Dirilis

31 Mei 2023

Penulis

Dyah Larasati, S.Psi., S.E., M.Psi., Psikolog (Tim Arsanara Development Partner)

Kembali ke kantor setelah selesai cuti melahirkan dapat menjadi suatu pengalaman menyenangkan sekaligus menantang bagi seorang wanita. Bahkan ketika cuti melahirkan belum sampai di penghujung, seorang ibu baru biasanya sudah mulai mengalami stres dan tidak jarang merasakan panik. Rasa sedih membayangkan harus meninggalkan anak bayi di rumah, rasa khawatir akan kesehatan dan keselamatan sang buah hati selama ditinggal bekerja, keinginan untuk tetap dapat memberikan ASI eksklusif, dan masih banyak hal lainnya terasa tiba-tiba menumpuk dalam pikiran.

Anda wanita yang sedang cuti melahirkan, sudah siap menghadapi situasi itu?

 

Ibu Kembali Bekerja Setelah Cuti Melahirkan

Semua perasaan dan pikiran ini wajar, namun perlu dikelola dengan baik agar Anda sebagai ibu dapat tetap terjaga kesehatan mentalnya. Di sinilah pentingnya strategi yang matang, agar perubahan rutinitas kembali bekerja setelah cuti melahirkan dapat berjalan dengan mulus dan Anda dapat menjaga keseimbangan yang sehat antara kehidupan pribadi dan profesionalnya. 

Berikut adalah beberapa panduan yang dapat membantu Anda bersiap agar Anda dapat kembali bekerja dengan percaya diri.

 

1. Tetapkan mindset yang tepat

Memiliki mindset yang tepat penting bagi seorang ibu bekerja agar tidak tenggelam dalam perasaan bersalah akibat stigma negatif yang terkadang masih didapat dari lingkungan sekitar. Salah satu yang sering membuat seorang ibu merasa bersalah adalah pikiran bahwa dengan bekerja ia telah meninggalkan perannya sebagai ibu. Peran sebagai ibu tidak akan tergantikan, namun tugas-tugas yang biasa dikerjakan ibu selalu bisa didelegasikan. Bedakan antara peran dan tugas agar Anda tidak terjebak dalam stigma. Stigma lain yang terkadang menjadi tantangan ibu bekerja adalah tuntutan untuk dapat selalu menyeimbangkan peran sebagai ibu dan peran sebagai profesional. 

Ingatlah bahwa keseimbangan mutlak tidak ada, yang ada adalah proses untuk mencari keseimbangan. Dengan memahami bahwa keseimbangan adalah sesuatu yang dinamis, Anda akan menerima bahwa terkadang Anda mungkin perlu lebih banyak terlibat dalam pekerjaan, dan di waktu lain mungkin Anda perlu lebih banyak mengambil waktu dalam keluarga. 

 

2. Tentukan tujuan dan prioritas

Pikirkan kembali tujuan Anda dalam bekerja dan nilai-nilai dalam hidup Anda. Tujuan seorang wanita bekerja bisa bermacam-macam, mulai dari membantu perekonomian keluarga, aktualisasi diri, mengambil peran dalam masyarakat atau mungkin sekedar mengisi waktu. Penetapan tujuan akan membantu Anda dalam menentukan prioritas dan batasan dalam bekerja, serta membantu Anda menentukan hal-hal yang akan Anda kompromikan. 

Membuat prioritas artinya secara sadar menentukan hal mana yang akan Anda dahulukan di atas hal lainnya. Dengan membuat prioritas, Anda dapat terhindar dari rasa bersalah karena merasa mengorbankan sesuatu. Jujurlah dalam membuat suatu prioritas, hal apa yang bisa dan tidak bisa Anda lakukan sendiri. Hindari keinginan untuk melakukan semuanya dengan sempurna karena hal tersebut justru akan membuat Anda stres. Perlu juga diingat bahwa prioritas dapat selalu berubah mengikuti keadaan dan situasi. Anda pun dapat selalu melakukan evaluasi dan membuat penyesuaian terhadap tujuan dan prioritas yang telah dibuat.

 

3. Bangun support system dan rutinitas

Ibu bekerja mau tidak mau harus membangun sistem dalam rumah untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah dan menjaga anak. Komunikasikan kebutuhan dan persiapkan sistem dengan pasangan atau keluarga lain yg tinggal di rumah jauh sebelum Anda mulai bekerja. Pelajari berbagai pilihan seperti daycare, mengambil asisten rumah tangga, pengasuh anak, atau anggota keluarga lain. Lakukan survei, kunjungi penyedia-penyedia jasa yang ada, tanya rekomendasi atau pengalaman orang lain dan pilihlah yang paling sesuai dengan kebutuhan dan preferensi Anda. Setelah Anda membangun support system, buat dan simulasikan rutinitas baru Anda. 

Mulailah melakukan rutinitas baru secara bertahap beberapa minggu sebelum Anda kembali bekerja, misalnya menyerahkan pengasuhan bayi mulai dari satu jam, dua jam, setengah hari hingga akhirnya satu hari penuh. Hal ini akan membantu Anda dan bayi Anda untuk beradaptasi dan meminimalisir potensi stres akan perubahan. Dengan memulai rutinitas baru secara bertahap, Anda dapat melakukan evaluasi dan penyesuaian terhadap sistem yang Anda bangun. Pastikan Anda sudah merasa nyaman dengan sistem Anda sebelum Anda kembali bekerja

 

4. Buat batasan

Membuat batasan berarti membuat panduan dan keputusan mengenai hal-hal apa yang Anda akan lakukan dan apa yang Anda pilih untuk tidak lakukan. Membuat batasan juga berarti Anda memilih untuk mencurahkan energi untuk melakukan satu hal dalam satu waktu. Misalnya, Anda membuat batasan bahwa ketika Anda sudah sampai di rumah sepulang bekerja maka Anda tidak akan membuka email atau membalas pesan. Atau bisa juga Anda membuat batasan waktu, dari pukul 8 hingga 11 pagi adalah waktu Anda melakukan pertemuan-pertemuan kantor sehingga kecuali ada hal darurat maka kebutuhan rumah akan diatasi oleh pasangan. 

Mengingat batasan ini dapat mempengaruhi orang lain, maka selalu komunikasi batasan Anda kepada pasangan, atasan dan rekan kerja. Selain menentukan batasan, Anda juga membutuhkan komitmen dan ketegasan untuk dapat mengatakan ‘tidak’ ketika ada pihak-pihak yang meminta Anda untuk menggeser batasan Anda. Membuat batasan artinya mengambil kendali terhadap hidup Anda sendiri, dan menunjukkan ekspektasi Anda mengenai bagaimana Anda ingin diperlakukan.

 

5. Komunikasi, komunikasi, komunikasi!

Komunikasi adalah kunci dari segalanya. Perlu diingat, komunikasi yang baik adalah komunikasi yang dilakukan dengan cara dan waktu yang tepat. Selalu komunikasikan kebutuhan, rencana, pikiran dan perasaan Anda terhadap pasangan. Hindari perilaku menduga-duga pikiran dan reaksi pasangan. Komunikasi yang baik juga dilakukan sebelum sesuatu dilakukan. Komunikasikan prioritas dan batasan Anda kepada rekan kerja dan atasan Anda di kantor. Jika perlu, tuliskan hal-hal yang ingin Anda komunikasikan sebelum disampaikan agar Anda bisa memilih kata-kata yang tepat.

 

6. Utamakan kesehatan diri pribadi

Seperti halnya peraturan keselamatan pesawat terbang yang meminta penumpang dewasa untuk mengenakan masker oksigen terlebih dahulu sebelum membantu anak atau penumpang lainnya, begitu pula seharusnya prinsip Anda dalam menjalankan kehidupan profesional dan pribadi. Kembali bekerja setelah cuti melahirkan dapat sangat menguras energi Anda baik secara fisik maupun mental. Ingatlah untuk selalu memprioritaskan kesehatan Anda. 
Pastikan Anda makan dan istirahat yang cukup, serta sempatkan untuk melakukan olah raga atau kegiatan yang dapat membantu Anda relaksasi atau merasa senang. Mulailah dengan hal kecil, misalnya menyempatkan jalan kaki ketika berangkat ke kantor atau pergi ke salon ketika jam istirahat.

Kembali bekerja setelah cuti melahirkan membutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang. Ingat, sangatlah penting untuk selalu menyayangi diri Anda sendiri terlebih dahulu dan jangan ragu meminta bantuan atau pertolongan ketika Anda membutuhkannya. Sambutlah bab baru dalam kehidupan Anda ini dengan antusias dan nikmati perjalanannya. Semangat, ibu!

Jika memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait karier atau masalah psikologi lainnya? Segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

4.9

14 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Rifani Eveline

05 Desember 2023

Terimakasih atas kerja kerasnya dalam menyajikan konten-konten berkualitas. Sangat membantu artikelnya!

Balas

. 0

Syahrizal

20 Juni 2023

Artikel bagus

Balas

. 0

Syahrizal

20 Juni 2023

Artikel bagus

Balas

. 0

Mindi Fira Anggita

19 Juni 2023

Artikel bermanfaat

Balas

. 0

Dea Indah Riani Putri

18 Juni 2023

Trimakasih infonya

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Muthmainah Mufidah, M.Psi

Psikolog Klinis Dewasa

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS