Dirilis

25 April 2022

Penulis

Oky Setiarso

“Apapun yang kamu lakukan, lakukanlah dengan sepenuh hati.” Sebagian besar dari kita sudah mendengar sejak lama ungkapan ini, biasanya dilontarkan oleh orang tua kepada anaknya, saat sang anak sudah mendapatkan pekerjaan. Pesan penuh makna dan sudah dilontarkan turun-temurun, serta masih relevan sepanjang waktu. Ada banyak juga slogan-slogan atau panduan lain yang dibuat untuk mengingatkan kita semua tentang pentingnya untuk kita dapat bekerja sepenuh hati.

 

Bagaimana Bekerja Dengan Hati di Situasi Kondisi Pandemi COVID-19?


Sampai dengan bulan April 2022, dengan situasi masih pandemi, beberapa perusahaan masih menerapkan work from home (WFH). Kini WFH sudah menjadi cara kerja yang umum dan menjadi kebiasaan. 

Tapi pada fase awal pandemi, cara kerja tersebut tidak mudah untuk dilakukan, termasuk untuk mempertahankan engagement karyawan, soal pekerjaan, angka penjualan, dan daya beli yang menurun. 

Pada saat-saat itu, sebagian pimpinan perusahaan harus memutar otak dengan keras karena penjualan macet, omset tidak tercapai, dan stok yang menumpuk. 

Selain itu mereka juga mengkhawatirkan hal lain, seperti bagaimana bisa membayar gaji karyawan, siapa karyawan yang harus dipertahankan dan siapa yang harus diberhentikan. Situasi ini tanpa sadar memberikan tekanan mental kepada para pemimpin perusahaan. Tapi mereka tetap berjuang. Dan ini adalah contoh bekerja dengan hati.

Baca Juga: Bekerja dan Bahagia itu Sederhana 

Namun ternyata, tidak semua karyawan memiliki inisiatif untuk memperjuangkan nasib perusahaannya.

Di sisi lain, sebagian karyawan mengerti bahwa situasi tersebut sangat tidak menyenangkan, karena perusahaan sedang mengalami kesulitan yang tidak berujung. Hasilnya, saat menjalankan WFH, mereka bisa bekerja multitasking, menunjukkan kekuatan dalam bekerja secara virtual, menunjukan totalitas, bahkan terasa lebih dari 100 persen karena bekerja pagi, siang, malam, bahkan terkadang di weekend, peralatan kantor tidak lepas dari genggaman, laptop dan HP selalu standby untuk merespon pesan dan menjawab email, mengondisikan situasi dengan orang rumah.

Di sinilah kita merasakan bahwa karyawan sangat bisa bekerja dengan hati dan tetap profesional.

Sementara itu ada beberapa karyawan memilih tetap berada di kantor demi memastikan pelayanan kepada para pelanggan tetap sesuai  standar yang diterapkan sebelum pandemi, serta pastinya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Saat situasi itulah diperlukan motivasi yang baik dalam bekerja serta hati yang mau melayani.

Baca juga: Kiat Disayang Teman Sekantor 

 

Tips Bekerja Dengan Hati 


Ada dua hal yang perlu Anda perhatikan terkait bekerja dengan hati.

 

1.    Disiplin sebagai bukti komitmen

Salah satu contoh bagus yang diterapkan oleh tim adalah disiplin untuk hadir pada waktunya dan untuk melaksanakan morning briefing atau menghadiri rapat sesuai alokasi waktu yang direncanakan. Apabila meeting dimulai pukul 09.00, untuk menumbukan rasa tanggung jawab dan hati adalah datang sebelum jam 09.00.  

 

2.    Bekerja dengan passion

Dalam pengembangan karyawan terkadang istilah ini sering diungkapkan, tidak hanya fokus pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan belaka. Karena karyawan yang bekerja dengan passionate akan berusaha mencapai kinerja terbaik, dan itu tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri, tetapi juga perusahaan. Motivasi yang muncul itu bukan karena pengaruh dapat gaji atau mengharapkan bonus yang tinggi, melainkan tertantang untuk menjadi lebih baik lagi. 

Dalam keadaan yang berubah drastis seperti pandemi ini, kita memerlukan karyawan yang bernapas panjang dan hati yang mau melayani, bukan sekedar karyawan yang membuat kejutan prestasi sekali dan setelah itu melempem kelelahan tanpa motivasi. Melainkan memerlukan seorang karyawan sebaiknya juga harus berpikir jauh ke depan dan “think big”. Selain itu memiliki daya lenting tinggi sehingga ketika terjatuh dapat bangun lagi, bahkan menjadi lebih kuat untuk menghadapi tantangan dan tantangan berikutnya.

Seorang yang passionate adalah mereka yang tidak puas dengan keadaan dan situasi yang dialami saat ini. Dia akan selalu mencari jalan yang lebih baik untuk mengembangkan diri sendiri dan perusahaan.

Passionate berbeda dengan engagement. Karyawan akan merasa engaged bila dirinya merasa happy. Sementara itu, karyawan yang passionate itu bisa saja tidak happy ketika upayanya sia-sia dan gagal. Namun yang memberdakan karyawan tersebut akan bangkit dan mencoba lagi. 

Selamat mencoba dan optimisme pandemi akan segera berlalu

Punya pertanyaan lebih lanjut? Segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

5.0

4 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Farraas A Muhdiar, M.Psi. M.Sc

Psikolog Klinis Anak & Remaja

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS