23 Oktober 2024
Dirilis
Penulis
Andi Dala Nadhifa Asmarani
YOLO (You Only Live Once), FOMO (Fear of Missing Out), dan FOPO (Fear of People’s Opinion) bisa membuat Anda pola konsumsi dan perilaku belanja Anda tidak terkontrol, akibatnya keuangan pribadi ikut terganggu.
Bagaimana ketiga istilah tersebut mempengaruhi gaya hidup dan bisa memberikan dampak negatif terhadap keuangan pribadi Anda? Simak artikel ini yang akan membahas secara mendalam mengenai dampak tren YOLO, FOMO, dan FOPO terhadap kestabilan keuangan.
YOLO: Hidup Sekali, Tapi Keuangan Bisa Hancur Berkali-kali
Konsep YOLO mendorong seseorang untuk mengejar pengalaman tanpa banyak memikirkan konsekuensi keuangan di masa depan. Gagasan “hidup hanya sekali” sering dijadikan sebagai pembenaran untuk mengeluarkan uang secara impulsif untuk kenikmatan jangka pendek seperti liburan mewah, gadget terbaru, atau tiket konser mahal.
Jika Anda membiarkan konsep YOLO mengendalikan keputusan keuangan pribadi, Anda akan mudah terjebak dalam siklus utang karena tidak memperhatikan anggaran. Tren ini menekankan fokus pada kepuasan sesaat tanpa mempertimbangkan stabilitas dan tujuan keuangan jangka panjang.
Untuk mengatasinya, penting bagi Anda untuk membedakan antara “pengalaman berharga” dan “keinginan sementara”. Ingatlah bahwa perencanaan keuangan yang baik tetap memungkinkan kita untuk menikmati hidup, tetapi dengan batasan yang sehat dan bijaksana.
Baca Juga: Konsumtif Secara Sadar, Tips untuk Anda yang Suka Belanja Impulsif
FOMO: Takut Ketinggalan, Stabilitas Keuangan pun Ditinggalkan
FOMO merujuk kepada perasaan takut akan ketinggalan tren atau kehilangan kesempatan yang sedang populer di kalangan teman sebaya atau media sosial. Seakan-akan jika tidak mengikuti tren, maka kita kehilangan pengalaman berharga dan akan dikucilkan. FOMO berpotensi mendorong pembelanjaan impulsif, seperti membeli produk viral atau mengikuti gaya hidup tertentu supaya tidak “ketinggalan”.
Salah satu contoh yang umum dari FOMO adalah kebiasaan mengikuti flash sale, diskon besar-besaran, atau promosi online dengan durasi singkat. Tanpa memikirkan apakah barang tersebut dibutuhkan, kita bisa dengan mudah tergoda untuk membeli. Tekanan dari media sosial juga memperparah situasi, di mana banyak influencer atau teman yang memamerkan pembeliannya, seolah-olah menunjukkan bahwa hal itu adalah “keharusan”.
Jika ingin terhindar dari dampak buruk FOMO, penting untuk memiliki prioritas yang jelas dalam pengeluaran. Kita perlu belajar mengatakan “tidak” untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan keuangan dan anggaran yang kita miliki. Membuat daftar kebutuhan dan keinginan juga dapat membantu kita untuk menahan godaan belanja impulsif yang dipicu oleh FOMO.
Baca Juga: Waspada Fenomena Doom Spending yang Bisa Merugikan Keuangan Anda!
FOPO: Terlalu Memikirkan Pendapat Orang Lain, Tanpa Memikirkan Kondisi Dompet
FOPO adalah tren yang membuat orang merasa tertekan untuk melakukan sesuatu, misalnya membeli atau mengikuti gaya hidup tertentu, hanya karena khawatir dengan pendapat orang lain. Biasanya, FOPO memicu pengeluaran yang tidak perlu hanya untuk “tampil” di mata teman, keluarga, atau kerabat.
FOPO sering terlihat dalam pembelian barang mewah atau gaya hidup glamor untuk menunjukkan status, meskipun di luar kemampuan finansial. Hal tersebut bisa menjadi ancaman serius bagi kestabilan keuangan karena mendorong pengeluaran demi memenuhi ekspektasi orang lain. Padahal, pandangan orang lain tidak seharusnya menjadi alasan untuk mengabaikan kesejahteraan finansial sendiri.
Untuk melawan FOMO, kita harus mengembangkan kepercayaan diri dan belajar memisahkan antara identitas diri dan materi. Hindari pemikiran yang menghubungkan tingkat kesuksesan orang dengan hal yang bisa dilihat, seperti harta benda dan gaya hidup mewah. Tetaplah fokus pada tujuan jangka panjang dan sadari bahwa hal tersebut lebih penting daripada sekedar mengesankan orang lain dengan barang-barang mahal.
Baca Juga: Tren No Spending Challenge, Bisa Bantu Anda Berhemat?
Tren belanja yang dipicu oleh YOLO, FOMO, dan FOPO jelas memiliki dampak negatif terhadap pengaturan keuangan pribadi kita. Meskipun memberikan sensasi kepuasan sesaat, perilaku belanja yang tidak sehat bisa menyebabkan masalah finansial serius di masa depan. Untuk itu, sangat penting untuk tetap bijak dalam mengelola keuangan, membedakan antara kebutuhan dan keinginan, serta tidak terjebak dalam tekanan sosial yang menuntut gaya hidup di luar kemampuan. Kesejahteraan finansial jangka panjang itu dimulai dari pengaturan keuangan yang lebih baik.
Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan yang tepat, Anda dapat berkonsultasi langsung dengan ahli keuangan melalui website ini. Segera log in ke daya.id dan manfaatkan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.
Sumber:
Berbagai sumber
Katmi
24 October 2024
Terima kasih daya.id, saya jadi mengerti perbedaannya
Balas
.0