiga dibuka, ia mendapat untung cepat bahkan balik modal hanya dalam waktu dua minggu. “Orang sudah mulai tahu kita, dan melihat pengalaman saya, di outlet kedua dan ketiga, jadi bisa BEP cepat,” jelasnya.  

Menu terlalu bervariasi, akhirnya fokus di menu unggulan

Saat memulai usaha, Nurul tidak menemui kendala berarti dalam memasok bahan baku maupun merekrut karyawan karena sudah punya pengalaman sewaktu bekerja di perusahaan sebelumnya. Dalam merekrut karyawan, ia mengambil para karyawan eks tempatnya bekerja, dengan gaji setara. “Tidak mungkin saja kasih gaji lebih kecil. Saya juga harus menjaga kesejahteraan mereka,” katanya. 

Kendala yang dihadapi justru dari segi menu yang ditawarkan. Awal dibuka, Rocket Chicken menyajikan menu yang sangat variatif, mulai dari fried chicken, burger, chicken strips, french fries, spaghetti, chicken soup, mie goreng, corn soup, dan steak. Namun Nurul mengakui saat itu pelayanannya belum maksimal.  “SDM-nya masih kurang dan belum semuanya mumpuni untuk menyajikan varian menu dengan lengkap, maka menu mie goreng, spaghetti dan chicken soup dihilangkan. Customer sempat komplain juga, pesan ayam goreng kok lama. Setelah karyawan lebih terlatih, baru dikeluarkan lagi menunya,” sambungnya.

Saat ini Rocket Chicken lebih dikenal sebagai outlet ayam goreng yang murah dan enak. “Spaghetti, mie goreng, chicken soup dan corn soup sudah lama dihilangkan, orang taunya fried chicken saja, begitu pesan langsung terima,” kata pria kelahiran Jepara ini. 

Mengandalkan fakta dan data riil 

Uniknya, dalam hal pemasaran Nurul Atik tidak menggunakan marketing campaign konvesional pada umumnya. Ia tidak berpromosi di media cetak, online, apalagi TV, bahkan tidak punya brosur dan proposal sebagai ilustrasi bisnisnya. Padahal kedua hal tersebut dianggap marketing paling dasar yang harus dimiliki pebisnis masa kini. “Saya tidak ikut pameran, tidak ada brosur, sehingga tidak ada harapan apapun bagi calon investor. Sampai ada calon investor yang ngomong kalau saya sombong, buat bisnis tapi tidak punya ilustrasi, tidak ada proposal,” tuturnya. Nurul Atik memang sengaja tidak membuat proposal agar bisnisnya dikenal orang secara ril, bukan ilustrasi. “Jadi saya lebih by data dan fakta yang berbicara bukan ilustrasi. Kalau calon investor mau mau tahu rugi laba datang ke kantor saja langsung, nanti kita perlihatkan data riilnya,” ungkapnya.  

Sepanjang perjalanan bisnisnya, suka duka tentu banyak dihadapi. Antara lain menghadapi mitra bisnis yang merasa pinter. “Kalau usaha rugi karena lokasi, itu biasa. Tapi kalau di antara 10 mitra, 9 sukses tetapi 1 mitra tidak sukses, itu pasti ada human error. Umumnya karena mitra bisnis merasa pintar, merasa hebat, kemudian serakahnya muncul, itu biasanya yang gagal,” katanya.  

Omzet Rp1 triliun per tahun bersama 770 gerai dan 9.000 karyawan

Sejak 2018, Nurul Atik tidak full mengelola perusahaanya. Semua usaha sudah berjalan dengan manajemen dan organisasi yang sudah terbentuk. “Ada staff saya, General Manager, Regional Manager, Area Manager, Manager Finance, ada Accounting, Audit, Training Center. Ada sekitar 60 orang yang kerja di pusat. Satu Regional Manager memegang bisa megang 20 cabang, sementara Area Manager 40 cabang,” pungkasnya.   

Tercatat, Rocket Chicken kini sudah memiliki 770 gerai dan 9.000 karyawan. Sementara sekitar 54 cabang dalam antrian untuk segera dibuka. Gerai Rocket Chicken tersebar hampir di seluruh daerah Indonesia, kecuali Jabodetabek, Sulaswesi dan NTT, dengan omzet bisnis Rp 1,2 triliun per tahunnya. Fantastis bukan?  

Kejujuran, dukungan keluarga dan team work


Soal sukses, pria kelahiran 25 Juni 1966 ini masih enggan dikatakan pengusaha sukses. “Saya sampai sekarang masih belajar. Sukses itu relatif, tapi kejujuran yang paling utama, mencintai pekerjaan yang ada, dukungan dari semua baik keluarga maupun tim,” terangnya. Nurul Atik tergolong pengusaha yang dikenal low profile, humble dan santuy. Dalam memimpin perusahaan pun ia tidak suka dipanggil bos. “Saya tidak mau dipanggil bos, saya minta dianggap saudara saja, orang tua,” tegasnya. 

Nurut Atik meyakini pencapaianya sampai saat ini didasarkan team work yang saling mengerti. “Dilandasi kebersamaan, saling memahami, tidak berat. Ketika memulai yang diperkuat kebersamaan, saling memahami. Itu saja kuncinya,” tutupnya.

Penilaian :

4.9

50 Penilaian

Kisah Sukses Lainnya

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS