18 Desember 2017
Berhenti Karir, Lanjutkan Hasrat Usaha
Dirilis
18 Desember 2017
Penulis
Daya Tumbuh Usaha
Pengusaha
Ari Brata
Jenis Usaha
Dewa Brata Photo Studio
Tidak banyak orang yang berani keluar dari pekerjaan impian. Tapi Ari berani, karena dia berhasil menemukan hasrat hidup sebenarnya.
Ari tumbuh di lingkungan jurnalistik. Ayahnya yang seorang wartawan membuat ia sangat dekat sekali dengan hal-hal yang bernuansa penulisan. Ari juga sempat bekerja sebagai jurnalis jurnalis lepas di Semarang.
Selain itu, ayahnya punya studio foto kecil. Dari sana ia mengenal banyak istilah fotografi. Bahkan Ari sudah memegang kamera sendiri sejak SMP. “Waktu kuliah saya juga sempat membuka studio foto,” ujarnya.
Ari mendapat dukungan penuh dari keluarga. Tapi ia sangat kesulitan mengembangkan studio. Bagaimana tidak, ia tidak memiliki karyawan satu pun, hanya mengandalkan bantuan teman-teman kuliah jika ada pekerjaan mendesak. Akhirnya setelah lulus kuliah, usaha studio foto pertama Ari tersebut terpaksa tutup. Selain karena kesulitan berkembang, Ari juga harus pindah ke Surabaya karena diterima menjadi wartawan di sebuah media besar Jawa Timur.
Temukan Hasrat Sebenarnya
Tapi Ari hanya bertahan setahun sebagai wartawan profesional. Karena dalam perjalanan, ia menemukan hasrat sebenarnya ternyata ada di dunia fotografi. Dengan tekad kuat, ia melepas pekerjaan, lalu merintis studi foto Dewa Brata Photo Studio di Semarang, tahun 2007. Pilihannya tepat. Dalam waktu singkat, ia bisa membuka tiga cabang di Semarang.
“Pemasaran waktu itu hanya seadanya. Tetapi saya diuntungkan karena tidak ada kompetitor dan memang waktunya pas. Selain itu saya juga mempunyai tim manajemen yang sangat bagus,” terangnya.
Ari membangun studio fotonya dari bawah. Dengan sumber daya manusia seadanya, ia mencoba menata manajemen studio fotonya. Setelah semua cabang bisa berjalan sendiri, studio foto malah semakin menjamur di Semarang.
Kembali Berkarir
Ketika studio fotonya sudah naik, Ari memutuskan mengambil risiko untuk menyicil rumah. Merasa cicilan rumahnya besar, ia merasa harus mencari dana tambahan. Akhirnya Ari bekerja di sebuah bank, tapi ia tetap memantau setiap cabang studio fotografinya setiap pulang kerja. Itu dilakukan Ari selama 5 tahun sampai akhirnya cicilan rumah selesai. Tapi hasrat wirausaha Ari sangat kuat. Tahun 2014, Ari berhenti dari pekerjaan di bank.
Melayani Karyawan
Saat ini studio Ari merupakan salah satu studio terbesar di Semarang. Baginya, dalam mengembangkan usaha, setiap orang harus fokus dalam pengembangan diri. Ia sendiri tidak segan untuk ikut pelatihan gratis, hanya untuk ingin menambah wawasan mengenai bisnis dan fotografi.
Faktor penting lain adalah pelayanan. Pelayanan merupakan salah satu cara yang paling murah untuk mengembangkan usaha. Tapi, jika ingin karyawan melakukan pelayanan yang baik, sang pemilik harus memberikan pelayanan yang baik juga. “Saya berbicara satu per satu kepada karyawan. Ketika karyawan merasa nyaman, maka mereka juga akan nyaman untuk melayani para pelanggan,” ujar Ari.
Ari tumbuh di lingkungan jurnalistik. Ayahnya yang seorang wartawan membuat ia sangat dekat sekali dengan hal-hal yang bernuansa penulisan. Ari juga sempat bekerja sebagai jurnalis jurnalis lepas di Semarang.
Selain itu, ayahnya punya studio foto kecil. Dari sana ia mengenal banyak istilah fotografi. Bahkan Ari sudah memegang kamera sendiri sejak SMP. “Waktu kuliah saya juga sempat membuka studio foto,” ujarnya.
Ari mendapat dukungan penuh dari keluarga. Tapi ia sangat kesulitan mengembangkan studio. Bagaimana tidak, ia tidak memiliki karyawan satu pun, hanya mengandalkan bantuan teman-teman kuliah jika ada pekerjaan mendesak. Akhirnya setelah lulus kuliah, usaha studio foto pertama Ari tersebut terpaksa tutup. Selain karena kesulitan berkembang, Ari juga harus pindah ke Surabaya karena diterima menjadi wartawan di sebuah media besar Jawa Timur.
Temukan Hasrat Sebenarnya
Tapi Ari hanya bertahan setahun sebagai wartawan profesional. Karena dalam perjalanan, ia menemukan hasrat sebenarnya ternyata ada di dunia fotografi. Dengan tekad kuat, ia melepas pekerjaan, lalu merintis studi foto Dewa Brata Photo Studio di Semarang, tahun 2007. Pilihannya tepat. Dalam waktu singkat, ia bisa membuka tiga cabang di Semarang.
“Pemasaran waktu itu hanya seadanya. Tetapi saya diuntungkan karena tidak ada kompetitor dan memang waktunya pas. Selain itu saya juga mempunyai tim manajemen yang sangat bagus,” terangnya.
Ari membangun studio fotonya dari bawah. Dengan sumber daya manusia seadanya, ia mencoba menata manajemen studio fotonya. Setelah semua cabang bisa berjalan sendiri, studio foto malah semakin menjamur di Semarang.
Kembali Berkarir
Ketika studio fotonya sudah naik, Ari memutuskan mengambil risiko untuk menyicil rumah. Merasa cicilan rumahnya besar, ia merasa harus mencari dana tambahan. Akhirnya Ari bekerja di sebuah bank, tapi ia tetap memantau setiap cabang studio fotografinya setiap pulang kerja. Itu dilakukan Ari selama 5 tahun sampai akhirnya cicilan rumah selesai. Tapi hasrat wirausaha Ari sangat kuat. Tahun 2014, Ari berhenti dari pekerjaan di bank.
Melayani Karyawan
Saat ini studio Ari merupakan salah satu studio terbesar di Semarang. Baginya, dalam mengembangkan usaha, setiap orang harus fokus dalam pengembangan diri. Ia sendiri tidak segan untuk ikut pelatihan gratis, hanya untuk ingin menambah wawasan mengenai bisnis dan fotografi.
Faktor penting lain adalah pelayanan. Pelayanan merupakan salah satu cara yang paling murah untuk mengembangkan usaha. Tapi, jika ingin karyawan melakukan pelayanan yang baik, sang pemilik harus memberikan pelayanan yang baik juga. “Saya berbicara satu per satu kepada karyawan. Ketika karyawan merasa nyaman, maka mereka juga akan nyaman untuk melayani para pelanggan,” ujar Ari.