12 Februari 2025
Dirilis
Penulis
Andi Dala Nadhifa Asmarani
Istilah YOLO (You Only Live Once) mungkin sudah tidak asing lagi bagi Anda yang aktif menggunakan media sosial dan internet. Namun, tahukah Anda bahwa ada istilah YONO (You Only Need One) yang kian menggantikan konsep YOLO?
Sebelumnya, tren YOLO mendorong Anda untuk menikmati hidup tanpa batas, membeli barang-barang tanpa mempertimbangkan konsekuensi keuangan. Namun, situasi ekonomi kian berubah dampak meningkatnya biaya hidup serta kenaikan pajak. Dari sini YONO muncul, dengan ajakan untuk hidup lebih minimalis.
Jika YOLO mendorong pembelian impulsif untuk kepuasan sesaat, YONO mengajarkan kita untuk bertanya: apakah benar kita membutuhkan semua itu? Konsep YONO mengajak kita untuk lebih selektif dan sadar dalam mengonsumsi.
Bagaimana, Anda tertarik untuk berhenti hidup boros dengan menerapkan YONO? Yuk, pelajari lebih lanjut dari penjelasannya di bawah ini.
Apa Itu YONO?
YONO, atau You Only Need One, adalah prinsip hidup yang mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Jika YOLO mendorong seseorang untuk membeli dan mengonsumsi sebanyak mungkin demi pengalaman hidup, YONO justru mengajak untuk memilah dan hanya memiliki barang yang benar-benar dibutuhkan. Filosofi ini sejalan dengan tren minimalis yang semakin populer di tengah tekanan ekonomi yang semakin tinggi.
YONO menjadi populer sebagai respons terhadap ketidakstabilan ekonomi global. Dengan harga kebutuhan pokok yang terus meningkat dan pajak yang semakin tinggi, banyak orang mulai berpikir ulang sebelum membeli sesuatu. Daripada memiliki lima pasang sepatu yang jarang digunakan, mengapa tidak cukup satu pasang berkualitas tinggi yang bisa bertahan lama? Prinsip ini tidak hanya menghemat uang tetapi juga mengurangi stres akibat kepemilikan berlebih.
Prinsip YONO bisa diterapkan dalam berbagai aspek seperti fashion, dengan adanya konsep capsule wardrobe dimana lemari Anda berisi pakaian yang saling terhubung satu sama lain, terdiri dari pakaian klasik atau timeless, dan berisi warna-warna netral. YONO juga diterapkan pada skincare dengan memiliki cukup satu rangkaian produk yang efektif. Begitu pula dalam hal gadget, yang mana Anda bisa membeli cukup satu perangkat multifungsi daripada memiliki banyak perangkat dengan fungsi serupa.
Baca Juga: YOLO, FOMO, FOPO, Tren Belanja yang Ancam Keuangan Pribadi?
Manfaat Menerapkan YONO: Keuangan, Lingkungan, dan Mental
Mengadopsi gaya hidup YONO membawa banyak keuntungan, terutama dalam tiga aspek utama, yaitu keuangan, lingkungan, dan psikologi.
1. Keuangan Lebih Sehat
Dengan menerapkan prinsip YONO, Anda akan lebih bijak dalam membelanjakan uang. Alih-alih membeli barang secara impulsif, keputusan belanja menjadi lebih terarah dan berdasarkan kebutuhan nyata. Ini akan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, meningkatkan tabungan, serta memberikan rasa aman secara finansial.
2. Mengurangi Dampak Lingkungan
Konsumsi berlebihan berdampak negatif terhadap lingkungan. Barang-barang yang jarang digunakan akhirnya menjadi limbah, menciptakan masalah baru dalam pengelolaan sampah. Dengan menerapkan YONO, Anda turut berkontribusi dalam mengurangi produksi sampah dan konsumsi sumber daya yang berlebihan.
3. Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis
Kepemilikan berlebih sering kali menyebabkan stres dan kecemasan. Terlalu banyak barang dapat menciptakan kekacauan di rumah dan di pikiran. Dengan memiliki lebih sedikit, hidup menjadi lebih teratur dan fokus. Selain itu, keputusan belanja yang lebih sadar juga akan memberikan kepuasan lebih dibandingkan belanja impulsif yang sering kali berujung pada rasa bersalah.
Cara Menerapkan YONO di Kehidupan Sehari-Hari
1. Prioritaskan Kualitas daripada Kuantitas
Alih-alih membeli banyak barang murah dengan kualitas rendah, lebih baik kita memilih satu barang yang benar-benar berkualitas, tahan lama, dan memiliki nilai guna tinggi. Sebagai contoh, lebih baik punya satu jaket berkualitas tinggi dan cocok untuk dipakai untuk beragam aktivitas, daripada lima jaket murah yang cepat rusak.
2. Terapkan Prinsip “One In, One Out”
Jika Anda ingin membeli barang baru, usahakan untuk menyingkirkan barang lama yang serupa. Ini membantu Anda menghindari penumpukan barang yang tidak diperlukan dan memastikan setiap barang yang dimiliki benar-benar berguna. Dengan adanya aturan untuk menyingkirkan barang lama, Anda juga bisa berpikir dua kali sebelum membeli barang baru.
3. Fokus pada Esensi, Bukan Tren
Sering kali kita tergoda untuk membeli sesuatu hanya karena tren, bukan karena benar-benar butuh. Sebelum membeli, tanyakan pada diri sendiri apakah Anda benar-benar membutuhkannya atau hanya sekadar ingin. Hindari penggunaan media sosial berlebihan agar kita bisa membatasi pengaruh tren dan godaan untuk membeli produk viral.
Baca Juga: No Buy Challenge, Tren Berhemat Tahun 2025
Pergantian tren dari YOLO ke YONO bukan sekadar perubahan gaya hidup, tetapi juga respons terhadap tantangan ekonomi dan kebutuhan untuk hidup lebih bijak. Dengan mengadopsi prinsip YONO, Anda bisa lebih cermat dalam mengelola keuangan, mengurangi stres akibat konsumsi berlebihan, serta menciptakan gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan memuaskan. Kini, saatnya mengucapkan selamat tinggal pada hidup boros dan menyambut era baru yang lebih hemat, bijak, dan bermakna!
Jika Anda memiliki pertanyaan soal pengelolaan keuangan lainnya, Anda dapat berkonsultasi langsung dengan ahli keuangan melalui website ini. Segera log in ke daya.id dan manfaatkan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.
Sumber:
Berbagai sumber
Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Berikan Komentar