Mendidik anak merupakan sebuah perjalanan panjang yang penuh tantangan. Salah satu aspek penting dalam pengasuhan adalah penetapan batasan dan penerapan disiplin. Sayangnya, aspek ini kerap diabaikan orang tua karena alasan tidak tega atau khawatir akan membuat anak menjadi sedih. Beberapa orangtua merasa kesulitan bersikap tegas pada anak karena ingin melindungi atau memberikan kenyamanan semata. Padahal, pengasuhan yang ideal adalah yang seimbang antara aturan/batasan dan kasih sayang.
Meskipun terdengar keras, batasan dan disiplin justru merupakan bentuk kasih sayang orang tua kepada anak. Melalui batasan, anak belajar tentang aturan dan norma sosial. Batasan dan aturan juga membantu anak untuk belajar bertanggung jawab dan mengendalikan perilakunya. Tanpa batasan yang jelas, anak tidak akan memahami bahwa perilakunya mungkin saja menyakiti atau merugikan orang lain, sehingga anak lebih rentan menjadi pelaku kekerasan atau bullying.
Tips Praktis Menerapkan Batasan dan Disiplin
Menerapkan batasan bisa dilakukan tanpa kekerasan, bentakan, atau ancaman. Batasan juga bisa mulai diterapkan sejak dini, diawali oleh penerapan rutinitas anak sehari-hari. Berikut adalah beberapa hal yang bisa diterapkan untuk mengajarkan anak tentang batasan:
- Sampaikan batasan dengan jelas, sesuai dengan tingkat pemahaman anak. Hindari memberikan perintah yang ambigu atau mengubah aturan secara tiba-tiba. Sampaikan aturan sebelum anak melakukannya, misalnya dengan menyepakati hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan di taman sebelum pergi.
- Jelaskan kepada anak mengapa suatu aturan perlu ditaati. Dengan memahami alasan di balik sebuah aturan, anak akan lebih mudah menerimanya. Misalnya: “Kamu tidak boleh memanjat kursi karena nanti bisa jatuh”.
- Jadilah contoh yang baik bagi anak. Tunjukkan perilaku yang sesuai dengan aturan yang Anda buat. Misalnya, ketika orang tua melarang anak untuk makan permen, hindari mengonsumsi permen di depan anak.
- Berikan pilihan terbatas, yakni beberapa pilihan yang sudah disetujui orang tua. Misalnya, orang tua bukan meminta anak memilih mau mandi atau tidak, tetapi mau mandi atau makan dahulu; atau mau mandi ditemani ayah atau ibu.
- Berikan pujian ketika anak berhasil mengikuti aturan. Pujian akan memotivasi anak untuk terus berbuat baik.
- Berikan konsekuensi natural dari suatu tindakan. Misalnya, jika anak melempar-lempar mainannya, maka orang tua berhak menyimpan mainan tersebut untuk sementara waktu. Hindari memberikan hukuman yang tidak relevan, misalnya mengurung anak di kamar ketika ia tidak merapikan mainan. Terapkan konsekuensi dengan konsisten, agar anak memahami bahwa setiap perilakunya memiliki dampak bagi dirinya.
- Libatkan anak dalam membuat aturan yang berlaku di rumah. Dengan demikian, anak akan merasa lebih memiliki tanggung jawab atas aturan tersebut. Semakin besar usia anak, maka orang tua perlu semakin banyak melibatkan anak dalam membuat kesepakatan-kesepakatan. Libatkan anak pula dalam menentukan konsekuensi jika aturan tersebut tidak dilakukan.
- Ketika anak melanggar aturan, tetaplah tenang dan hindari berteriak-teriak. Jelaskan kembali aturan yang dilanggar dan berikan konsekuensi yang telah disepakati. Anak akan lebih mudah mencerna dan menenangkan diri ketika orang tuanya tenang.
- Lakukan secara berulang dan konsisten. Anak membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan aturan baru. Anak mungkin juga membutuhkan pengulangan dan pengingat. Jangan berharap anak langsung mematuhi semua aturan dalam waktu singkat.
- Ketika anak melakukan kesalahan, fokus pada perilaku yang perlu diperbaiki, bukan dengan memberikan label-label yang negatif (seperti “nakal”, “malas”, “bodoh”, dan sebagainya). Pemberian label justru bisa membuat anak semakin sering menunjukkan perilaku yang tidak diharapkan.
Menerapkan batasan dan disiplin pada anak adalah bagian penting dari proses pengasuhan. Dengan pendekatan yang tepat, batasan dan disiplin dapat membantu anak tumbuh menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan bahagia. Ingatlah bahwa setiap anak berbeda, sehingga Anda perlu menyesuaikan pendekatan sesuai dengan karakteristik anak.
Tentunya, orang tua juga perlu membatasi mana hal yang perlu dilarang dan mana yang bisa dibebaskan. Terlalu banyak melarang bisa membuat anak menjadi cemas atau kesulitan untuk mengekspresikan dirinya. Pastikan hanya memberikan larangan untuk hal-hal yang beralasan, misalnya yang berbahaya atau tidak sesuai dengan nilai keluarga.
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah psikologi lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis. Selamat mencoba ya.
Sumber:
Berbagai sumber
Welis Melia
12 October 2024
Terimakasih ilmunya
Balas
.0
Waryati
12 October 2024
Terimakasi daya artikelnya sangat bagus
Balas
.0
Meliana Oktaviani
09 October 2024
Penjelasan yang menarik
Balas
.0
Tri Melisa Sari
09 October 2024
Batasan bukan berarti semua di larang, bagus artikelnya, terima kasih
Balas
.0
Dian Kusma Putri
09 October 2024
Setuju banget karena batasan diterapkan supaya anak disiplin dan taat aturan
Balas
.0