18 April 2023
Dirilis
Penulis
Farraas Afiefah Muhdiar, M.Sc., M.Psi., Psikolog (Arsanara)
Momen lebaran biasanya menjadi sarana bersilaturahmi dengan keluarga besar. Lebaran tahun ini mungkin terasa lebih istimewa karena kondisi pandemi tiga tahun belakangan membuat interaksi kita dengan keluarga cukup terbatas. Bertemu dengan keluarga besar dapat memunculkan perasaan bahagia, tetapi mungkin juga memunculkan perasaan-perasaan yang kurang nyaman, khususnya jika ada anggota keluarga yang memiliki nilai atau cara pandang yang berbeda dengan kita atau kerap melakukan sesuatu yang membuat kita merasa kurang nyaman, misalnya menanyakan hal yang terlalu personal atau mengeluarkan komentar yang menyinggung perasaan kita.
Hadapi Komentar Negatif dari Kerabat Saat Lebaran
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan jika mendapatkan komentar yang kurang menyenangkan dari kerabat:
Merespons dengan marah atau defensif justru dapat memperkeruh suasana dan membuat kita merasa semakin tidak nyaman. Sebisa mungkin, berikan jawaban netral yang tidak memancing pertanyaan lanjutan. Misalnya, “Mohon doanya aja ya Om.”
2. Atur batasan. Jika ada anggota keluarga yang terus memberikan komentar atau melakukan sesuatu yang menurut kita sudah di luar batas, beri tahu mereka secara asertif bahwa hal tersebut membuat kita merasa tidak nyaman. Pastikan kita mengutarakan hal tersebut dengan tenang dan sopan, misalnya, “Maaf ya Tante, saya kurang nyaman kalau ditanya tentang itu.”
3. Ganti topiknya. Jika percakapan yang dilakukan semakin terasa tidak menyenangkan, coba ganti topiknya dengan membahas hal lain yang netral atau positif, misalnya terkait berita terkini atau menanyakan tentang kehidupan lawan bicara yang positif dan dapat membuat ia berhenti membahas hal-hal yang membuat kita kurang nyaman. Misalnya, “Oh iya Om. Kemarin Aku dengar anak Om sudah diwisuda, ya?”.
4. Berjeda jika sudah tidak kondusif. Jika kita sudah terlalu emosional dan tidak lagi mampu merangkai kata dengan baik, tidak apa-apa jika kita berjeda dulu, misalnya dengan pergi ke kamar kecil atau mengambil minuman. Gunakan waktu jeda ini untuk menenangkan diri dan mengenali perasaan apa saja yang muncul. Mungkin kita merasa sedih, kaget, kecewa, dan sebagainya. Apapun itu, terima semua perasaan yang muncul.
Kita juga mungkin saja merasakan perasaan yang berlawanan sekaligus; misalnya merasa sangat kesal karena diberikan label yang kurang menyenangkan oleh kerabat, tetapi juga sangat bersyukur karena pernah dibantu secara finansial oleh kerabat tersebut.
5. Mencari dukungan dari orang yang tepercaya. Dekati anggota keluarga lain yang membuat kita merasa nyaman, atau hubungi teman. Misalnya melalui aplikasi chat untuk bercerita). Jika memungkinkan, kita juga dapat meminta anggota keluarga tersebut untuk mendampingi kita saat berinteraksi dengan keluarga besar.
6. Lakukan antisipasi. Jika ada kerabat atau anggota keluarga yang memang selalu menyinggung perasaan kita, kita dapat menghindar untuk duduk di dekat orang tersebut, atau selalu memulai percakapan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar hidup mereka, untuk menghindari komentar-komentar tentang hidup kita.
Antisipasi juga perlu dilakukan jika kita memang baru saja mengalami transisi besar atau memiliki isu yang mungkin membuat orang lain merasa khawatir. Misalnya ketika baru bercerai, kehilangan pekerjaan, dan sebagainya). Bayangkan pertanyaan atau komentar-komentar yang mungkin muncul dari kerabat dan siapkan beberapa skenario untuk meresponsnya.
Tips Tenangkan Diri dari Komentar Negatif
Wajar jika kita merasa tidak nyaman saat mendapatkan komentar-komentar atau pertanyaan-pertanyaan yang tidak sesuai ekspektasi, meskipun hal tersebut dilontarkan oleh orang-orang yang dihormati. Berikut adalah beberapa hal yang dapat diingat untuk membantu menenangkan diri:
Kemungkinan, komentar tersebut bukan ditujukan untuk sengaja menyakiti kita. Bisa jadi, mereka memang tidak memahami apa dampak dari kalimat-kalimat tersebut. Sensitivitas kita terhadap komentar yang diajukan mungkin menunjukkan level edukasi kita yang jauh lebih baik daripada mereka.
● Komentar tersebut mungkin saja bukan tentang kita, tetapi tentang mereka.
Bisa jadi, komentar-komentar tersebut bukan karena kesalahan kita, tetapi karena isu atau kecemasan mereka sendiri, berdasarkan pengalaman yang mereka miliki.
● Bisa jadi, kita tersinggung karena memang itu adalah isu sensitif kita.
Mungkin, komentar tersebut sebenarnya bersifat netral, tetapi kita merasa terserang karena itu adalah hal yang memang sensitif untuk kita.
● Ingat bahwa kita tidak bisa mengontrol perilaku orang lain, tetapi kita dapat mengontrol pikiran, perasaan, dan perilaku kita sendiri.
Daripada terus-menerus menyesali keadaan karena dikelilingi oleh keluarga yang tidak sesuai dengan ekspektasi, lebih baik belajar menerima bahwa keluarga kita memang tidak sempurna, dan belajar “memasang filter” agar ucapan-ucapan tersebut tidak mempengaruhi cara kita memandang diri sendiri.
Jangan lupa, di balik kekurangan-kekurangan kerabat kita, pasti ada hal positif yang dapat kita hargai dan pelajari. Di balik perasaan tidak nyaman yang mungkin kita rasakan saat berinteraksi dengan kerabat yang kerap menyinggung kita, ada banyak pelajaran juga yang bisa kita dapatkan: Bagaimana cara berkomunikasi dengan asertif di situasi yang kurang nyaman, bagaimana cara berlatih untuk tetap tenang meskipun sedang emosional, bagaimana cara berempati terhadap orang lain, dan sebagainya.
Semoga momen lebaran menjadi momen yang tepat untuk memaafkan kesalahan orang lain dan kesalahan diri kita sendiri, dan menjadi ajang berlatih untuk menjalin interaksi yang positif dengan orang-orang di sekitar kita, ya! Punya pertanyaan lebih lanjut terkait masalah pengelolaan emosi atau masalah psikologi lainnya? Segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.
Sumber:
Berbagai Sumber
Ardhan Ashary Nasution
18 December 2023
Keren informasi nya sangat bagus ??
Balas
.0
Maudi Rea Cahyati
07 December 2023
Saya suka bagaimana penulis memberikan contoh nyata untuk mendukung poin-poinnya.
Balas
.0
Dewi Selviana
18 April 2023
Ok
Balas
.0