Dirilis

19 Februari 2025

Penulis

Dian Savitri

Investasi adalah proses menempatkan uang ke dalam suatu aset, baik aset keuangan maupun aset riil dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa depan. Keuntungan dari investasi berasal dari kenaikan nilai modal (capital gain), mendapatkan pendapatan tetap (seperti hasil sewa, hasil dividen, pendapatan bunga dan kupon) dan investasi bisa melindungi nilai uang kita dari inflasi.

 

Risiko Investasi

Namun di samping itu, investasi juga memiliki risiko, dimana risiko selalu berbanding lurus dengan potensi imbal hasil yang diberikan. Semakin tinggi potensi imbal hasil maka semakin tinggi pula risikonya. Risiko-risiko dari investasi antara lain:

  1. Risiko pasar yaitu risiko yang disebabkan oleh fluktuasi harga sehingga bisa berakibat hilang atau berkurangnya nilai modal. Risiko ini bisa disebabkan oleh faktor ekonomi, faktor politik, dan sentimen pasar lainnya.
  2. Risiko kredit yaitu risiko gagal bayar oleh pihak yang berutang. Risiko ini muncul apabila investor berinvestasi pada instrumen investasi berbasis utang seperti obligasi (surat utang) dan P2P lending.
  3. Risiko Likuiditas yaitu risiko yang timbul karena kesulitan menjual invesdengan cepat dengan kata lain tidak ada pembeli yang siap membeli aset investasi. Contohnya investasi pada properti, tanah, barang koleksi dan saham dengan transaksi yang minimum.
  4. Risiko Force Majeure yaitu risiko yang tidak berkaitan dengan pasar atau ekonomi, seperti bencana alam, pandemi, dan perang. Apabila terjadi force majeur seperti itu, biasanya investor akan meninggalkan instrumen investasi berisiko tinggi dan mulai menyimpannya di emas sebagai safe haven atau instrumen investasi yang aman dan stabil.


 

Tujuan Investasi

Selain itu investasi juga memiliki karakteristik yakni membutuhkan jangka waktu untuk tumbuh, baik jangka pendek (< 3 tahun), jangka menengah (3 hingga 5 tahun) dan jangka panjang (> 5 tahun). Kemudian tujuan dari investasi antara lain adalah

  1. Meningkatkan aset dan kekayaan (wealth) dari keuntungan modal yang diinvestasikan.
  2. Melindungi nilai aset dari inflasi agar daya beli di masa depan tetap terjaga.
  3. Mencapai tujuan keuangan di masa depan seperti pembelian tempat tinggal, dana pendidikan anak, dan dana pensiun.
  4. Mendapatkan passive income dari investasi yang memberikan pendapatan tetap.


 

Diversifikasi Aset Berdasar Profil Risiko

Ada suatu teori investasi yang cukup terkenal yaitu jangan menaruh telur dalam satu keranjang berasal dari kutipan Miquel de Cervantes pada tahun 1605 dalam buku Don Quixote dan dikenal juga sebagai konsep diversifikasi portofolio yang dikembangkan oleh Harry Markowitz. Konsep ini menyarankan untuk tidak menaruh semua modal investasi pada satu jenis aset dan menyebarkan modal investasi ke dalam beberapa kelas aset.

Berikut adalah salah satu strategi diversifikasi aset berdasarkan profil risiko investor:

 

1.    Konservatif

Ini adalah profil risiko yang paling tidak toleran pada risiko atau bersifat defensif. Tujuan utamanya adalah mengamankan modal dengan imbal hasil yang relatif lebih kecil namun stabil.

Komposisi aset investasi yang direkomendasikan adalah:

  • Deposito dan reksadana pasar uang 50 - 70%,
  • Obligasi atau reksadana pendapatan tetap 20 - 40%,
  • Saham atau reksadana saham 0 - 10%.


 

2.    Moderat 

Ini adalah profil risiko sedang atau seimbang berdasarkan risiko dan imbal hasil. Tujuannya untuk mendapatkan imbal hasil namun dengan risiko kehilangan modal tetap terjaga. Potensi imbal hasil yang diberikan lebih tinggi dibanding dengan instrumen konservatif namun lebih rendah dibanding instrumen yang risiko tinggi.

Komposisi aset investasi yang direkomendasikan adalah:

  • Obligasi atau reksadana pendapatan tetap 30 - 50%
  • Saham atau reksadana 20 - 40%
  • Instrumen pasar uang dan deposito 20% - 40%


 

3.    Agresif

Ini adalah profil risiko yang berani mengambil risiko tinggi untuk mengejar potensi keuntungan investasi yang lebih besar. Investor yang memiliki profil risiko agresif perlu melengkapi pengetahuan dan kemampuannya dalam berinvestasi. 

Komposisi aset investasi yang direkomendasikan adalah:

  • Saham atau reksadana saham 60% - 80%
  • Obligasi atau reksadana pendapatan tetap 10 - 30%
  • Instrumen pasar uang dan deposito 0 - 20%


 

Kinerja Aset

Walaupun setiap investor memiliki karakter profil risiko berbeda, namun pada prakteknya investor tetap perlu memperhatikan kinerja aset investasinya dengan cara:

  1. Memperhatikan faktor eksternal seperti kondisi pasar, inflasi, suku bunga, dan kondisi makro ekonomi
  2. Melakukan rebalancing portofolio aset secara berkala misalnya setiap 6 atau 12 bulan sekali untuk memasukkan alokasi asetnya masih sesuai dengan tujuan investasi dan profil risikonya.


Setiap investor memiliki profil risiko yang sesuai dengan individu masing-masing. Dalam membangun portofolio aset investasi masing-masing profil risiko mempunyai komposisi kelas aset investasi yang berbeda. Evaluasi secara berkala portofolio aset investasi setidaknya dalam 6 dan 12 bulan untuk memastikan apakah investasi masih sesuai profil risiko  dan tujuan keuangan atau tidak.

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah atau informasi keuangan lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

5.0

2 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Dian Savitri

Perencana Keuangan Pribadi

3 dari 5 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS