28 Juni 2024
Dirilis
Penulis
Muthmainah Mufidah, M.Psi., Psikolog (Tim Arsanara Development Partner)
Generasi Z, atau yang sering disebut Gen Z, merupakan kelompok demografi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Mereka tumbuh di era digital dengan akses luas terhadap informasi dan teknologi. Meskipun kemajuan teknologi membawa banyak keuntungan, hal ini juga memunculkan tantangan baru, terutama dalam hal kesehatan mental.
Beberapa berita terkait tingkah laku Generasi Z saat ini juga banyak yang dianggap mengkhawatirkan, seperti kecanduan game online, depresi akibat HP disita orang tua, bunuh diri di usia remaja, atau pun nekat berperilaku ekstrim lainnya. Beberapa studi dan data telah menunjukkan bahwa Generasi Z lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Faktor Penyebab Gen Z Rentan Masalah Kesehatan Mental
Beberapa faktor yang berkontribusi pada peningkatan kerentanan ini meliputi:
1. Pengaruh Media Sosial
Tekanan untuk tampil sempurna, media sosial sering kali menampilkan versi ideal dari kehidupan seseorang, menciptakan tekanan untuk mencapai standar kecantikan, kesuksesan, dan gaya hidup yang tidak realistis. Media sosial juga mendorong semakin tingginya komparasi sosial, membandingkan diri sendiri dengan orang lain dapat menurunkan rasa percaya diri dan meningkatkan perasaan tidak puas dengan diri sendiri. Selain itu, adanya potensi kekerasan dan pelecehan di dunia maya juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, menyebabkan kecemasan, depresi, dan rasa rendah diri.
2. Tekanan Akademik dan Karier
Di era saat ini, kompetisi di akademik maupun karier menjadi semakin ketat. Individu tidak lagi hanya dituntut mengenyam pendidikan atau mendapatkan pekerjaan, tapi dituntut mendapatkan pendidikan berkualitas tinggi dan pekerjaan di tempat bergengsi. Persaingan untuk masuk ke universitas ternama dan mendapatkan pekerjaan yang baik, menciptakan tekanan yang signifikan bagi Gen Z. Begitu juga dengan keberadaan ekspektasi dari orang tua, guru, dan diri sendiri dapat menyebabkan stres dan kecemasan berlebih.
3. Kondisi Ekonomi dan Sosial
Krisis ekonomi global, ketidakpastian pekerjaan, dan meningkatnya biaya hidup menambah beban mental bagi Gen Z. Kondisi pasca pandemi pun memberikan dampak perubahan tersendiri pada situasi masyarakat saat ini.
4. Isolasi Sosial
Minimnya interaksi tatap muka, dimana era saat ini lebih banyak mendorong interaksi secara virtual, berpengaruh pada potensi kesepian dan gejala depresi pada generasi Z. Hubungan atau koneksi yang saat ini terbangun antar sesama pun jadi lebih banyak superfisial di media sosial dibandingkan dengan hubungan tatap muka yang lebih dalam dan bermakna.
5. Paparan Terhadap Berita dan Informasi
Kemudahan akses terhadap berita mendorong adanya kemungkinan paparan lebih intens terkait berita negatif seperti kekerasan, perubahan iklim, dan ketidakadilan sosial, hal-hal ini dapat menambah perasaan cemas dan tidak berdaya. Overload informasi juga dapat membuat merasa kewalahan dan tidak mampu mengolah semua informasi dengan efektif.
6. Kesadaran dan Stigma
Selain memang adanya beberapa tekanan tambahan hidup di era saat ini bagi generasi Z, era saat ini juga mendorong adanya peningkatan kesedaran kesehatan mental yang lebih tinggi sehingga membuat Gen Z lebih terbuka untuk membicarakan dan mencari bantuan untuk masalah mereka. Penurunan stigma seputar kesehatan mental juga semakin mendorong lebih banyak orang untuk mengakui dan menangani masalah kesehatan mental. Jadi mungkin saja bukan dahulu minim masalah kesehatan mental, tetapi baru generasi sekarang ini yang lebih berani untuk menyadari dan mengungkapkan kondisi pada profesional.
Tips Menjaga Kesehatan Mental Gen Z
Meski demikian, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan Gen Z untuk tetap menjaga kesehatan mentalnya. Berikut ini beberapa tips yang dapat dipertimbangkan:
1. Batasi Penggunaan Media Sosial
Tentukan batas waktu harian untuk penggunaan media sosial dan patuhi batasan tersebut untuk menghindari paparan berlebihan. Unfollow atau mute akun negatif, kurangi interaksi dengan akun yang memberikan dampak negatif pada pikiran dan perasaan kita, ikuti akun yang memberikan inspirasi dan dukungan positif.
2. Membangun Dukungan Sosial
Buat koneksi tatap muka, luangkan waktu untuk berinteraksi langsung dengan teman dan keluarga. Aktivitas tatap muka dapat meningkatkan perasaan keterhubungan dan dukungan. Temukan kelompok atau klub dengan minat yang sama untuk membangun jaringan sosial yang kuat dan saling mendukung.
3. Atur Pola Hidup Sehat
Olahraga teratur dan aktivitas fisik dapat meningkatkan mood dan mengurangi stres. Temukan jenis olahraga yang dinikmati, seperti berlari, bersepeda, atau yoga. Pastikan mendapatkan tidur yang cukup setiap malam, karena tidur yang baik sangat penting untuk kesehatan mental. Konsumsi makanan yang sehat dan seimbang untuk menjaga energi dan mood.
4. Kelola Stres dan Kembangkan Keterampilan Koping
Pelajari teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau mindfulness untuk membantu menenangkan pikiran dan tubuh. Pelajari cara-cara efektif untuk mengatasi stres, seperti menulis jurnal, berbicara dengan teman, atau terlibat dalam hobi yang menyenangkan. Identifikasi aktivitas yang Anda nikmati dan lakukan secara rutin.
5. Jaga Keseimbangan Hidup
Berikan diri waktu untuk beristirahat dan bersantai sejenak dalam setiap hari. Hindari kelebihan beban dengan tugas-tugas yang tidak perlu, mengatur prioritas dan waktu bekerja merupakan hal penting. Pastikan memiliki keseimbangan yang sehat antara tanggung jawab peran dan waktu pribadi.
6. Tetapkan Tujuan yang Realistis
Buat tujuan yang jelas dan dapat dicapai dalam jangka pendek maupun jangka panjang untuk menghindari kewalahan. Fokus pada proses, bukan hasil, penting untuk menikmati perjalanan mencapai tujuan dan hargai setiap pencapaian kecil di sepanjang jalan.
7. Menghadapi Ketidakpastian dengan Bijak
Berlatih mindfulness dapat membantu Anda tetap fokus pada saat ini dan mengurangi kekhawatiran tentang masa depan. Kembangkan sikap fleksibel dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan ketidakpastian yang mungkin terjadi.
8. Cari Bantuan Profesional
Jika merasa kewalahan atau mengalami masalah kesehatan mental yang serius, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau konselor. Gunakan layanan konseling yang tersedia di sekolah, universitas, kantor, atau melalui aplikasi kesehatan mental yang terpercaya.
Dengan menerapkan tips-tips ini, Generasi Z dapat mengambil langkah proaktif untuk menjaga kesehatan mental di tengah tantangan dan tekanan hidup modern. Dukungan dari keluarga, teman, dan profesional kesehatan mental juga sangat penting dalam perjalanan ini. Selamat mencoba!
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah psikologi lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.
Sumber:
Berbagai sumber
Berikan Komentar
Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Katmi
19 July 2024
Terima kasih atas wawasannya
Balas
.0
Anton Saeryana
17 July 2024
Artikel yang sangat keren
Balas
.0
Tori Ibnu Sanjaya
29 June 2024
sip
Balas
.0