Saat anak mulai masuk sekolah, biasanya muncul satu pertanyaan: “Kapan waktu yang tepat memberi uang saku?”
Baca Juga: 5 Cara Membuat Catatan Keuangan Rumah Tangga Sederhana
Meski kelihatannya sepele, uang saku sebenarnya bisa jadi pintu masuk yang baik untuk mengenalkan anak pada dunia pengelolaan keuangan.
Baca Juga: Cara Menanamkan Disiplin Tanpa Kekerasan: Kolaborasi Membangun Karakter Anak
Dengan uang saku, anak belajar banyak hal: mengatur, memilih, menahan diri, sampai menabung untuk sesuatu yang mereka inginkan. Yuk, kita bahas beberapa tips penting agar uang saku tidak sekadar jadi bekal jajan, tapi juga jadi bekal masa depan.

1. Pahami Tujuannya Dulu, Baru Tentukan Jumlahnya
Sebelum menentukan berapa besar uang saku yang akan diberikan, cobalah duduk sejenak dan bertanya:
- Apa tujuan saya memberi uang saku?
- Untuk jajan? Untuk transportasi? Atau untuk belajar menabung?
Dengan menjawab pertanyaan ini, Anda bisa menentukan jumlah yang sesuai. Misalnya, jika uang saku hanya untuk jajan di sekolah, tentu jumlahnya akan berbeda dibanding jika anak juga harus naik ojek online atau membeli keperluan lain.
2. Beri Penjelasan yang Sederhana tapi Mengena
Sampaikan kepada anak bahwa uang saku bukan hadiah atau bonus, tapi tanggung jawab. Anak perlu tahu bahwa uang saku yang ia terima harus dikelola dengan baik bukan dihabiskan dalam sekali duduk.
Anda bisa menjelaskan dengan bahasa yang mudah mereka pahami:
“Uang ini Mama kasih bukan buat dihabiskan semua hari ini, ya. Coba kamu pikirkan, apa yang penting, apa yang bisa ditunda dulu.” Kalimat seperti ini melatih anak untuk berpikir sebelum membeli.
3. Pilih Frekuensi yang Sesuai Usia
- Anak SD: lebih cocok diberikan uang saku harian, karena mereka masih belajar mengenal konsep waktu dan pengeluaran.
- Anak SMP: bisa mulai diberikan uang saku mingguan, agar mereka belajar mengelola jumlah yang lebih besar.
- Anak SMA: bisa dilatih menerima uang saku bulanan sebagai simulasi kehidupan nyata.
Frekuensi ini membantu anak belajar menyusun prioritas dan menghindari pengeluaran impulsif.
4. Kenalkan Konsep “Harus” dan “Ingin”
Ajarkan perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Misalnya, membeli makan siang adalah kebutuhan, tapi membeli mainan setiap minggu adalah keinginan.
Kamu bisa bantu anak dengan cara sederhana:
“Coba pikirkan, ini kamu beli karena kamu perlu, atau karena kamu lagi pengen aja?”
Latihan ini mungkin sederhana, tapi akan menempel di ingatan mereka sampai dewasa.
5. Ajak Menabung dengan Tujuan yang Jelas
Menabung akan terasa lebih menyenangkan jika anak punya tujuan yang konkret. Misalnya, “Adik ingin beli komik baru? Yuk, kita tabung dulu selama 2 minggu.”
Berikan anak tempat menabung yang menarik bisa celengan transparan, toples dengan label, atau amplop khusus. Bukan sekadar menabung, anak juga belajar soal kesabaran dan konsistensi.
6. Libatkan Anak dalam Obrolan Ringan Seputar Uang
Tidak perlu serius seperti rapat keuangan. Cukup libatkan anak dalam percakapan kecil, seperti:
“Mama tadi beli sayur dan buah habis Rp30 ribu, tapi nggak beli camilan biar bisa lebih hemat.”
Atau:
“Kita nggak beli mainan dulu ya, karena lagi nabung buat liburan.”
Lewat cerita seperti ini, anak belajar bahwa orang tua juga punya pertimbangan sebelum mengeluarkan uang.
7. Biarkan Anak Belajar dari Pengalaman
Kalau anak pernah kehabisan uang di tengah minggu karena boros di awal, jangan langsung dimarahi. Gunakan kesempatan ini untuk berdiskusi:
“Kamu bisa evaluasi nggak, kenapa uangnya cepat habis?”
“Besok-besok, kamu mau atur gimana supaya cukup sampai akhir minggu?”
Belajar dari kesalahan adalah bagian penting dari proses tumbuh. Dan percayalah, pengalaman langsung seringkali jadi guru yang paling diingat anak.
8. Jadi Contoh yang Konsisten
Anak belajar dari apa yang mereka lihat. Kalau Anda cermat dalam belanja, suka menabung, dan bijak saat belanja, anak akan meniru hal yang sama.
Sebaliknya, kalau anak melihat orang tuanya suka impulsif atau tidak transparan soal uang, bisa jadi mereka juga tumbuh dengan kebiasaan serupa.
Uang saku anak bukan hanya soal nominal, tapi soal pembelajaran jangka panjang.
Melalui uang saku, anak bisa belajar tentang tanggung jawab, pengendalian diri, prioritas, dan kesabaran semuanya adalah bekal penting untuk masa depan mereka.
Kuncinya ada pada konsistensi, komunikasi, dan keterlibatan orang tua. Jadi, yuk, manfaatkan momen sederhana ini sebagai cara membentuk karakter anak jadi lebih bijak dalam mengelola uang sejak dini!
Nah, itulah hal-hal yang dapat Anda ketahui mengenai tips mengatur uang saku pada anak. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait tips mengelola keuangan lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.
Sumber:
Berbagai sumber
Berikan Pendapat Anda