Dirilis

29 Desember 2024

Penulis

Neysa Nadia Lestari, M.Psi., Psikolog (Tim Arsanara Development Partner)

Sebagai orang tua, cara kita mengelola emosi akan sangat mempengaruhi kualitas hubungan kita dengan anak, dan mempengaruhi bagaimana anak belajar cara mengelola emosinya sendiri. Coba gunakan strategi STOP untuk mengelola emosi dengan lebih baik.

 

Orang Tua juga Perlu Memahami Emosi dan Cara Kerja Otak

Menjadi orang tua adalah salah satu peran paling kompleks dan menantang dalam hidup. Di samping kebahagiaan yang tak terhingga, menjadi orang tua juga seringkali diiringi dengan berbagai emosi yang rumit. Mulai dari kecemasan menghadapi tantangan pengasuhan, rasa lelah harus terus merespon dan memenuhi kebutuhan anak, hingga yang juga tak terelakkan adalah rasa marah ketika perilaku-perilaku anak tidak sesuai dengan harapan. Semua emosi ini adalah bagian alami dari perjalanan menjadi orang tua. 

Emosi adalah respons alami tubuh terhadap berbagai situasi dan peristiwa. Kita mungkin mengenal emosi sebagai suatu perasaan, misalnya senang, sedih, marah, takut, atau terkejut. Pada dasarnya, emosi memiliki fungsi untuk pertahanan diri. Dengan merasakan emosi tertentu, kita akan tergerak untuk melakukan tindakan yang dibutuhkan pada saat itu. Misalnya, ketika tas kita diambil oleh copet, emosi kaget akan mendorong kita untuk berteriak dan meminta bantuan. Namun, emosi memiliki sifat reaktif. Emosi berpusat di sistem limbik, yang merupakan bagian paling primitif dari otak manusia. 

Saat merasakan emosi yang intens, kita cenderung bertindak cepat tanpa berpikir terlebih dahulu, sehingga sering kali tindakan kita menjadi tidak rasional. Oleh karena itu, emosi perlu dikelola. Setelah emosi kita terkendali, barulah bagian otak yang lebih canggih atau ‘otak berpikir’ akan bisa bekerja. Bagian otak inilah yang membantu kita untuk berpikir secara rasional, mengambil keputusan, menyelesaikan masalah, berkonsentrasi, hingga berempati. Lalu, bagaimana cara mengelola emosi? Lebih spesifik, bagaimana cara kita mengelola emosi sebagai orang tua?

 

Strategi Mengelola Emosi: STOP

Ada strategi yang bisa kita lakukan sebagai orang tua, dalam mengelola emosi. Strategi ini kita singkat STOP.

 

S - Sadari dan Terima

Saat merasakan emosi negatif mulai muncul, langkah pertama adalah menyadarinya. Jangan berusaha menekan atau mengabaikannya. Terima bahwa emosi tersebut sedang ada dalam diri Anda. Dengan mengakui keberadaan emosi, Anda memberikan ruang bagi diri sendiri untuk menghadapinya. Setelah mencoba menerima, Anda akan menyadari bahwa emosi berlalu dengan sendirinya. Sebaliknya, semakin ditolak atau diabaikan, emosi akan terus datang dan mengganggu.

 

T - Tenangkan Diri

Setelah menyadari emosi, langkah selanjutnya adalah menenangkan diri. Ada banyak teknik yang bisa Anda coba, seperti:

  • Teknik pernapasan 4-4-4: Hirup napas dalam-dalam selama 4 hitungan, tahan selama 4 hitungan, lalu hembuskan perlahan selama 4 hitungan.
  • Grounding 5-4-3-2-1: Sebutkan 5 hal yang Anda lihat, 4 hal yang dapat Anda sentuh, 3 hal yang Anda dengar, 2 hal yang Anda cium, dan 1 hal yang dapat Anda cicipi.
  • Happy place: Bayangkan diri Anda berada di tempat yang membuat Anda merasa tenang dan bahagia.
  • Dan berbagai teknik lain seperi butterfly hug, minum air dingin, berwudhu, dan lainnya.


 

O - Olah Pikiran

Setelah berhasil menenangkan diri, saatnya untuk mengolah pikiran. Perlu diketahui bahwa pikiran adalah salah satu faktor utama yang memicu emosi. Karena itu, menyadari dan mengolah pikiran sangat penting dalam menentukan respon yang tepat dari emosi yang kita rasakan. Berikut beberapa hal yang dapat diterapkan saat berusaha mengolah pikiran.

  • Fokus pada fakta. Sadari bahwa emosi Anda mungkin hadir akibat pikiran-pikiran yang sifatnya asumsi. Coba kembalikan pada fakta yang benar-benar terjadi untuk membantu Anda meredakan emosi yang intens.
  • Untuk setiap pikiran negatif, carilah satu pikiran positif untuk mengimbanginya.
  • Tanyakan pada diri sendiri, "Apa pelajaran yang bisa saya ambil dari situasi ini?"
  • Cari alternatif kemungkinan lain yang lebih positif. Terkadang emosi negatif muncul karena kita terlalu fokus pada skenario terburuk, jadi coba imbangi dengan skenario yang lebih baik.


 

P - Pahami Pesan

Setiap emosi membawa pesan tertentu. Misalnya, marah mungkin menandakan bahwa batas Anda telah dilanggar, atau sedih mungkin menandakan adanya kehilangan. Dengan memahami pesan di balik emosi, akan lebih mudah untuk menentukan tindakan yang tepat.

Setelah mempraktikkan teknik STOP, salurkan emosi Anda ke kegiatan yang positif, seperti melakukan hobi, berolahraga, menulis, bercerita kepada orang yang dipercaya, ataupun menindaklanjuti penyelesaian masalah jika emosi Anda disebabkan oleh masalah tertentu. Dengan konsistensi dan semangat memperbaiki diri, memiliki kemampuan mengelola emosi yang baik sebagai orangtua dapat dicapai. 

Nah, itulah hal-hal yang dapat Anda perhatikan dalam menggunakan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Selamat mencoba! Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah psikologi lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

5.0

2 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Muthmainah Mufidah, M.Psi.

Psikolog Klinis Dewasa

5 dari 5 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS