Dirilis

24 November 2022

Penulis

dr. Sanny Yanisyah

Gangguan pencernaan adalah kondisi yang terdiri dari beberapa gejala yang menggambarkan rasa tidak nyaman di perut bagian atas. Gangguan pencernaan  merupakan gejala yang timbul dari penyakit pada sistem pencernaan.

Sistem pencernaan manusia terdiri dari organ dalam saluran pencernaan dari mulut, kerongkongan, lambung, usus (halus dan besar), rektum, dan anus. Selain itu juga terdapat organ-organ pencernaan pelengkap yang terdiri dari kantung empedu, kelenjar air liur, hati, dan pankreas. 

Baca juga: 5 Makanan Bagi Penderita Asam Lambung

Fungsi utama dari sistem pencernaan yaitu membantu menggerakkan makanan dan cairan yang dikonsumsi dan mencernanya menjadi nutrisi yang dapat diserap. Sistem pencernaan juga memiliki fungsi untuk mengelminasi makanan yang tidak dapat dicerna oleh tubuh.

Gangguan pencernaan terjadi ketika sistem pencernaan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Gangguan pencernaan secara umum terbagi menjadi gangguan pencernaan organik dan fungsional. Gangguan pencernaan organik timbul akibat adanya kelainan struktural pada sistem pencernaan sehingga tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Sedangkan gangguan pencernaan fungsional timbul akibat kegagalan dari sistem pencernaan menjalankan fungsinya namun secara struktural masih normal.

Gejala gangguan pencernaan berbeda-beda tergantung dari penyakit yang diderita. Berikut adalah beberapa jenis gangguan pencernaan.

 

GERD

Gastroesophageal reflux disease atau yang disingkat GERD merupakan salah satu gangguan pencernaan yang terjadi akibat naiknya asam lambung menuju kerongkongan. Kondisi ini disebabkan akibat gangguan fungsi dari sfingter atau katup bagian bawah kerongkongan. Normalnya katup ini otomatis akan menutup sesaat setelah makanan masuk ke dalam lambung. 

Namun pada berbeda pada kondisi GERD dimana katup tersebut melemah sehingga tidak dapat menutup dengan sempurna, yang menyebabkan asam lambung naik ke kerongkongan. Berbagai faktor resiko yang dapat menyebabkan GERD seperti orang-orang dengan berat badan berlebih, ibu hamil, faktor kebiasaan yang tidak sehat seperti merokok, minum alkohol atau yang mengandung tinggi kafein, konsumsi obat-obatan yang memicu peningkatan asam lambung, dan kondisi psikologis seperti stres.

Gejala yang sering timbuk pada penderita GERD antara lain.

  1. Rasa seperti terbakar di dada terutama setelah makan
  2. Makanan naik ke atas kerongkongan dan terasa asam
  3. Sulit menelan makanan (disfagia) atau rasa mengganjal pada tenggorokan


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menetapkan diagnosis penyakit GERD yaitu dengan tindakan esofagogastroduodenoskopi (EGD).

 

Gastritis

Gastritis adalah peradangan pada dinding mukosa lambung. Kondisi ini terjadi akibat timbulnya luka di bagian dinding lambung. Salah satu pencetusnya yaitu disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobater pylori. Selain itu, gastritis juga dapat timbul akibat berbagai faktor lain, seperti pola makan yang tidak teratur, konsumsi makanan yang terlalu pedas dan asam, dan faktor psikologis seperti stres. Gejala umum gastritis antara lain nyeri di perut bagian atas (epigastrium), perut terasa begah setelah makan, dan rasa mual yang dapat disertai muntah

 

Ulkus peptikum

Ulkus peptikum atau yang lebih dikenal dengan tukak lambung adalah luka terbuka yang timbul pada lapisan lambung. Selain itu juga luka terbuka ini juga dapat terjadi pada usus 12 jari (ulkus duodenum). Tukak lambung dapat terjadi akibat infeksi bakteri Helicobacter pylori atau penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) secara berlebihan atau dalam jangka waktu lama.

Gejala yang biasa dikeluhkan penderita tukak lambung meliputi rasa kembung, mual muntah, nafsu makan menurun, penurunan berat badan, dan feses berwarna gelap. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mengetahui diagnosis tukak lambung yaitu dengan pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi (EGD).

 

Irritable Bowel Syndrome (IBS)

IBS merupakan kumpulan dari berbagai gejala gangguan pencernaan, seperti sakit perut, kembung diare, sembelit, terdapat lendir pada feses, dan perubahan buang air besar yang setidaknya terjadi tiga kali perbulan yang dialami selama tiga bulan berturut-turut.  Penyakit ini bersifat idiopatik, atau belum diketahui dengan pasti faktor penyebab terjadinya penyakit.  

Beberapa penelitan menghubungkan penyakit ini dengan beberapa faktor yang mungkin dapat mencetuskan timbulnya penyakit, seperti infeksi bakteri di saluran pencernaan, perubahan kondisi flora normal pada usus, dan perubahan kadar hormon dalam tubuh. Selain itu, konsumsi makanan tertentu diduga berpengaruh terhadap terjadinya IBS, yaitu konsumsi makanan yang tinggi kadar asam, lemak, gula, atau karbohidrat. Kondisi kesehatan mental seperti stres, depresi, dan gangguan kecemasan juga juga berpengaruh terhadap kondisi penyakit ini.
Konstipasi

Seseorang dikatakan mengalami konstipasi atau sembelit dimana terjadi kondisi sulit atau jarang buang air besar dengan frekuensi kurang dari 3 kali dalam seminggu. Konstipasi dapat disebabkan karena kurangnya konsumsi makanan atau minuman yang tinggi serat, mobilitas yang kurang, dan pengaruh obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi usus. Ciri - ciri gejala konstipasi yang dirasakan antara lain :

  1. Mengedan saat buang air besar
  2. Sensasi tersumbat di bagian rektum sehingga feses sulit dikeluarkan
  3. Tekstur feses keras
  4. Rasa tidak tuntas setelah buang air besar


 

Diare

Seseorang dikatakan mengalami diare apabila terjadi perubahan konsistensi feses menjadi cair dan peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari. Penyebab utama terjadinya diare yaitu akibat infeksi kuman seperti rotavirus atau bakteri, intoleransi laktosa, perubahan pola makan, dan konsumsi obat-obatan yang dapat merangsang usus.
Pada umumnya diare dapat diatasi sendiri dengan banyak minum air putih atau oralit untuk mengganti cairan dan elektroit yang hilang, dan mengatur pola makan yang tidak merangsang saluran cerna. Namun apabila diare terus-terusan terjadi, maka perlu mendapatkan penanganan yang lebih intensif untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat membahayakan nyawa penderitanya.

 

Diagnosis

Dokter pada awalnya akan melakukan anamesis secara terperinci untuk mendapatkan gambaran dari gangguan pencernaan yang diderita. Setelah melakukan anamenis, dokter lalu akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan pada kasus gangguan pencernaan seperti tes darah, kultur tinja, endoskpi pada saluran cerna atas maupun bawah, dan pencitraan radiologi yang terdiri atas Foto abdomen dengan enema, CT scan, dan MRI

Pengobatan

Pengobatan yang diberikan untuk mengatasi gangguan pencernaan tergantung dari penyebabnya masing-masing. Penggunaan obat-obatan dari dokter yang sesuai biasanya dapat membantu mempercepat proses penyembuhan. Selain itu dengan perubahan gaya hidup sehat terkadang juga dapat meringankan bahkan mengatasi gejala yang diderita. 

Perubahan gaya hidup sehat yang dimaksud seperti mengkonsumsi makanan dan minuman yang kaya akan serat dan nutrisi, berhenti merokok, dan menghindari stres. Namun, terkadang tindakan preventif dan pemberian medikamentosa tidak cukup untuk mengatasi penyakit pada gangguan pencernaan, dan dibutuhkan tindakan pembedahan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait informasi penyakit lainnya atau ingin berkonsultasi mengenai masalah kesehatan lainnya? Segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk berkonsultasi dan mendapatkan jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

4.8

6 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Mohammad Ludfi

24 November 2022

Bagus artikelnya

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Alvin Hartanto

Ahli Gizi

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS