Informasi Artikel

Penulis Artikel

Dian Savitri

Pada 16 Juli 2025, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,25% setelah sebelumnya turun pada Mei 2025 (5,50%). Kebijakan ini diambil melihat BI berhasil mempertahankan suku bunga sejak Mei hingga Juni 2025 di level 5,5%. Sebelumnya bank sentral menurunkan suku bunga dari level 5,75 ke 5,5%.

Selain itu, keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga target inflasi dan nilai rupiah yang cenderung stabil juga turut menjadi salah satu faktor diambilnya kebijakan ini. Tercatat hingga saat ini nilai tukar Rupiah pada 30 Juni 2025 tercatat sebesar Rp16.235 per dolar AS, menguat tajam dibandingkan dengan level Rupiah yang sempat mencapai Rp16.865 per dolar AS pada bulan April 2025. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara melaporkan Inflasi IHK Juni 2025 tercatat 1,87 persen yoy ditopang oleh inflasi inti yang menurun, Inflasi Volatile Food (VF) yang rendah, dan Inflasi Administered Prices (AP) yang terkendali.

 

Tujuan Penurunan Suku Bunga

Secara garis besar, harapan dari diturunkannya suku bunga acuan adalah agar menjadi perangsang bagi masyarakat dan pelaku usaha untuk mengajukan pinjaman. Selain itu, dengan menurunkan suku bunga acuan harapannya bisa menjadi daya tarik bagi para pelaku investasi, meningkatkan konsumsi rumah tangga, dan pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi secara keseluruhan. Dilaporkan oleh CNBC, beberapa sektor yang diperkirakan mendapatkan keuntungan dari kebijakan ini adalah sektor perbankan, sektor properti, dan sektor teknologi. Penurunan suku bunga juga sering menjadi sinyal bahwa kondisi moneter sedang bersahabat dan mendukung ekspansi.

Namun, tentu saja, untuk mengajukan pinjaman ke bank, para pengusaha perlu mengikuti prosedur pembiayaan dan dokumentasi sesuai aturan yang berlaku, agar terjaga dari risiko kredit macet. 

Sementara itu, sebagian pelaku usaha baru yakin mengambil pinjaman apabila melihat peningkatan permintaan atas produk dan jasanya. Artinya, ada faktor kepercayaan pasar yang harus dibangun lebih dulu. Sedangkan dari sisi konsumen, khususnya kelas menengah juga masih ragu untuk membelanjakan uangnya di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil. Tekanan biaya hidup, kenaikan harga kebutuhan pokok, dan kekhawatiran akan masa depan masih menjadi pertimbangan utama. Sehingga penurunan suku bunga tidak bisa menjadi katalisator otomatis penggerak ekonomi. Diperlukan adanya optimisme dan rasa aman terhadap kondisi ekonomi terkini agar keputusan ekonomi rumah tangga bisa kembali aktif dan berani mengambil risiko.

Sebetulnya, sebagian pihak menilai langkah yang diambil oleh BI ini tepat dan memberi sinyal positif ke pasar. Namun, dampaknya baru akan terlihat dalam 2-3 kuartal ke depan. Artinya, kebijakan ini lebih bersifat jangka menengah. Selain itu, para ekonom menilai penurunan suku bunga harus diiringi dengan kebijakan fiskal yang mendukung, seperti insentif pajak, subsidi UMKM, dan perlindungan sosial yang kuat agar daya beli benar-benar pulih. Sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal inilah yang akan menjadi kunci keberhasilan jangka panjang.

 

Saat yang Tepat untuk Mengajukan Pinjaman

Sejatinya, penurunan suku bunga ini adalah kabar baik, namun bukan satu-satunya solusi. Jika Anda memiliki rencana mengambil KPR, ekspansi usaha, atau refinancing utang, saat ini bisa menjadi momen yang tepat, selama anda memiliki perencanaan keuangan yang matang. Bagi pemerintah dan pemangku kebijakan, ini waktunya memperkuat sinergi antar lembaga, membangun kepercayaan publik, serta memastikan kebijakan yang diambil benar-benar berdampak di lapangan. Momentum ini penting, dan sayang jika hanya menjadi statistik tanpa aksi nyata.

Penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia menjadi 5,25% merupakan langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah stabilitas inflasi dan nilai tukar rupiah yang membaik. Namun, dampak kebijakan ini tidak bisa dirasakan secara instan. Masih ada tantangan di lapangan, seperti keraguan masyarakat dalam berbelanja, kompleksitas akses pembiayaan bagi pelaku UMKM, serta tekanan biaya hidup yang masih tinggi. Oleh karena itu, efektivitas kebijakan moneter ini sangat bergantung pada sinergi dengan kebijakan fiskal serta upaya membangun kepercayaan dan rasa aman di tengah masyarakat. Penurunan suku bunga adalah awal yang baik, namun butuh aksi nyata dan kolaborasi lintas sektor agar benar-benar mampu menggerakkan ekonomi secara menyeluruh

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah atau informasi keuangan lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

5.0

11 Penilaian

Artikel Terkait

4.8
Pengelolaan Dasar

Tips Mengelola Keuangan Rumah Tangga, Biar Tak Mogok di Tengah Bulan

21 Mei 2025

4.8
Pengelolaan Dasar

Konsumtif Secara Sadar, Tips untuk Anda yang Suka Belanja Impulsif

30 Agustus 2024

4.8
Pengelolaan Dasar

Tips Mengatur Keuangan untuk Sandwich Generation

07 Mei 2024

4.9
Pengelolaan Dasar

Waspada Over Budget, Ini Tips Mengelola Keuangan Menjelang Hari Raya

24 Maret 2024

Berikan Pendapat Anda

0 dari 5 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS