Fenomena penjualan rendah, yang ditandai dengan semakin banyaknya rojali (rombongan jarang beli) dan rohana (rombongan hanya nanya), mencerminkan perubahan perilaku konsumen, melemahnya daya beli masyarakat, serta kondisi ekonomi nasional yang sedang menantang.
Bagi pelaku UKM/UMKM, diperlukan strategi yang kokoh, ketangguhan yang kuat, dan kemampuan beradaptasi dengan cepat untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi. Salah satu cara paling efektif agar bisnis tetap bertahan adalah dengan mengelola keuangan secara tepat.
Untuk memahami kondisi usaha Anda saat ini serta mengelola keuangan dengan lebih cermat, Anda dapat memanfaatkan Radar Bisnis yang disediakan oleh SMBC Indonesia.
Silakan temukan Radar Bisnis di artikel berikut ini : Cara Memeriksa Kesehatan Bisnis, Rekomendasi untuk UMKM
Pentingnya Memantau Laporan Arus Kas
Di tengah ketidakpastian ekonomi, pengelolaan arus kas menjadi kunci untuk menjaga kelangsungan usaha. Laporan arus kas perlu dipantau secara rutin agar Anda dapat:
- Mengidentifikasi biaya yang tidak perlu dan menguranginya.
- Mencari ide untuk menambah sumber pendapatan.
- Mendapatkan bantuan keuangan jika diperlukan.
Berikut beberapa tips yang dapat membantu Anda memantau laporan arus kas dengan lebih efektif:
1. Evaluasi Arus Kas Secara Mingguan
Buat laporan arus kas mingguan, bukan bulanan. Dengan cara ini, Anda dapat mendeteksi masalah likuiditas lebih cepat.
- Jika arus kas positif, bisnis Anda menghasilkan uang — segera sisihkan minimal 10% dari laba bersih untuk dana darurat (cadangan operasional 3–6 bulan).
- Jika arus kas negatif, segera lakukan tindakan korektif agar bisnis tetap sehat.
Gunakan Operating Cash Flow Ratio (OCFR) untuk mengukur kemampuan bisnis membayar kewajiban jangka pendek dengan arus kas operasional.

Interpretasi OCFR:
- OCFR > 1 → Arus kas sehat, kewajiban jangka pendek aman.
- OCFR = 1 → Masih cukup, tapi harus hati-hati.
- OCFR < 1 → Arus kas kurang, risiko kesulitan bayar utang/operasional.
- Saat penjualan turun → Target OCFR tetap dijaga di kisaran 0,5–0,8.
Contoh:
- Arus kas operasi: Rp 100 juta
- Kewajiban lancar: Rp 150 juta
- OCFR = 0,67 → Bisnis masih menutupi 67% kewajiban jangka pendek. Masih aman, tetapi perlu perbaikan.
Cara Meningkatkan OCFR:
- Percepat penerimaan kas: Dorong pembayaran langsung (COD, QRIS, e-wallet); kurangi piutang atau percepat penagihan; dorong penjualan dengan cepat untuk segera mendapatkan uang cash seperti flash sale, bundling, diskon terbatas dan sebagainya.
- Kurangi kewajiban lancar: Lakukan segera negosiasi ulang pembayaran ke supplier. Minta perpanjangan tempo atau diskon pembelian dalam jumlah besar; tunda pembelian non-esensial. Segera tunda pembelian bahan baku yang tidak mendesak.
- ingkatkan efisiensi Operasional, pangkaslah biaya-biaya tetap yang tidak produktif.
2. Analisis Pola dan Tren
Menganalisis pola dan tren data membantu Anda memahami perubahan dalam bisnis dan mengambil keputusan yang tepat, terutama saat krisis.
Baca juga : Panduan Membuat Proyeksi Keuangan untuk Bisnis

Langkah-langkah:
- Kumpulkan data historis (penjualan, stok, biaya, promosi).
- Visualisasikan data menggunakan grafik di Excel, Google Sheets, atau Power BI.
- Identifikasi pola:
- Tren mingguan/bulanan/musiman.
- Lonjakan atau penurunan konsisten.
- Produk paling laku dan yang kurang laku.
- Pengaruh promosi, musim, atau hari tertentu.
- Lonjakan pengeluaran dan penyebabnya.
- Ambil tindakan:
- Fokus pada produk dengan tren naik.
- Kurangi stok produk yang tren-nya turun.
- Atur strategi promosi sesuai waktu dan segmen pelanggan.
![]()
3. Periksa Cash Conversion Cycle (CCC)
CCC mengukur berapa lama bisnis mengubah persediaan menjadi kas, dikurangi waktu pembayaran ke supplier.
Komponen CCC:
- DIO (Days Inventory Outstanding): Rata-rata 40–60 hari.
- DSO (Days Sales Outstanding): Rata-rata 20–30 hari.
- DPO (Days Payable Outstanding): Rata-rata 30–45 hari.

Dari studi terhadap perusahaan makanan dan minuman,
- DIO rata-rata: 40–60 hari. DIO (Days Inventory Outstanding): Waktu rata-rata barang disimpan sebelum dijual.
- DSO rata-rata: 20–30 hari. DSO (Days Sales Outstanding): Waktu rata-rata untuk menerima pembayaran dari pelanggan.
- DPO rata-rata: 30–45 hari. DPO (Days Payable Outstanding): Waktu rata-rata untuk membayar supplier
- Maka CCC rata-rata: sekitar 40–50 hari
CCC yang lebih pendek menunjukkan bahwa bisnis Anda cepat mengubah persediaan menjadi penjualan dan segera menerima pembayaran. Jika CCC Anda negatif, artinya Anda menerima uang dari pelanggan lebih cepat daripada Anda membayar supplier.
Bagaimana cara memperbaiki CCC
- Kurangi DIO:
- Optimalkan stok, hindari overstock.
- Gunakan sistem inventory berbasis permintaan. Ada uang ada barang.
- Kurangi DSO:
- Dorong pembayaran langsung (COD, QRIS, e-wallet).
- Berikan insentif untuk pembayaran cepat.
- Perpanjang DPO:
- Negosiasi tempo pembayaran lebih panjang dengan supplier.
- Gunakan sistem pembayaran bertahap.
4. Pantau Break-Even Point (BEP)
BEP membantu mengetahui berapa unit produk atau omzet yang harus dicapai agar bisnis tidak rugi.
- BEP Unit: Menunjukkan jumlah unit yang harus dijual.
- BEP Rupiah: Menunjukkan pendapatan minimal agar impas.
BEP dalam unit:
BEP ini sangat penting untuk mengetahui berapa jumlah unit produk yang harus Anda dan tim jual, agar usaha tidak merugi. Adapun rumusnya sebagai berikut :

Catatan :
- Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meski jumlah produksi berubah, misalnya biaya sewa kantor, gaji, Listrik.
- Harga jual per unit adalah harga jual produk Anda.
- Biaya variable per unit adalah biaya yang berubah tergantung jumlah produksi, misalnya bahan baku, kemasan, ongkos kirim.
Break-Even Point (BEP) dalam Rupiah digunakan untuk mengetahui berapa total pendapatan (penjualan) yang harus dicapai agar bisnis tidak mengalami kerugian. BEP ini dapat membantu untuk :
- Menentukan target omzet mingguan.
- Mengevaluasi apakah strategi harga dan biaya sudah efisien.
- Menyusun rencana promosi agar mencapai target penjualan minimum.
Rumus BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut :

Jadi misalnya perusahan ABC memiliki biaya Tetap Rp100.000.000. Harga jual per unit Rp 50.000, dan biaya variable per unit Rp30.000.

Ini artinya perusahaan Anda harus menjual 5.000 unit atau menghasilkan pendapatan Rp 250 juta untuk mencapai titik impas.
Nah, demikianlah tips terkait pemantauan laporan arus kas, masih banyak hal yang harus dilakukan untuk bisa membuat kondisi keuangan bagus, misal dalam hal pengelolaan neraca, investasi, pembiayaan. proyeksi keuangan bisnis dan sebagainya.
Apabila Anda masih ingin mendapatkan informasi lebih lanjut terkait bagaimana memantau laporan arus kas, silakan konsultasi di Tanya Ahli. Daftarkan diri Anda di Daya.id.
Sumber:
Berbagai sumber
Tiara Nasyidah
21 October 2025
Artikel ini sangat bermanfaat bagi pelaku UMKM karena menjelaskan pentingnya memantau arus kas agar bisnis tetap bertahan di tengah kondisi ekonomi yang sulit.
Balas
.0
Devi Damayanti
16 October 2025
Ekonomi saat ini tidak baik baik saja Kita harus pintar mengelola keuangan Terimakasih tips dan info nya
Balas
.0
JUWENAH
13 October 2025
Semoga ekonomi Indonesia semakin baik kedepannya
Balas
.0
RAMADHANI
13 October 2025
Laporan keuangan jiga harus di pantau
Balas
.0
Nur Jiya Azzahra
13 October 2025
Semoga arus kas tetap lancar
Balas
.0