Dirilis

28 November 2022

Penulis

Linda Budiyarti

Apa itu cancel culture? Kita coba ilustrasikan dengan contoh cerita berikut ini. 

Masyarakat saat ini dapat dengan mudah berkomentar terhadap berbagai topik. Baik itu topik ekonomi, politik, bahkan masalah skandal pribadi seseorang. Mereka bisa berkomentar di berbagai platform, termasuk media sosial.

Nah, saat skandal yang bersifat negatif tersebut larut menjadi bahan omongan masyarakat, ada potensi munculnya rasa tidak suka terhadap orang yang mempunyai skandal tersebut. Lebih jauh lagi, mereka tidak ingin melihat orang tersebut, baik di media sosial atau secara langsung. 

Nah, ilustrasi cerita tersebut dapat dikatakan salah satu contoh fenomena cancel culture. Tujuan dari cancel culture ini adalah untuk menghilangkan pengaruh seseorang, karena perkataan, perilaku, atau karya dianggap tidak sesuai dengan norma yang berlaku. 

Pernahkah Anda mengalami fenomena ini? 

 

Apa itu Cancel Culture

Secara harfiah, cancel artinya membatalkan, dan culture artinya budaya. Sehingga cancel culture adalah budaya membatalkan. Budaya seperti apa itu? 

Sederhananya, cancel culture adalah memboikot atau menghentikan dukungan, karena seseorang, kelompok, atau karya tertentu dinilai bermasalah. 

Misalnya,  eseorang melakukan sesuatu yang dianggap tidak pantas. Biasanya berakhir dengan penghentian dukungan kepada orang tersebut. Seseorang yang terkena cancel culture akan didepak dari sekitarnya, bahkan dikucilkan. Hal ini biasanya digaungkan melalui media sosial atau petisi.

Fenomena ini bisa terjadi pada siapapun. Tetapi yang paling sering kita saksikan adalah public figure

Bagi pecinta drama dari Negeri Ginseng, kemungkinan pernah mendengar kabar jika aktor atau aktris yang memiliki skandal, pelan-pelang hilang seperti ditelan bumi, tidak akan muncul di depan publik lagi. Dan netizen di negeri tersebut mendukung hal ini, agar tidak dijadikan contoh. Jika dilihat sekilas cancel culture memang ada dampak positifnya. Tapi pernahkan Anda berpikir dampak negatif dari cancel culture ini? 

Dalam fenomena cancel culture, seringkali masyarakat menjadi main hakim sendiri, untuk menilai suatu perbuatan yang dianggap skandal negatif, tanpa mencari tahu kebenarannya. Nah, tentu hal ini akan berdampak negatif, bukan? 

Agar Anda tidak termasuk orang yang melakukan cancel culture tanpa tahu kebenarannya, ada baiknya Anda pahami proses seseorang melakukan cancel culture.

Secara psikologis ada 3 proses yang terjadi dalam diri seseorang sebelum dirinya melakukan cancel culture terhadap seseorang, yaitu:

  • Sadar  akan adanya hal-hal negatif pada korban
  • Merasakan berbagai emosi negatif, misalnya sedih, kesal, dan marah yang kuat
  • Adanya perasaan harus menghukum korban akibat hal yang negatif yang telah dilakukan


 

Dampak Negatif Cancel Culture

Beberapa hal yang kurang menyenangkan dari fenomena ini adalah kadangkala adanya tindakan dan komentar sensitif tentang seksualitas, rasisme, agama dan antargolongan (SARA). Media sosial sekarang ini telah masif digunakan sehingga semua orang bisa mengalami cancel culture

Cancel culture ini pada dasarnya memang bertujuan untuk memerangi hal-hal negatif yang terjadi di masyarakat, sehingga pelaku paham akan kesalahannya dan memperbaikinya sehingga tidak mengulangi lagi. Akan tetapi, praktik cancel culture yang tidak memperhatikan etika ternyata memiliki pengaruh terhadap kesehatan mental bagi korban. Alih-alih memberikan efek jera pada pelaku, malah berdampak negatif pada kondisi mentalnya. 

Apa saja contoh dampaknya terhadap kesehatan mental seseorang?

 

1.    Munculnya rasa malu

Rasa malu ini akan muncul secara langsung dan bisa menghantui setiap saat. Hal ini karena kesalahannya diungkap secara gamblang ke ranah publik, bahkan kerap kali masalah pribadi yang tidak ada sangkut pautnya dengan kesalahannya turut diungkap netizen. Rasa malu ini bisa menimbulkan trauma pada orang yang mendapatkan cancel culture.

 

2.    Terkena cyberbullying 


Adanya kasus skandal pada seseorang kerap kali akan diserang secara verbal terus-terusan terlebih di media sosial, termasuk kata-kata kasar dan komentar-komentar sinis. Dimana ini termasuk cyberbullying dan berakibat korban mendapat tekanan sehingga mengganggu kondisi psikisnya. 

Baca juga: Cyberbullying di Sekolah Online, Apa yang Bisa Anda Lakukan?

 

3.    Dikucilkan  


Dikucilkan dari masyarakat tentulah menjadikan seseorang merasa kesepian. Kesepian ini berkaitan dengan kesehatan mental, dimana hal ini akan memicu stres, rasa cemas dan merenung berkepanjangan. Hingga peningkatan risiko bunuh diri. 

 

4.    Depresi 

Fenomena ini akan menjadikan seseorang banyak dikatakan jahat, tega dan semacamnya. Hal ini akan berpotensi menyebabkan depresi sehingga kehilangan semangat dan menurunkan perasaan. 

Baca juga: Depresi? Apa yang Harus Anda Lakukan?

Selain berdampak pada korban, nyatanya pelaku cancel culture juga akan berdampak, karena tujuan cancel culture ini tidak selamanya sesuai harapan. Pelaku akan mengalami emosi negatif, misalnya marah dan kesal yang memuncah bahkan akan frustasi. 

Dampak lainnya akan berlaku bagi pengamat cancel culture, hal ini karena terlalu seringnya melihat fenomena ini akan menyebabkan ketakutan dan khawatir bahwa orang lain juga akan menemukan hal buruk dalam dirinya, baik dikemudian hari atau di masa lalu sesuai kata netizen,  jejak digital itu akan selalu ditemukan.

Memang Anda tidak akan dapat mengontrol hidup orang lain melainkan hanya dapat mengontrol diri sendiri. Untuk itu, hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah bahaya kesehatan mental antara lain sebagai berikut:

  • Menyaring segala hal yang akan Anda posting di media sosial
  • Saat Anda emosi hindari untuk posting apapun di media sosial
  • Mengkritik sewajarnya, jangan sampai terjadi cyberbullying
  • Bercerita kepada orang yang dipercaya jika Anda merasa korban


Jika Anda merasa terdampak akan fenomena ini, jangan ragu untuk konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Anda bisa konsultasi ke psikolog secara online melalui fitur Tanya Ahli.

Dan jangan lupa Anda perlu melakukan detoks media sosial jika merasa cemas atau lelah. Sayangi diri Anda terlebih dari media sosial yang begitu rentan sekarang ini. Jangan pernah menyepelekan apapun penyerangan dalam secara mental karena akan sangat mengganggu.  

Baca juga: Media Sosial Bisa Membuat Pengguna Depresi

Anda bisa mendapatkan update tips informasi lainnya di website daya.id dengan cara yang sangat mudah dan pastinya tidak dipungut biaya apapun. Anda cukup daftar daya.id dan login setiap hari. 

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

4.8

11 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Farraas A Muhdiar, M.Psi. M.Sc

Psikolog Klinis Anak & Remaja

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS