Informasi Artikel

Penulis Artikel

Herly Marwanto

Menjelang akhir tahun, setiap pelaku usaha perlu berhenti sejenak untuk meninjau kinerja usahanya. Evaluasi usaha yang berdaya guna harus melakukan pendekatan komprehensif yang mencakup peninjauan kinerja masa lalu dan perencanaan strategis ke masa depan, dengan fokus pada adaptasi terhadap perubahan pasar dan teknologi. 

Evaluasi usaha itu bukan hanya untuk usaha besar, tetapi juga sangat penting bagi usaha ritel sembako berskala kecil—terutama yang baru memulai atau sudah berjalan 1–10 tahun, dengan omzet maksimal Rp1 miliar per tahun dan jumlah karyawan 1–5 orang.

 

Tujuan Evaluasi Usaha

Ada tiga alasan utama mengapa evaluasi usaha di akhir tahun tidak boleh dilewatkan:

 

1.    Mengetahui Posisi Usaha Saat Ini

Evaluasi usaha memberikan gambaran jelas tentang kondisi usaha Anda. Apakah omzet sesuai target? Apakah laba cukup untuk menutup biaya operasional? Dengan data yang akurat, Anda bisa menentukan apakah usaha berada dalam posisi sehat, stagnan, atau menurun.

 

2.    Mengidentifikasi Kekuatan dan Kelemahan Usaha Saat ini

Setiap usaha memiliki keunggulan dan tantangan. Evaluasi usaha membantu menemukan apa yang sudah berjalan baik (misalnya lokasi strategis, harga kompetitif) dan apa yang perlu diperbaiki (seperti stok menumpuk atau promosi kurang efektif).

 

3.    Menentukan Strategi Perbaikan dan Pengembangan Usaha Anda

Setelah mengetahui posisi dan masalah, Anda dapat menyusun rencana perbaikan (misalnya mengurangi biaya listrik, memperbaiki manajemen stok) dan pengembangan (seperti menambah produk baru atau memperluas promosi online).

Baca juga: Pentingnya Cek Kesehatan Usaha dan Cara Melakukannya

 

Prasyarat agar Evaluasi Usaha Berdaya Guna

Prasyarat agar evaluasi usaha untuk usaha sembako berdaya guna adalah memastikan prosesnya berbasis data bukan asumsi, relevan dengan kondisi usaha, dan menghasilkan ide/gagasan yang bisa ditindaklanjuti. 

Nah, apa poin-poin penting agar evaluasi usaha dapat menghasilkan sesuatu yang berdampak atau berdaya guna?

 

1. Data Lengkap dan Akurat

Evaluasi harus didasarkan pada catatan keuangan dan operasional yang rapi. Minimal Anda harus memiliki:

  • Catatan penjualan harian/bulanan.
  • Catatan biaya operasional (sewa, listrik, gaji, pembelian barang).
  • Catatan stok barang masuk dan keluar.

Tanpa data yang valid, hasil evaluasi akan bias dan sulit dijadikan dasar keputusan.

 

2. Fokus pada Indikator Utama

Untuk usaha ritel sembako skala kecil (usaha mikro), jangan terlalu banyak indikator. Prioritaskan saja hal-hal mendasar seperti:

  • Omzet dan tren penjualan.
  • Laba bersih dan arus kas.
  • Perputaran stok.
  • Kepuasan pelanggan.

Indikator ini cukup untuk menggambarkan kesehatan usaha.

 

3. Relevan dengan Skala Usaha

Evaluasi harus sesuai dengan kapasitas usaha. Hindari metode yang terlalu kompleks seperti analisis rasio keuangan mendalam jika omzet hanya < Rp1 miliar. Gunakan pendekatan sederhana seperti:

  • Perbandingan omzet tahun ini vs tahun lalu.
  • Margin laba (%).
  • Persentase stok barang yang mati.


 

4. Berbasis Periode Waktu yang Tepat

Gunakan data satu tahun penuh untuk melihat tren, bukan hanya satu bulan. Jika usaha baru berjalan, gunakan data minimal 6 bulan agar lebih representatif.

 

5. Menghasilkan Rencana Tindak Lanjut

Evaluasi yang tepat bukan hanya mengidentifikasi masalah, tetapi juga:

  • Menentukan 3 prioritas perbaikan.
  • Menetapkan target realistis untuk tahun depan (misal: naik omzet 10%, kurangi biaya 5%).


 

6. Melibatkan Pemilik dan Tim

Jika ada karyawan, libatkanlah mereka dalam diskusi hasil evaluasi. Ini membantu menciptakan komitmen untuk perbaikan.

 

Apa Saja yang Perlu Dievaluasi dan Bagaimana Mengukurnya?


Berikut tujuh aspek penting yang harus Anda periksa:

 

1. Penjualan dan Omzet

Apa yang diukur? Total omzet tahunan, tren bulanan, dan produk terlaris.

Cara mengukur:

  • Bandingkan omzet tahun ini dengan tahun sebelumnya.
  • Hitung persentase kenaikan atau penurunan.
  • Identifikasi 3 produk dengan penjualan tertinggi dan terendah.


 

2. Laba Bersih

Apa yang diukur? Selisih antara pendapatan dan biaya (termasuk gaji, sewa, listrik).

Cara mengukur:

  • Gunakan rumus sederhana: Pendapatan – Biaya = Laba Bersih. Pendapatan adalah seluruh pemasukan dari penjualan barang selama periode tertentu (misalnya 1 bulan atau 1 tahun). Biaya adalah semua pengeluaran yang terkait operasional, seperti pembelian barang (modal), gaji karyawan, sewa tempat, listrik, air, internet, biaya transportasi dan biaya lain-lain (misalnya kemasan, perawatan).
  • Target minimal: laba positif dengan margin sehat (5–15%).


 

3. Arus Kas

Apa yang diukur? Ketersediaan uang tunai untuk operasional.

Cara mengukur:

  • Catat pemasukan dan pengeluaran bulanan.
  • Pastikan saldo akhir tidak negatif agar usaha tetap likuid. 

Kenapa ini penting? Karena likuiditas berarti kemampuan usaha untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, seperti membayar gaji karyawan,
membeli stok barang dan membayar sewa dan listrik.

 

4. Stok Barang

Apa yang diukur? Perputaran stok dan barang yang menumpuk.

Cara mengukur:

  • Hitung stok awal, pembelian, penjualan, dan stok akhir.
  • Identifikasi barang yang jarang terjual (dead stock) agar tidak mengikat modal. Dead stock adalah barang yang sudah lama berada di rak atau gudang tetapi jarang atau tidak pernah terjual. Contohnya: produk sembako yang kurang diminati, kemasan rusak, atau barang mendekati masa kedaluwarsa. 


Barang ini mengikat modal, artinya uang yang seharusnya bisa diputar untuk membeli barang yang laku atau digunakan untuk kebutuhan lain justru tertahan dalam bentuk stok yang tidak bergerak.

Jika dibiarkan, dead stock bisa menyebabkan:

  1. Modal kerja berkurang.
  2. Risiko kerugian (barang rusak atau kedaluwarsa).
  3. Biaya penyimpanan meningkat.

Cara mengidentifikasi Dead Stock secara sederhana

  1. Cek laporan penjualan 3–6 bulan terakhir khususnya barang yang tidak terjual sama sekali atau penjualannya sangat rendah.
  2. Bandingkan stok awal dan akhir, jika jumlahnya tidak berubah signifikan, kemungkinan barang tersebut dead stock.
  3. Perhatikan masa kedaluwarsa, khususnya barang mendekati expired tapi belum terjual termasuk dead stock.

Tips menghindari modal terkunci

  1. Buat program diskon atau bundling untuk mempercepat penjualan.
  2. Kembalikan ke supplier jika memungkinkan.
  3. Kurangi pembelian barang-barang yang kurang laku di periode berikutnya.


 

5. Kinerja Karyawan

Apa yang diukur? produktivitas dan kehadiran.

Cara mengukur:

  • Catat absensi dan kontribusi terhadap penjualan. Ini penting karena usaha ritel sembako biasanya mengandalkan tim kecil (1–5 orang), sehingga setiap orang punya pengaruh besar terhadap kelancaran operasional. Jika ada sistem kasir, lihat transaksi yang dilayani oleh masing-masing karyawan. Jika manual, catat siapa yang melayani penjualan besar atau aktif menawarkan produk.
  • Berikan penilaian sederhana: baik, cukup, perlu perbaikan.


 

6. Kepuasan Pelanggan

Apa yang diukur? Tingkat kepuasan dan loyalitas.

Cara mengukur:

  • Lakukan survei singkat melalui WhatsApp atau Google Form.
  • Catat dan hitung persentase dari jumlah keluhan, repeat order, dan rekomendasi pelanggan. Mengapa tiga indikator ini penting? karena keluhan menunjukkan masalah. Repeat order menunjukkan loyalitas. Rekomendasi menunjukkan kepercayaan.


 

7. Efisiensi Biaya

Apa yang diukur? Pengeluaran yang bisa ditekan.

Cara mengukur:

  • Bandingkan biaya operasional dengan omzet.
  • Cari pengeluaran yang tidak mendukung penjualan, seperti listrik berlebih atau pembelian barang yang tidak laku.
  • Jika omzet turun, cari penyebab: harga, stok, atau promosi.
  • Jika laba tipis, cek biaya sewa, listrik, dan pembelian barang.

Evaluasi usaha di akhir tahun adalah kunci untuk memastikan usaha ritel sembako Anda tetap sehat dan berkembang. Dengan mengukur aspek keuangan, operasional, dan kepuasan pelanggan secara sederhana, Anda dapat membuat keputusan berbasis data, bukan asumsi, hasilnya tentu akan lebih berdaya guna.

Apabila Anda ingin melakukan evaluasi usaha Anda hanya dalam waktu kurang dari 5 menit, dan kemudian Anda langsung dapat mengetahui masalah-masalah usaha yang sesungguhnya terjadi serta rekomendasi untuk penyelesaian masalah tersebut, silakan buka artikel Cara Memeriksa Kesehatan Bisnis: Rekomendasi untuk UMKM.
 
Namun selain mengevaluasi kinerja masa lalu, fokus evaluasi usaha UMKM untuk 2026 perlu juga memperhatikan tren digitalisasi, keberlanjutan, dan kolaborasi
Mengapa penting?

  • Karena digitalisasi meningkatkan efisiensi, memperluas pasar, dan mempermudah analisis data. UMKM yang tidak beradaptasi akan tertinggal.
  • Karena pelanggan semakin peduli pada usaha yang ramah lingkungan. Selain itu, efisiensi biaya juga meningkat jika praktik keberlanjutan diterapkan.
  • Karena Kolaborasi membuka akses ke pasar baru, menekan biaya, dan memperkuat daya saing.

Digitalisasi bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan. Evaluasi usaha harus melihat sejauh mana usaha sudah memanfaatkan teknologi untuk:

  • Penjualan Online: Apakah sudah menggunakan marketplace, media sosial, atau aplikasi pesan untuk menjangkau pelanggan?
  • Pembayaran Digital: Apakah toko menerima QRIS, e-wallet, atau transfer bank untuk memudahkan transaksi?
  • Pencatatan Keuangan Digital: Apakah sudah menggunakan aplikasi kasir atau akuntansi sederhana agar laporan lebih rapi?

Keberlanjutan berarti menjalankan usaha dengan memperhatikan dampak jangka panjang terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. Evaluasi usaha harus mencakup:

  • Pengelolaan Limbah: Apakah toko mengurangi penggunaan plastik atau menyediakan alternatif ramah lingkungan?
  • Produk Lokal: Apakah mendukung pemasok lokal untuk mengurangi jejak karbon dan memberdayakan ekonomi sekitar?
  • Efisiensi Energi: Apakah ada upaya menghemat listrik dan air?


Kolaborasi adalah kunci untuk bertahan dan berkembang. Evaluasi usaha harus melihat:

  • Kemitraan dengan Pemasok: Apakah ada kerja sama yang menguntungkan, misalnya harga grosir lebih baik atau pengiriman lebih cepat?
  • Kolaborasi dengan UMKM Lain: Apakah ada peluang bundling produk atau promosi bersama?
  • Komunitas Digital: Apakah usaha aktif di grup UMKM atau platform daya.id untuk berbagi informasi dan peluang?

Dan bila Anda ingin mendapatkan solusi-solusi usaha lebih komprehensif, bagi yang belum daftar, segera daftar ya. Bagi yang sudah daftar dan ingin bertanya tentang evaluasi usaha dengan ahlinya, silakan klik fitur Tanya Ahli.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

0.0

0 Penilaian

Artikel Terkait

5.0
Memulai Usaha

Panduan Cara Menjadi Tour Guide Handal dan Profesional

13 Maret 2021

5.0
Memulai Usaha

6 Persiapan Jualan Online di Marketplace

30 Juli 2020

5.0
Memulai Usaha

Bagaimana Digitalisasi Bantu Percepat Pertumbuhan UMKM Modern

29 September 2024

4.8
Memulai Usaha

Apakah Berinvestasi Saham Aman?

31 Desember 2019

Berikan Pendapat Anda

2 dari 5 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS