Dirilis

08 Juni 2020

Penulis

Arifa Amal

Pandemi selama 4 bulan lebih tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan fisik tapi juga kesehatan mental. Karena tidak bisa dipungkiri, kita adalah makhluk sosial. Sementara kita sudah dibebani rasa khawatir akan COVID-19, kita juga diwajibkan untuk tetap berada di rumah, tidak bisa jalan-jalan seperti biasanya, tidak bisa berkumpul bersama teman dan keluarga, bahkan bekerja dan belajar pun semuanya dilakukan dari rumah. Apabila kita tidak memiliki mekanisme menghadapi stres yang baik, kesehatan mental bisa terganggu.

Khusus bagi mereka yang memang sudah didiagnosis mental disorder, pandemi ini dapat membuat situasi terasa menjadi lebih sulit.

Lalu, bagaimana cara menjaga kesehatan mental di tengah pandemi ini? Berikut ini beberapa tips praktis yang dapat Anda terapkan untuk menjaga kesehatan mental.

1. Terapkan gaya hidup sehat


 

Mens sana in corpore sano. Pernah mendengar ungkapan tersebut? Ya, ungkapan tersebut berasal dari bahasa Latin yang artinya di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Apa maksudnya? Bahwa untuk memiliki mental atau jiwa yang sehat, pertama yang harus diperhatikan adalah kesehatan fisik atau tubuh.

 

Kesehatan fisik dapat Anda jaga dengan menerapkan kebiasaan hidup sehat, yakni mengonsumsi makanan dengan prinsip gizi seimbang, memenuhi kebutuhan cairan minimal 2 liter air per hari, istirahat yang cukup, serta aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu.

 

2. Berkomunikasi dengan keluarga dan teman

 

 

Di era teknologi yang canggih ini, jarak bukanlah menjadi penghalang seseorang untuk berkomunikasi. Jika di saat pandemi COVID-19 ini Anda tidak bisa berkumpul atau hangout dengan teman dan kerabat, itu bukan berarti Anda tidak bisa bertukar kabar dengan mereka. Anda dapat meraih handphone dan melakukan video call sebagai pengganti tidak bisa bertemu langsung. Tentu saja memang rasanya tidak akan sama. Namun, merupakan anugerah tersendiri dapat bersilaturrahmi di tengah pandemi ini.

 

Dengan keluarga di rumah, Anda juga perlu membangun komunikasi. Jangan sampai terlalu sibuk dengan komunikasi dengan orang di luar rumah, sehingga komunikasi dengan yang tersayang di rumah menjadi terabaikan.

Buatlah komitmen pada diri Anda sendiri untuk meletakkan gadget Anda pada waktu tertentu. Gunakan waktu tersebut bercengkrama dengan orangtua, adik, kakak, dan anggota keluarga lain yang ada di rumah. Angkat topik yang menyenangkan dan dapat membuat Anda dan keluarga tertawa lepas. Anda akan merasa lebih baik dan stres Anda akan jauh lebih berkurang. Menyenangkan, bukan?

 

3. Batasi mengonsumsi informasi atau berita dari sumber kurang tepercaya

 

 

Salah satu pemicu yang mudah membuat stres adalah informasi yang Anda terima, khususnya di tengah pandemi ini. Tidak ada salahnya mengikuti perkembangan berita untuk mengetahui informasi terkini. Namun, jika terus-terusan mengonsumsi berita yang mengabarkan kabar buruk dan mengkhawatirkan, Anda perlu menyadari efeknya pada kesehatan mental Anda.

 

Untuk itu, cukup ikuti perkembangan informasi seperlunya. Misal satu kali sehari. Anda juga perlu menyeleksi berita yang Anda terima. Banyak oknum yang memanfaatkan situasi ini untuk menyebarkan hoaks-hoaks yang tidak menambah manfaat, bahkan menambah ketakutan pada orang yang membacanya. Informasi yang resmi dan terpercaya dapat Anda peroleh di website resmi pemerintah seperti Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan COVID-19, Kementerian Kesehatan RI, dan World Health Organization.

 

4. Lakukan kegiatan yang tidak melibatkan gadget

 

 



Di tengah pandemi ini, waktu luang yang digunakan untuk ber­-gadget ria banyak tersedia. Apalagi jika sedang bosan, biasanya hal yang pertama diraih tangan adalah handphone. Meskipun banyak hal bermanfaat yang bisa Anda lakukan dengan gadget, namun menghabiskan waktu terlalu lama dengan gadget juga memiliki dampak pada kesehatan mental, lho.

 

Penelitian yang dilakukan oleh Twenge dan Campbell 2018 menemukan bahwa anak-anak dan remaja yang menghabiskan waktu lebih banyak dengan gadget memiliki kesehatan mental yang lebih rendah dari mereka yang durasi ber­main gadget lebih rendah. Anak-anak tersebut menunjukkan kemampuan mengendalikan diri yang rendah, sulit bersosialisasi, tidak mampu mengerjakan tugas, hingga rasa ingin tahu yang rendah. Pada orang dewasa, efeknya pun tidak jauh berbeda. Menurut Pew Research, orang dewasa yang memiliki ketergantungan gadget memiliki risiko kerusakan otak bagian depan sehingga menghambat kemampuan berpikir dengan baik.

 

Anda dapat membatasi waktu screen-time Anda dan menggunakan waktu tersebut untuk melakukan hobi atau hal menyenangkan lain seperti memasak, mencoba resep baru, membaca buku, menulis, hingga berkebun. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat membuat Anda bergerak sehingga tidak melulu stress dan menatap layar gadget.

 

5. Fokus pada apa yang bisa Anda kendalikan

 

 

Situasi yang tidak menentu seperti pandemi ini perlu disikapi dengan tenang dan bijak. Perlu disadari bahwa tidak semua hal dapat dikendalikan. Dari sekian banyak hal yang dapat menghinggapi pikiran Anda, cobalah fokuskan diri untuk melakukan hal-hal yang bisa Anda lakukan dan kendalikan, seperti menjaga kesehatan Anda, melakukan usaha semampu Anda. Sadari bahwa ketika Anda fokus pada hal yang tidak bisa Anda kendalikan, Anda hanya membuang energi yang sebenarnya dapat digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat.

 

Untuk membantu fokus, Anda dapat melakukan meditasi, seperti beribadah, berdoa, atau praktik meditasi lainnya yang Anda ketahui. Ketika meditasi, Anda dapat memusatkan pikiran Anda pada hari ini dan saat ini. Hal ini dapat membantu Anda mengesampingkan kekhawatiran Anda di masa depan dan fokus pada apa yang bisa dilakukan. Dengan begitu, Anda dapat mendapatkan ketenangan dan kepercayaan diri kembali untuk menjalani hari.

 

Demikian tips yang dapat membantu Anda untuk tetap menjaga kesehatan mental selama pandemi. Semoga dapat bermanfaat. Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih jauh terkait topik ini atau hal-hal yang seputar psikologi dan kejiwaan, Anda dapat bertanya pada ahli kami di fitur Tanya Ahli.

Sumber:

Diolah dari berbagai sumber

Penilaian :

4.8

4 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Farraas A Muhdiar, M.Psi. M.Sc

Psikolog Klinis Anak & Remaja

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS