Dirilis

03 April 2022

Penulis

Dini Fitriani Nugraha

Menurut sebagian orang, prank merupakan sebuah lelucon atau tindakan iseng untuk bersenang-senang saja. Menurut Anda?

 

Apa Itu Prank?

Prank adalah peristiwa atau tindakan menggelikan yang dilakukan untuk menghibur atau mengolok-olok korban, yang sebenarnya korban tidak berharap menjadi subjek ejekan atau situasi lucu. Ada juga yang menyebut prank sebagai lelucon.

Berdasarkan perspektif sosial budaya, prank masuk ke dalam kategori permainan, dimana inti dari permainan ini mencoba merusak ikatan antara fantasi dan kenyataan, tidak serius, dibuat-buat, dan melibatkan kejutan yang sangat besar. 

Contoh umum prank,  antara lain lelucon kekanak-kanakan, seperti menempatkan gula dalam mangkuk garam, menggantung seember air di atas pintu, memindahkan kursi dari posisi sebelumnya untuk membuat teman jatuh saat mencoba duduk di atasnya, menggunakan beberapa tali seperti ular untuk menciptakan kesan atau gambar ular untuk menghipnotis teman. 

Ada juga lelucon kantor, seperti membungkus meja kantor dengan stretch foil, sehingga rekan kerja yang kembali dari liburan mengira mereka dipecat. 

Tujuan utama dari tindakan ini adalah untuk menghibur, menggoda, mengejek korban, dan kemudian menghibur penonton yang menyaksikan adegan tersebut.

 

Prank Sering Merugikan Korban

Berdasarkan pengertian di atas, semestinya prank bersifat menghibur semua orang, mulai dari si pembuat prank, penonton, hingga korban. Namun sebagian besar korban tidak merasakan hal yang sama. Para korban merasa terintimidasi dan dilecehkan.

Tindakan prank yang diterima korban lebih serius dari yang diharapkan dan mengakibatkan hasil yang sangat memalukan atau membahayakan korban. Prank bisa sangat berbahaya dan akhirnya menghancurkan kehidupan korban, seperti dikutip dari Word of Redmond yang menyesalkan bahwa prank yang terinspirasi dari YouTube telah menghancurkan kehidupan putrinya. 

Cindy menderita trauma akustik yang disebabkan oleh tiupan klakson udara yang sangat keras langsung ke telinganya sebagai lelucon untuk membuatnya panik atau membuat dia melompat ketakutan. Namun, prank tersebut menyebabkan Cindy kehilangan indra pendengaran dan menempatkan dia dalam tekanan fisik, psikologis serta emosional yang serius. 

Para psikolog telah mempelajari prank selama bertahun-tahun, seringkali dalam konteks pelecehan, intimidasi, dan segala macam pengucilan dan prasangka jahat. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pengalaman ditipu dapat membangkitkan refleksi diri dengan cara yang sangat sedikit yang bisa dilakukan oleh pengalaman lain, prank adalah humor tetapi beberapa humor bisa berbahaya bagi korbannya tergantung pada sifat leluconnya dan korban. Selain itu, selera humor seseorang tidak hanya subjektif, tetapi dapat sangat bervariasi pada gender, etnis, status ekonomi dan kebangsaan. 

 

Dampak Buruk dari Prank

Prank yang berlebihan dan tidak dapat diterima oleh korban, bisa memberikan beberapa dampak buruk. Yuk simak ulasan berikut untuk mengetahui dampak negatif yang dialami oleh para korban prank!

 

1.    Memicu stres


Prank yang terlalu berlebihan dapat menimbulkan perasaan marah, frustasi, dan sedih. Terlebih jika yang melakukan prank orang yang lebih tua atau lebih berkuasa, sehingga kita tidak dapat mengutarakan apa yang dirasakan. Semua perasaan negatif tersebut dapat memicu stres.

Baca Juga: 5 Cara Atasi Stres 

 

2.    Merasa tidak berharga

Saat semua orang menertawakan dan mempermalukan kita serta tidak ada satupun yang membela. Pengalaman buruk dan perasaan dipermalukan tersebut dapat membuat kita merasa tidak berharga. 

 

3.    Menimbulkan Trust Issue

Prank yang berbentuk kebohongan dan dilakukan secara berulang akan menimbulkan trust issue atau rasa tidak percaya kepada orang lain karena merasa dikhianati dan membuat kecewa.

 

4.    Merasa tidak aman

Perasaan trust issue yang diciptakan dapat berubah ke perasaan tidak aman karena tidak ada satu orang pun yang dapat dipercaya.

Menurut Gracia Ivonika, M.Psi., seorang Psikolog Personal Growth Clinic di Jakarta Barat, anak yang dijahili terus-menerus oleh orang tuanya dapat mengembangkan perasaan tidak aman khususnya pada usia early childhood (6-12 tahun). Anak yang sering di-prank dalam rentan usia tersebut dapat terhambat tumbuh kembangnya.

 

5.    Mudah merasa cemas, takut, dan trauma


Berdasarkan pengalaman Cindy yang sudah diceritakan diatas, prank yang berlebihan dan membahayakan dapat membuat korban trauma karena hidupnya sangat berbeda sebelum terkena prank. Trauma dapat ditimbulkan dari perasaan cemas dan takut yang berlebihan.

Baca Juga: 4 Cara Menghilangkan Trauma yang Mudah dan Efektif
 
 

6.    Merasa rendah diri (inferioritas)

Perasaan rendah diri merupakan dampak dari perasaan tidak berharga. Pengalaman ditertawakan dan dipermalukan oleh orang lain, membuat kita kehilangan percaya diri.

 

7.    Menjadi perundung atau pembully

Jika korban tidak dapat melampiaskan amarah kepada si pembuat prank, maka korban akan mengarahkan kemarahannya atau rasa kesalnya kepada orang lain. 

 

Prank Boleh Dilakukan, Bila

Menurut Justin Gunnell, seorang pengacara firma hukum Sher Tremonte di New York City, prank dapat dilakukan, apabila:

  • Tidak menghancurkan atau merusak milik siapa pun.
  • Tidak memilih siapa pun atau mempermalukan siapa pun di depan umum.
  • Tidak membawa risiko bahaya atau cedera.
  • Tidak mengejek atau mengolok-olok etnis, ras, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, status pengasuh atau kecacatan siapa pun, usia, atau status dilindungi lainnya.


Jadi, jika Anda ingin untuk melakukan prank dalam waktu dekat ini, coba Anda pikirkan terlebih dahulu dampak yang akan ditimbulkan. Apakah Anda akan senang jika mendapat perlakuan yang sama seperti yang didapatkan oleh korban? Jika tidak, maka tidak usah dilakukan. 

Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai bahaya prank atau masalah lainnya. Segera log in ke daya.id dan manfaatkan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

5.0

3 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Farraas A Muhdiar, M.Psi. M.Sc

Psikolog Klinis Anak & Remaja

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS