Anak muda memang rentan terkena fenomena FOMO, YOLO, dan Impulsive Buying. Kenapa? Nanti kita bahas di bawah. Tapi, jika Anda ingin anak Anda bisa belajar dan memiliki tujuan keuangan yang lebih baik, ada beberapa tips yang bisa Anda coba.
Pengertian FOMO, YOLO dan Impulsive Buying
FOMO merupakan kepanjangan dari Fear of Missing Out, artinya perasaan akan takut atau khawatir ketinggalan tren atau momen tertentu. Seseorang bila terkena FOMO akan merasa cemas atau tertekan karena tidak ikut serta dalam suatu tren yang sedang ramai dilakukan oleh orang lain. Misalnya nonton konser, menggunakan dan mengkonsumsi produk viral, dan travelling ke tujuan wisata tertentu. Anak muda cenderung mengejar tren tersebut walaupun kondisi keuangan sedang tidak baik-baik.
YOLO merupakan kepanjangan dari You Only Live Once artinya hidup hanya sekali sehingga nikmati saat ini. Ajakan atau sikap yang menekankan untuk kesenangan saat ini tanpa terlalu memikirkan masa depan dan risiko keuangan yang mungkin terjadi. Sehingga setiap momen maupun keinginan harus dipenuhi dengan menghabiskan uang yang ada saat ini, bahkan sampai berhutang.
Impulsive Buying artinya berbelanja secara spontan tanpa perencanaan, membeli barang hanya karena tergoda diskon, emosi atau perasaan sesaat, atau keinginan mendadak bukan benar-benar butuh. Misalnya, sabun sedang habis dalam daftar belanja rencananya untuk membeli sabun saja, namun karena didorong oleh promo, beli sabun 2 gratis 1 maka secara impulsive membeli sabun di luar rencana padahal di luar kebutuhan.
Fenomena FOMO, YOLO dan Impulsive Buying biasanya popular di kalangan anak muda, khususnya generasi millenial akhir dan generasi Z. Penyebabnya kombinasi beberapa faktor, seperti faktor psikologis, lingkungan, serta teknologi.

Penyebab Anak Muda FOMO, YOLO, dan Impulsive Buying
Ada beberapa faktor yang menyebabkan fenomena FOMO, YOLO, dan impulsive buying sangat rentan terjadi di kalangan anak muda, yaitu:
- Anak muda sangat digital savvy dengan adanya media sosial memperlihatkan gaya hidup teman, selebgram dan influencer yang terlihat lebih ideal.
- Tekanan sosial dan psikologis takut ditinggal oleh teman-teman atau grup dalam pergaulan sehari-hari.
- Pemikiran YOLO terkenal di kalangan anak muda karena mencerminkan semangat jiwa muda dan hidup untuk masa kini tidak bisa diulangi.
- Anak muda tergolong belum memiliki banyak tanggungan sehingga seolah-olah memiliki kelonggaran secara finansial.
- Adanya platform paylater, kartu kredit dan pinjaman online yang memudahkan berutang di kalangan anak muda.
- Anak muda generasi Z sering disebut generasi strawberry karena memiliki mental yang cenderung lembek mudah stres, ingin mendapat pengakuan, gengsi serta keinginan yang instant.
- Usia muda masih memiliki tingkat literasi keuangan yang rendah dibanding dengan tingkat inklusi keuangan, sehingga sering kali mereka terpapar dan menggunakan produk-produk keuangan seperti kartu kredit, paylater, pinjaman online, investasi saham tetapi belum mengetahui cara penggunaannya dengan tepat.
Lalu, apa dampak buruk dari FOMO, YOLO, dan impulsive buying? Apabila tidak segera dikendalikan, biasanya fenomena ini bisa menimbulkan pemborosan, menumpuk utang, dan kegagalan dalam mencapai tujuan keuangan.
Bantu Anak Muda Terhindar dari FOMO, YOLO, dan Impulsive Buying
Lantas apa yang harus Anda lakukan agar anak muda generasi millenial akhir atau generasi Z bisa terhindar dari fenomena FOMO, YOLO, dan impulsive buying?
1. Peran anak muda sendiri
Perubahan apapun perlu dimulai dari diri sendiri. Maka itu, coba bantu anak Anda untuk melakukan hal-hal berikut:
- Miliki tujuan keuangan pribadi yang jelas untuk jangka pendek dan jangka panjang.
- Susun anggaran dan mencatat pengeluarannya seperti konsep menunda belanja selama 14 hari atau alokasi penghasilan dengan cara: 50% kebutuhan primer, 30% menabung dan 20% kebutuhan sekunder.
- Hindari pemicu impulsive buying, misalnya dengan unfollow akun-akun influencer untuk gaya hidup boros di luar kemampuan, dan uninstall sementara aplikasi-aplikasi yang memudahkan untuk mengeluarkan uang.
- Latihan diri untuk melakukan delayed gratification, karena hidup nyaman di masa depan bisa diraih apabila mulai persiapkan dari saat ini.
2. Peran orang tua
Nah, sebagai orang tua, agar anak-anak Anda terhindar dari fenomena FOMO, YOLO, dan impulsive buying, coba lakukan ini:
- Ajarkan nilai uang sejak kecil dengan melatih untuk membedakan mana kebutuhan dan keinginan.
- Jadikan uang sebagai hal yang bisa didiskusikan di rumah.
- Libatkan anak saat melakukan perencanaan keuangan, misalnya perencanaan anggaran liburan.
- Serta tunjukan contoh nyata dengan perbuatan.
3. Peran Instansi tempat bekerja (Perusahaan, HR, dan Lembaga Pendidikan)
Jika Anda seseorang yang bisa mempengaruhi kebijakan di tempat kerja, coba upayakan beberapa hal berikut:
- Lebih sering mengadakan pelatihan literasi keuangan secara rutin, dari mulai budgeting, mengelola utang yang sehat, dan investasi untuk pemula.
- Ciptakan budaya kerja dan sosial yang tidak mendorong sifat konsumtif seperti tidak harus memakai pakaian yang branded.
- Instansi bisa menyediakan fasilitas 1-on-1 konsultasi dengan certified financial planner agar anak muda bisa mengoptimalkan penghasilannya pada hal-hal yang lebih produktif, dan diajarkan bagaimana memiliki tujuan keuangan, agar keuangannya menjadi lebih terarah.
4. Peran penggiat literasi keuangan dan edukator
Jika Anda orang yang aktif dan suka membuat konten edukasi, coba lakukan ini:
- Sebagai edukator literasi keuangan buat konten yang relevan untuk anak muda dan ringan mudah untuk dimengerti.
- Buat kampanye untuk menyuarakan gaya hidup keuangan lebih sehat.
- Bekerja sama dengan komunitas anak muda untuk mengadakan program mentoring keuangan.
Jadi, untuk membantu anak Anda atau anak-anak muda lainnya untuk mengatasi FOMO, YOLO, dan impulsive buying, dibutuhkan kesadaran diri sendiri, lingkungan yang mendukung dari Instansi serta pola asuh orang tua yang baik, dan akses edukasi yang mudah dipahami dan dijalani dengan bahasa yang disesuaikan untuk anak-anak muda.
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah atau informasi keuangan lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.
Sumber:
Berbagai sumber
Berikan Pendapat Anda