Pernah tergoda beli baju cuma karena diskonnya heboh? Rasanya sayang kalau tidak dibeli, padahal di rumah masih banyak baju yang bahkan belum sempat dipakai. Nah, fenomena ini erat banget kaitannya dengan budaya fast fashion, gaya belanja yang cepat, murah, tapi kadang tidak bertahan lama.
Untungnya, makin banyak orang mulai sadar bahwa ada alternatif lain yang lebih bijak dan peduli lingkungan atau biasa disebut dengan slow fashion. Yuk kita kenali dua pendekatan ini, dan cari tahu mana yang lebih sejalan dengan gaya hidup berkelanjutan!
Fast Fashion: Murah, Cepat, tapi Banyak Bebannya
Fast fashion adalah model produksi yang berusaha secepat mungkin meniru tren terbaru dan menyediakannya dengan harga yang sangat terjangkau. Merek-merek fast fashion biasanya merilis koleksi baru dalam hitungan minggu, bukan musim.
Tapi, di balik harganya yang murah dan gayanya yang kekinian, ada sederet konsekuensi:
- Jumlah karbon yang dihasilkan dari industri ini cukup signifikan dalam kontribusi pemanasan global.
- Proses produksi membutuhkan air dalam jumlah besar bahkan untuk satu kaus saja bisa memakan ribuan liter.
- Banyak pakaian yang akhirnya dibuang sebelum sempat dipakai karena tren cepat berubah.
![]()
Slow Fashion: Pakaian dengan Cerita dan Kepedulian
Sebaliknya, slow fashion mengedepankan nilai: membeli pakaian dengan pertimbangan yang matang. Fokusnya bukan cuma tampil keren, tapi juga memperhatikan siapa yang membuat pakaian itu, bagaimana prosesnya, dan apa dampaknya bagi bumi.
Prinsip utama dari slow fashion:
- Lebih memilih kualitas dibanding kuantitas.
- Mendukung produk lokal atau buatan tangan.
- Mengurangi pemborosan dengan merawat pakaian agar lebih awet.
Fast vs Slow Fashion: Bedanya di Mana, Sih?
Biar makin jelas, ini dia perbandingan singkatnya:
|
Aspek |
Fast Fashion |
Slow Fashion |
|
Cara Produksi |
Massal dan cepat |
Terencana dan terbatas |
|
Harga |
Terjangkau |
Lebih mahal, tapi awet |
|
Bahan |
Umumnya sintetis |
Lebih alami dan tahan lama |
|
Dampak Lingkungan |
Besar (limbah, emisi) |
Lebih kecil dan ramah lingkungan |
|
Etika Produksi |
Sering tidak transparan |
Mengutamakan kesejahteraan pekerja |
Jadi bukan cuma soal “mana yang murah”, tapi juga “mana yang bertanggung jawab”.
Cara Mulai Berpakaian Lebih Berkelanjutan
Anda tidak harus langsung berhenti beli baju di toko favorit Anda. Tapi, bisa mulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil seperti:
1. Belanja dengan Niat, Bukan Nafsu
Sebelum beli, tanyakan ke diri sendiri: “Aku bakal pakai ini lebih dari 10 kali tidak?” Kalau tidak yakin, mungkin belum perlu dibeli.
2. Lihat Komposisi Bahan
Pilih bahan yang tahan lama dan lebih ramah lingkungan, seperti katun organik atau serat alami lainnya. Hindari bahan sintetis yang sulit diurai.
3. Dukung Brand yang Bertanggung Jawab
Brand lokal atau brand kecil sering kali lebih transparan soal proses produksinya. Cek apakah mereka peduli pada pekerja dan lingkungan.
4. Rawat Pakaian Supaya Awet
Cuci dengan air dingin, keringkan secara alami, dan setrika dengan suhu sesuai jenis kain. Pakaian yang dirawat baik bisa menemani lebih lama.
5. Coba Tukar Pakaian atau Beli Bekas
Thrifting bisa jadi cara hemat dan seru buat cari baju unik. Atau, bikin acara tukar pakaian sama teman biar lemari tidak bosan, tapi tetap berkelanjutan.
Pilih Gaya yang Juga Jaga Bumi
Berpakaian bukan cuma soal tren atau tampilan luar. Lewat pilihan kita saat membeli dan merawat pakaian, kita bisa turut menjaga bumi tetap sehat dan mendukung kehidupan yang lebih berkelanjutan.
Jadi, kapan pun Anda belanja, coba pikirkan: “Apakah baju ini akan membuatku bahagia lebih lama… dan bikin bumi juga merasa lebih ringan?”
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait gaya hidup lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.
Sumber:
Berbagai sumber
Berikan Pendapat Anda